Dua pria paruh baya tengah berbincang-bincang di ruang tamu sambil menikmati hangatnya secangkir teh. Mereka tampak senang dan begitu berseri-seri, sesekali mereka tertawa di sela-sela pembicaraan mereka.
Sambil duduk manis di sofa yang empuk, menyeruput teh dan suasana tentram di rumah yang lumayan megah, mereka tampak begitu nyaman.
"Saya sangat tersanjung pada anda, pastor Cha! Anda begitu hebat bisa membangun sebuah desa dan menjadi seorang pastor disana," puji salah satu pria kepada pria di hadapannya.
Pria yang memiliki bekas luka bakar di wajahnya dan yang di panggil pastor Cha itu lalu tersenyum dan berkata, "Itu hal yang biasa, tuan Choi Mingyu. Desa yang saya bangun pun tidak begitu bagus."
Choi Mingyu mengeluh, "Kenapa anda selalu merendahkan diri? Menjadi pastor tidaklah mudah, berkat anda saya kini merasa dekat dengan yang maha kuasa. Saya dan istri saya yakin, kami memiliki tempat di surga dan akan menaiki kapal menuju surga bersama umat yang lain saat waktunya tiba, kita semua orang beriman akan bahagia di-"
Ucapan Choi Mingyu terpotong saat seseorang membuka pintu dengan keras sambil menggerutu kesal.
"Apa bisa sehari saja kamu tidak membuat keributan?! Ibu lelah dengan kelakuan kamu, Choi Beomgyu!" Keluh wanita paruh baya seraya menarik tangan putranya untuk masuk ke dalam rumah.
"Ibu ayolah... Memangnya apa yang aku lakukan? Wajar jika pemuda seusiaku melakukan itu!" Kata Beomgyu yang membela dirinya.
"Wajar? Melemparkan batu di jalanan dan membuat keributan kamu pikir itu wajar?! Beomgyu... Tolong jauhi teman-temanmu! Mereka membawa pengaruh buruk!" Pinta Lee Heejin, ibu Beomgyu.
Beomgyu mendengus sebal pada tindakan ibunya yang ia pikir berlebihan. "Kenapa Ibu datang menjemputku? Aku malu, tau!?"
Melihat pertengkaran antara istri dan anaknya, Choi Mingyu kemudian berdiri dan bertanya, "Ada apa ini? Rumah kita kedatangan tamu terhormat, kenapa kalian ribut-ribut?"
Seketika pertengkaran antara Lee Heejin dan Choi Beomgyu terhenti, mereka kompak menoleh ke arah pastor Cha yang tengah duduk manis sambil menatap ke arah keduanya.
Lee Heejin segera menghampiri tamu terhormatnya, berlutut seraya memegang tangan pastor Cha begitu ia tiba di hadapan pastor tersebut.
"Pastor Cha Seungmin, tolong maafkan aku karena telah mengganggu ketenanganmu."
"Tak apa-apa," ucap pastor Cha sambil tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Lee Heejin. Kemudian pastor Cha menatap ke arah Beomgyu yang juga menatap ke arahnya.
Beomgyu terpaku di tempat, menatap pastor Cha aneh.
"Siapa dia? Kenapa ayah dan ibu sangat menghormatinya? Dan tatapannya...energiku seperti terkuras habis saat menatap matanya," batin Beomgyu.
Pastor Cha terus menatap Beomgyu tanpa ada niatan untuk mengalihkannya, pastor yang telah menginjak usia kepala empat itu lalu berdiri dan berjalan menghampiri Beomgyu sambil terus menatap Beomgyu.
Beomgyu yang merasa risih pun perlahan mudur dan sebisa mungkin membuang tatapannya dari pastor Cha.
"Pastor Cha? Kenapa?" Tanya Choi Mingyu yang heran pada pastor tersebut.
Setelah tiba di hadapan Beomgyu, pastor Cha lalu mengangkat tangannya hendak menyentuh pipi Beomgyu.
Sementara Beomgyu hanya mengerutkan keningnya heran dengan sikap orang asing yang baru di temuinya.
Dengan lembut, pastor Cha mengelus pipi pemuda di hadapannya, menikmati lembutnya pipi Beomgyu sembari menatapnya lekat.
"Aish! Apa yang kamu lakukan?!" Kesal Beomgyu yang semakin risih seraya menghempaskan tangan pastor Cha agar menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Hell (Sekte sesat) || END✓
FanfictionBeomgyu di bawa paksa ke sebuah gereja di desa terpencil oleh keluarganya karena seorang pastor berkata bahwa, "Ada iblis jahat di dalam tubuh Beomgyu." Berkedok pengusiran iblis, pastor itu justru menginginkan wajah Beomgyu. Dengan melakukan trans...