Dengan langkahnya yang berat, Beomgyu berjalan menyusul ayah dan ibunya.
Setibanya ia disana, pastor Cha langsung menjabat tangan Beomgyu dan menatapnya begitu lekat seraya tersenyum.
Risih atas sikap pastor Cha padanya, Beomgyu pun mencoba melepaskan tangannya dari pastor Cha, namun sayang, pastor Cha menggenggamnya erat.
"Sialan! Apa yang di lakukan si buruk rupa ini?! Aku rasa dia menyukaiku, aish... Itu menjijikan!" Batin Beomgyu.
Setelah menggenggam tangan Beomgyu, pastor Cha kemudian memegang puncak kepala Beomgyu dengan tangan kanannya.
Deg!
Tapi entah mengapa, saat pastor Cha memegang kepalanya, Beomgyu merasakan hal yang aneh. Pikirannya terasa kosong, yang bisa Beomgyu lakukan hanyalah menatap pastor Cha lekat-lekat.
Sementara ayah, ibu dan warga desa yang menyambutnya terus menyatukan tangan mereka layaknya tengah berdoa, mereka tak henti-hentinya bergumam, "Tuhan memberkatimu, Tuhan memberkatimu!"
Beomgyu reflek menarik napas panjang begitu pastor Cha melepaskan tangannya dari puncak kepalanya. Sangat aneh, Beomgyu merasa jiwanya ikut terbawa oleh tangan pastor Cha.
"Beomgyu, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari kami. Selamat datang," sambut pastor yang memiliki bekas luka bakar di wajahnya itu.
"Pendeta Shin, tolong hantar Beomgyu ke gereja," pinta pastor Cha yang menyuruh rekannya.
Kemudian seorang pria bungkuk yang sekiranya berusia kepala empat menghampiri Beomgyu, membawakan koper Beomgyu seraya menyengir kuda. "Ayo," ajaknya.
Beomgyu menelan salivanya dengan kasar. Apa yang di katakan orangtuanya benar, warga desa ini sangat ramah. Tapi beda dengan yang dirasakan Beomgyu, ia merasa sikap mereka aneh.
°°
Tiba di dalam gereja yang sangat besar. Beomgyu melaunkan langkahnya untuk memperhatikan seisi gereja yang hampir semua ornamennya berwarna putih.
Melihat Beomgyu tertinggal, pendeta Shin lalu menyuruh Beomgyu untuk segera menyusulnya. "Beomgyu, percepat langkahmu," pinta pendeta Shin yang kemudian menyengir kuda.
"Aku benci cengirannya itu!" Batin Beomgyu. Lalu Beomgyu segera mempercepat langkahnya untuk menyusul pendeta Shin.
Pendeta Shin kemudian membuka pintu yang terletak di samping kiri altar gereja, setelah itu ia mengajak Beomgyu untuk masuk kedalamnya.
Beomgyu awalnya berpikir di balik pintu itu hanya ada satu ruangan, tapi ternyata tidak, di balik pintu itu terdapat koridor layaknya koridor di hotel. Tapi bedanya koridor di gereja itu sangat minim pencahayaan.
Pemuda bermarga 'Choi' itu terus mengikuti langkah pendeta Shin yang membawakan koper miliknya, hingga tiba di kamar yang sudah disediakan untuknya.
Pendeta Shin membuka pintu satu ruangan yang berada di ujung koridor, setelah itu ia berkata, "ini kamarmu, semoga kamu nyaman."
Lagi dan lagi, pendeta bungkuk itu selalu menyengir kuda di akhir kalimatnya.
"Ya, terimakasih," ucap Beomgyu seraya mengambil koper miliknya dari tangan pendeta Shin. Beomgyu lalu segera masuk dan menutup pintu kamar, padahal pendeta Shin masih berdiri di depan kamarnya.
Beomgyu meletakan kopernya sembarangan, kemudian ia melihat-lihat kamar yang akan ia tempati sampai beberapa bulan ke depan.
Terdapat dua ranjang berukuran besar, satu lemari dan meja di tengah-tengah dua ranjang tersebut.
"Lumayan bagus," kata Beomgyu yang lalu berbaring di salah satu ranjang, mengeluarkan ponsel dan memainkan ponselnya.
🔥👹👹🔥
"Beomgyu, kamu harus jaga sikap. Ayah dan ibu harus kembali ke Seoul, sampai jumpa 2 bulan lagi," ucap Choi Mingyu sebelum ia dan istrinya meninggalkan Beomgyu di desa yang pastor Cha bangun, atau mungkin tepatnya menitipkan.
Terpaksa, Beomgyu harus mengikuti langkah pastor Cha untuk bertegur sapa dengan warga sekitar. Pastor Cha bilang, "Kamu harus mengenal penduduk desa, maka kamu akan merasakan kebaikan mereka."
Mereka berdua keluar dari dalam gereja dan berjalan menuju rumah-rumah penduduk desa yang terletak tak jauh dari gereja.
Selama dalam perjalanan, Beomgyu tak mengeluarkan sepatah katapun. Bukan karena malu, tapi Beomgyu enggan berbicara dengan orang yang tak di sukainya.
Beomgyu tak menyukai pastor Cha bukan karena wajahnya yang tampak seram karena terdapat bekas luka bakar, tapi Beomgyu tak menyukainya karena sikap pastor Cha terasa aneh baginya.
"Sampai kapan kamu terus membisu?" Tanya pastor Cha dengan senyum ramahnya.
Beomgyu tak menjawab, ia malah mengalihkan atensinya ke pepohonan yang ia lewati, berusaha agar ia dan pastor Cha tidak saling bertatapan.
Pastor Cha tertawa kecil, ia lanjut berkata, "Jangan salah sangka, sikapku memang seperti ini."
Seakan-akan pastor di sebelahnya bisa membaca pikirannya, Beomgyu sontak menoleh ke arah pastor Cha tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Kamu merasa tak nyaman dengan sikapku? Maaf... Aku berlebihan saat menatap matamu, bahkan saat itu aku mengelus pipimu yang membuatmu berpikir buruk padaku. Aku melakukannya karena aku melihat ada iblis jahat di dalam tubuhmu," kata pastor Cha.
"Jadi kamu menatap mata iblis di dalam tubuhku, bukan mataku?" Tanya Beomgyu.
Pastor Cha mengangguk.
Beomgyu kemudian kembali berkata, "Sejujurnya aku lebih tak nyaman pada pendeta Shin, aku benci saat dia menyengir kuda setelah berbicara. Kenapa dia selalu melakukannya?"
Mendengar perkataan Beomgyu, lantas membuat pastor Cha melepas tawanya. "Dia memang selalu seperti itu, tapi dia orang yang sangat baik dan taat pada Tuhan."
"Kalian berdua tinggal di gereja?" Tanya Beomgyu lagi.
"Bukan hanya kami berdua, ada beberapa orang lagi sebenarnya," jawab pastor Cha.
"Aku ingin jujur, kalian terlihat seperti sekte sesat! Menurutku kalian terlalu berlebihan," ucap Beomgyu yang gamblang mengutarakan pendapatnya.
"Sungguh? Yang kami lakukan hanyalah menyembah Tuhan dengan segenap hati kami, apa itu terlihat seperti sekte sesat? Soal aku yang berkata ada iblis di dalam tubuhmu, itu benar adanya. Aku menyuruh orang tuamu membawamu ke sini hanya bertujuan untuk mengusir iblis jahat itu. Dan tujuanku membangun desa ini hanya untuk membantu orang-orang miskin, kebanyakan penduduk yang tinggal disini berasal dari kota. Mereka bangkrut, lalu mendekatkan diri pada Tuhan dan berujung disini, disini mereka memulai hidup baru dengan bertani. Walau sederhana tapi disini begitu tentram." Jelas pastor Cha.
"Bukan menyombongkan diri, aku memang mempunyai kekuatan supranatural yang bisa mengusir iblis dan menyembuhkan orang sakit dengan perlahan. Banyak yang datang jauh-jauh kemari hanya untuk bertemu denganku, mereka meminta bantuanku untuk mengusir iblis dan menyembuhkan penyakit," lanjut pastor Cha.
"Pantas saja orang-orang seperti menyembahmu, termasuk orang tuaku!" Ketus Beomgyu.
"Mungkin itu yang membuatmu berpikir bahwa aku mendirikan sekte sesat. Jika kamu sudah terbiasa dengan kami dan mengetahui semua aktivitas yang kami lakukan, aku yakin, kamu tak akan berburuk sangka lagi."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Hell (Sekte sesat) || END✓
FanfictionBeomgyu di bawa paksa ke sebuah gereja di desa terpencil oleh keluarganya karena seorang pastor berkata bahwa, "Ada iblis jahat di dalam tubuh Beomgyu." Berkedok pengusiran iblis, pastor itu justru menginginkan wajah Beomgyu. Dengan melakukan trans...