36. Upacara Bendera

1.2K 235 32
                                    

Senin. Lagi-lagi hari yang menyebalkan itu datang kembali. Bukan karena 'Senin' sebenarnya kenapa orang membenci hari itu, tapi karena kegiatan melelahkan yang seringkali diadakan pada hari Senin. Contoh paling umumnya? Apalagi kalau bukan upara bendera?

Tring!

Sebuah bunyi dari notifikasi terdengar dari deretan murid barisan belakang. Keteduhan dari pohon belakang juga membuat mereka tidak terpapar teriknya sinar matahari.

"Oi, Riz! Entar kedengaran guru! Mampus kita!" desis Reno berdelik ngeri.

"Bokap gue itu pasti, ngirim duit finally." Rizky melongok, memerhatikan sekitar. Setelah dikira aman, ia mengambil ponselnya dari dalam saku celana.

"Berapa?" Ivan yang merasa tertarik ikut melongok ke arah ponsel temannya itu.

"Ish!" Rizky menarik diri. "Jangan ngintip-ngintip. Katarak lo pada!"

"Belum saatnya berdo'a." Kali ini giliran Dzaka yang bersuara sambil menoyor kepala Rizky.

"Aduh, ah! Biarin gue napas dikit. Hush! Sana-sana!"

Reno menghela napas. "Astaghfirullahaladzim warrahmatulahi wabarakatuh," erangnya frustasi. "Kalian kalo dihukum nanti, awas aja ngajak-ngajak gue."

Seolah tuli, Rizky hanya mumutar matanya malas. Lalu kembali mengecek layar ponsel untuk membalas pesan dari pria yang menjadi sebab utama dia lahir ke dunia ini.

Mr. Duda
Online

[Send pict (bukti tanda transfer)]

[Makan kau. Jangan tak makan lagi. Kurus macam bocah busung lapar kau itu. Makin bodoh nanti.]

[Baik banget Bapakku ini ... sering-sering ya, sedekah sama anak yatim. Seperti para sahabat nabi yang dirahmati Allah.]

[Anak setan memang kau ini. yang mati itu mamak kau, aku ini masih hidup, bodoh. Kau itu piatu, bukan yatim.]

Eh? Rizky mengerjap. Ia lalu mengecek lagi pesan yang dia kirim sebelumnya. Nahas, ternyata keyboard sialan Rizky melakukan auto correct yang sangat tidak berfaedah sama sekali. Mencari masalah saja!

"Hedeh ... jaawab apa nih, gue? Pasti marah-marah aja itu orang tua." Rizky menggaruk kepala. Lalu notif pesan dari ayahnya muncul kembali.

Mr. Duda
Online

[Oh ... rupanya kau do'a 'kan Bapakmu ini mati, ha?]

[Bapak liat statusmu soal cinta-cintaan tadi. Muka monyet macam kau jangan sok-sokan mau cari betina bagus. Kalau putus, satu dunia kau sumpahin mati. Memang sudah gila lah anakku yang satu ini.]

[Sudahlah, Bapak. Aku ini lagi sibuk, bukan macam kau yang kerjanya cuman duduk.]

[Hei ... bocah. Kapan kau pulang?]

Melihat pesan itu, Rizky tidak membalas lagi. Ia jadi berpikir untuk memblokir ayahnya itu lalu mengontak lagi kalau untuk meminta uang sekolah. Sekurang ajar itulah seorang Rizky.

"Pfftt!" Tubuh Ivan bergetar. Ia tidak bisa menahan tawa melihat pesan makian ayah Rizky.

"Ngintip lo bazheng!" Rizky memukul kepala Ivan tepat di tengah-tengah dengan menggunakan ponselnya. Tapi, Ivan anehnya tidak membalas dan lebih fokus untuk menahan tawa. Kemudian ....

"HAHAHAHA! ANJIR!" Malah Dzaka yang tertawa lepas. "Muka kaya monyet!" Pemuda itu masih saja terpingkal-pingkal sambil sesekali menepuk pundak Rizky. Sampai-sampai titik air muncul di ujung mata Dzaka. Dia juga tampak tak peduli dengan orang-orang yang mulai memerhatikannya dan juga terus melanjutkan tawa.

Mata Pak Anton mendelik dari kejauhan, ia pun dengan berbekal rotan melangkah seperti orang kesetanan, menghampiri rombongan paling belkang dari kelas XI IPA 4 tersebut.

"Dzaka! Ivan! Reno! Rizky!" teriaknya fasih. Sudah sangat hapal dengan siapa yang berbuat onar.

Kemudian, tentu bisa ditebak di mana keempat orang tadi berakhir. Ya, di tengah lapangan sampai berakhir upacara bendera.

TBC

Penasaran sama kelanjutan hubungan Dzaka sama Anes, gak?🤣

Pasangan PrikkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang