🔥👹👹🔥 Chapter 5

285 50 18
                                    

"Mereka akan membunuhmu jika tau bahwa dirimu anak hasil pelecehan, mereka akan menganggap bahwa kamu terlahir dengan iblis di hatimu! Mereka juga akan menyebutmu putra iblis!"



°°°









Taehyun kembali ke kamar setelah mendapat udara segar. Saat dirinya akan berbaring di sebelah Beomgyu, Yeonjun kemudian bangun dan meminta Taehyun untuk mengantarnya ke kamar mandi.

"Jangan aku, ajak yang lain saja," tolak Taehyun yang lalu menutupi sebagian wajahnya dengan selimut.

"Kamu tau 'kan mereka susah di bangunkan? Cepat antar aku, sialan! Aku sudah tak kuat!" Pinta Yeonjun yang terus memaksa Taehyun.

Si dingin Taehyun tak berkutik sedikitpun, dirinya terus mengabaikan Yeonjun dan mencoba untuk tertidur.

Karena kesal, Yeonjun lantas menghampiri ranjang yang Taehyun dan Beomgyu tempati. Setelah itu ia menarik selimut yang Taehyun gunakan, agar temannya yang dingin itu mau mengantarnya.

Dan cara itu berhasil, Taehyun beranjak dari tidurnya sambil menggerutu kesal, "Choi Yeonjun sialan!"

Setelah itu keduanya segera keluar dari kamar dan mencari kamar mandi di setiap ruangan di koridor itu. Tapi sayangnya, mereka tak menemukan kamar mandi, semuanya hanya kamar tidur.

"Sial! Dimana kamar mandinya?!" Gerutu Yeonjun yang kesal.

"Mungkin di balik pintu di samping kanan altar, kamu ingat? Wanita yang tadi dirasuki iblis di bawa kesana, mungkin saja ada kamar mandi disana," kata Taehyun.

Yeonjun mengangguk, lalu keduanya segera pergi menuju pintu yang Taehyun maksud.

Mereka membuka pintu yang terletak di samping kanan altar gereja, tampak sama, di balik pintu itu terdapat koridor dan beberapa ruangan, layaknya koridor di sebuah hotel.

"Apa mereka irit listrik? Kenapa koridor-koridor di gereja ini tak diberi lampu?" Keluh Yeonjun seraya melingkarkan kedua tangannya di tubuhnya karena merasa takut saat melewati koridor itu.

Beda halnya dengan Taehyun, ia berjalan dengan santai tanpa ada rasa takut di dirinya.

"Kamu yakin disini ada kamar mandi? Aku rasa semua ruangan yang ada di koridor ini hanya sebuah kamar." Tanya  Yeonjun sambil terus menengok kesana-kemari, mencari letak kamar mandi.

"Kita cari saja," ucap Taehyun tanpa ekspresi.

Mereka terus berjalan lurus, membuka satu-persatu pintu yang ada di koridor itu. Tapi sedari tadi yang mereka temui hanya sebuah kamar.

8 pintu sudah mereka buka, tinggal 4 pintu lagi yang belum mereka periksa. Saat keduanya akan memeriksa pintu ke 9, tiba-tiba terdengar suara seperti mangkuk yang terbuat dari alumunium terjatuh ke lantai.

"Suara apa itu?" Tanya Yeonjun penasaran sekaligus merasa takut. Sebab, sedari dari di koridor itu tak ada siapapun selain mereka berdua. Karena itu Yeonjun berpikir suara itu disebabkan oleh sesosok hantu.

"Mungkin seseorang yang ada di salah satu ruangan. Sudahlah, aku pikir disini tak ada kamar mandi." l Taehyun menebak-nebak.

"Seseorang? Aku yakin tak ada orang disini," kata Yeonjun.

"Ada 4 ruangan lagi yang belum kita periksa, mungkin itu kamar pastor Cha dan pendeta Shin." Taehyun.

"Kamu benar. Bagaimana jika kita tanyakan saja pada mereka? Pintu di ujung sana sedikit terbuka, sepertinya penghuni kamar itu belum tidur, kita tak akan mengganggunya 'kan?" Yeonjun.

Taehyun mengangguk, menyetujui saran dari Yeonjun. Kemudian mereka kembali berjalan menuju kamar yang terletak di ujung koridor.

Saat keduanya hampir tiba di ruangan yang sedikit terbuka tersebut, Yeonjun lalu menggosok bawah hidungnya dengan jari telunjuk, iapun mengeluh karena mencium bau yang tak sedap, "bau apa ini?"

"Darah," jawab Taehyun datar.

Yeonjun sontak berhenti melangkah, membulatkan matanya karena terkejut dengan apa yang di katakan Taehyun yang ada benarnya.

Kemudian Yeonjun mencoba mempertajam indera penciumannya untuk memastikan jika yang di katakan Taehyun benar atau tidaknya.

Setelah mengendus-endus layaknya seekor anjing, Yeonjun lalu kembali membulatkan matanya seraya berkata, "Kamu benar, ini bau darah! Ah sial, aku jadi semakin merinding! Kita kembali saja ke kamar, aku takut!"

"Kembali? Memangnya kamu tak penasaran dengan bau darah itu?" Tanya Taehyun yang lagi-lagi tanpa ekspresi.

"Rasa takutku lebih kuat daripada rasa penasaranku. Bagaimana jika bau darah itu bau darah manusia? Dan bagaimana jika pembunuhnya ada disini? Sebaiknya kita kembali, Taehyun!" Pinta Yeonjun yang ingin kembali ke kamar.

"Terlalu paranoid! Lalu jika ketakutanmu benar, tidakkah kamu penasaran dengan pembunuhnya? Yang tinggal di gereja ini hanya kita dan dua orangtua itu, kamu yakin tidak ingin memeriksanya?" Tanya Taehyun.

Mendengar kata-kata Taehyun, lantas membuat Choi Yeonjun berpikir sejenak. "Rasa penasaranku lebih kuat sekarang karenamu!"

"Jadi kamu mau memeriksanya?" Tanya Taehyun.

Terpaksa, karena penasaran, Yeonjun pun akhirnya memilih untuk mengikuti kemauan Taehyun. Menurutnya, jika ia kembali ke kamar ia tak akan pernah tau jika ada pembunuh di gereja ini.

Mereka berdua kemudian berjalan dengan mengendap-endap menuju pintu di ujung koridor itu.

Semakin dekat dengan pintu tersebut, maka bau darah semakin tercium.

Setelah tiba di depan pintu itu, keduanya segera mengintip aktivitas yang terjadi disana dari celah pintu yang terbuka.

Kaget bukan kepalang, Yeonjun dan Taehyun kompak membulatkan mata mereka begitu melihat hal yang mengerikan terjadi disana.

Seorang wanita terbaring di ranjang yang tampak seperti brankar rumah sakit. Yeonjun dan Taehyun juga melihat pastor Cha dan pendeta Shin berada di ruangan itu, tengah menguliti tubuh wanita yang terbaring tersebut.

"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Yeonjun di benaknya.

Taehyun menelan salivanya kasar saat melihat bagaimana tubuh seseorang hampir tidak memiliki kulit. Semua bagian tubuh wanita itu sudah terkuliti dengan bersih, terkecuali di bagian kaki.

Kedua pemuda itu tak berkutik sedikitpun, mereka terus diam di tempat sambil membulatkan matanya, kaget sekaligus ngeri.

Bagaimana bisa seorang pastor dan pendeta membuat sebuah ruang operasi di dalam gereja dan melakukan hal keji disana? Pertanyaan itu mungkin yang ada di pikiran Yeonjun dan Taehyun.

Pendeta Shin terus fokus menguliti betis kaki wanita tersebut dengan sebuah pisau kecil, sementara pastor Cha hanya memperhatikan pekerjaan rekannya.

"Berapa lama lagi?" Tanya pastor Cha.

"Sabar, aku tinggal menguliti kakinya," jawab pendeta Shin.

Pastor Cha bersedekap dada, "Aku masih tak punya jawaban jika para warga bertanya kemana perginya Kim Seoyon."

"Katakan saja jika iblis itu melekat di hati Kim Seoyon, dan kita terpaksa menghancurkan inangnya agar iblis itu hancur." Pendeta Shin menyarankan.

"Kamu benar, lalu jika warga bertanya keberadaan tubuhnya? Apa yang harus aku jawab?" Tanya Pastor Cha.

"Kamu hanya pandai bicara di depan warga, tapi di hadapanku kamu terlihat lebih bodoh dariku! Katakan saja kita mengkremasi tubuhnya, lalu kamu berikan abu palsu pada keluarganya!" Jawab pendeta Shin sambil fokus menguliti betis kaki Kim Seoyon.

Pastor Cha mengangguk, "ya, benar! Ternyata tak sia-sia aku merekrut dokter gadungan untuk jadi rekanku, hahaha..."

"Shin Moonjin, tolong sisakan paru-parunya untukku," pinta pastor Cha.

Kemudian pastor bernama Cha Seungmin itu berbalik hendak pergi dari ruangan tersebut. Tapi begitu melihat dua makhluk yang tampak seperti manusia tengah mengintip aktivitas mereka, lantas membuat pastor Cha terkejut sekaligus marah.

"Siapa disana?!" Tegur pastor Cha pada kedua pemuda itu.













TBC

Stuck In Hell (Sekte sesat) || END✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang