PART 14 - RA

95 35 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Sabar adalah ketika hati tidak meratap dan mulut tidak mengeluh."
– Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Sebaik-baik karya manusia, kalam Allah Subhanahu Wa Ta'ala lah yang terbaik. Maka, jadikan Al-Qur'an Sebagai bacaan Utama.

Happy Reading. Jangan lupa Vote.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Hari ini kelas XI MM 2 mendapatkan mata pelajaran olahraga di sekolahnya. Murid-murid tersebut kini sudah bersiap melakukan pemanasan di lapangan basket sebelum memulai materi Bola Basket.

Semua murid tentunya memakai baju olahraga. Dan khusus untuk perempuan memakai jilbab berwarna putih. Salah satu murid di tunjuk untuk memimpin pemanasan di depan teman-temannya oleh Pak Budi, yaitu guru mapel olahraga.

"Absen 21 sini maju, pimpin pemanasan." ucap Pak Budi sambil memegang buku absen kelas XI MM 2.

Murid-murid di sana sontak melihat ke arah orang yang berabsen 21 itu. Laki-laki itu merasa diperhatikan oleh teman-temannya lantas melangkah maju.

"Hitung bareng-bareng, 1 sampai 8." ucap Pak Budi memerintah.

Murid XI MM 2 di sana segera mengambil gerakan pemanasan. Dan menghitung bersama-sama. Pemanasan menghabiskan waktu sekitar 7 menit. Setelah itu mereka mulai memasuki materi.

Di koridor lantai dua, beberapa murid perempuan memasuki kelas XI MM 2 yang sepi tanpa penghuni. Mereka mencari-cari bangku seseorang di sana. Salah satu dari mereka mendekati bangku yang tepat berada di dekat pintu masuk kelas.

Ia membuka tas ransel yang ada di bangku tersebut dan mengambil buku tulis di dalamnya. Tangannya membuka buku tersebut dan tersenyum miring, ternyata benar bahwa itu meja yang di cari.

"Ini meja dia." ucap Queena sambil menunjuk dengan telunjuknya.

Kedua perempuan yang berada jauh darinya mendekat ke bangku yang di tunjuk.

"Cepat coret-coret di bukunya dan meja dia." suruh Queena, lalu ia tersenyum miring.

"Oke." ucap Selina dan Zenia bersamaan sambil mengangguk patuh.

Mereka bertiga mengambil spidol hitam dan merah serta pulpen di saku roknya. Aksi mereka jalankan di sana tanpa ada manusia lain yang melihat. Tidak menghabiskan waktu lama, setelahnya mereka cepat-cepat pergi dari kelas tersebut.

Di lain sisi, seorang perempuan dengan kulit sawo matang yang dibanjiri keringat sedang duduk di lapangan basket. Kakinya ia luruskan ke depan guna beristirahat setelah lelah praktek tentang gerakkan bermain bola basket.

Cuaca kini cerah dengan matahari yang mengeluarkan suhu panas di bumi. Tetapi tidak membuat kedua perempuan di sana merasa panas, karena mereka berteduh di pohon dekat lapangan basket.

"Eh sha, ke kelas aja yuk." ajak Shiva.

Raisha lantas melihat ke arah Shiva atas ajakannya itu.

"Yaudah ayo, yang lain udah pada ke kelas juga." ucap Raisha sambil menepuk-nepuk baju bawahnya.

Mereka pun berjalan menuju kelas. Saat sudah berada di sana hanya beberapa murid yang ada di kelas. Yang lainnya sedang membeli jajanan di kantin. Tapi alangkah terkejutnya Raisha setelah melihat banyak coretan di mejanya serta buku tulisnya di meja itu.

"Sha..kok bisa". ucap Shiva terkejut atas meja Raisha di sampingnya.

Raisha terdiam, ia membaca kata-kata yang mengotori mejanya itu.

Rafiq Aljinah [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang