PART 2 - RA

219 71 15
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Ingatlah akan penghancur segala kesenangan dan syahwat serta pemutus segala harapan (yakni kematian), ketika kalian bermaksud hendak melakukan segala perbuatan yang buruk."
-Ali bin Abi Thalib

Sebaik-baik karya manusia, kalam Allah Subhanahu Wa Ta'ala lah yang terbaik. Maka, jadikan Al-Qur'an Sebagai bacaan Utama.

Happy Reading.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum" salam Raisha setelah mengetuk pintu dihadapannya, lalu membuka pintu rumahnya.

Ia berjalan masuk ke dalam, dan melihat di sekeliling rumahnya, ternyata sepi. Biasanya di saat jam pulang sekolahnya, ibunya selalu ada dirumah. Mungkin di dalam kamar, pikirnya. Ibunya Raisha bekerja di sebuah toko souvenir dan undangan pernikahan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Ia memiliki karyawan, sehingga tidak perlu menjaga toko hingga waktu tutup tiba. Sedangkan ayahnya seorang Pegawai Negeri Sipil. Dan jangan lupakan, bahwa Raisha juga memiliki kakak laki-laki yang sedang menyelesaikan kuliahnya, ia sekarang sudah memasuki semester 7 Fakultas Ekonomi.

"Eh, sudah pulang dek?" Ucap Wanita Paruh Baya di depan Raisha, ia adalah ibu Raisha. Namanya Zahra.

"Iya bu," balas Raisha sambil menyalimi tangan Ibu Zahra

"Gimana sekolahnya?"

"Alhamdulillah, lancar bu."

"Sukur lah, yaudah sana kamu ganti baju, nanti makan ya." ujar Ibu Zahra yang kini sudah duduk di sofa ruang tamu ingin menonton tayangan di televisi.

"Siap bu, Raisha ke kamar dulu ya." ucap Raisha dan di angguki oleh ibunya

Raisha pun melanjutkan jalannya kembali menuju kamar tercintanya.

Setelah berganti pakaian, ia kemudian keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan, ingin mengisi perutnya yang sedari tadi minta di isi.

Sebelum memulai makan, tidak lupa ia mengucapkan doa sebelum makan, karena salah satu adab makan ialah harus membaca doa sebelum ataupun sesudah makan.

Jam sudah menunjuk pukul 11.47. Menandakan waktu sholat dzuhur sebentar lagi tiba. Ia memutuskan ke ruang tamu untuk menonton televisi sejenak bersama ibunya setelah mencuci piringnya tadi di dapur.

"Dek." panggil ibu Zahra yang tidak mengalihkan pandangannya dari televisi

"Iya bu, kenapa?" tanya Raisha sembari melihat ke arah ibunya yang duduk di samping kirinya

"Kamu, kalau ayah sama ibu jodohkan apa mau?" tanya ibu Zahra ragu

'Hah Apa? Ga salah dengarkan aku?' batin Raisha terkejut atas pertanyaan ibunya itu.

"E-engga lah bu, aku mau cari sendiri. Lagian kan sekarang bukan jamannya siti nurbayang." yakin Raisha atas ucapannya itu.

"Yaudah kalau kamu ga mau, ibu cuman bertanya aja, siapa tahu kamu mau, ibu bisa jodohkan kamu sama anaknya teman ayah kamu." jelas Ibu Zahra

"Jangan deh bu, aku juga lagi mau memperbaiki diri dulu." tolak Raisha, ia paling tidak suka dijodoh-jodohkan. Lagi pula ia masih sekolah, masih banyak perjalanan untuk mencari jati dirinya yang sesungguhnya. Perkara perasaan, ia tidak bisa berbohong, bahwa hati kecilnya ingin sosok itu yang menjadi imamnya kelak.

Rafiq Aljinah [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang