بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
"Orang itu dikatakan dekat dengan Allah selama dia meluangkan waktunya untuk berdzikir setiap hari."
– Syaikh Abdul Qadir JaelaniSebaik-baik karya manusia, kalam Allah Subhanahu Wa Ta'ala lah yang terbaik. Maka, jadikan Al-Qur'an Sebagai bacaan Utama.
Happy Reading. Jangan lupa Vote.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Jari-jari seorang perempuan dengan pakaian muslimah kini tengah sibuk mencari-cari lokasi di maps. Ia sedang mencari tempat yang tepat dan menerima PKL disana. Karena jika ia mencari langsung tanpa menemukan tempat yang ingin tuju tentu menghabiskan waktu.
Beberapa lokasi yang dekat dengan rumahnya sudah ia hubungi, tetapi belum ada respon. Ia menghela napas, rasanya seperti mencari lamaran kerja. Padahal ia baru Praktik Kerja Lapangan dan belum melamar pekerjaan. Tapi sudah cukup membuatnya pusing tujuh keliling karena sudah dua hari belum mendapatkan yang sesuai.
Ia mematikan layar handphonenya lalu beranjak dari sofa ruang tamu menuju ruang makan. Sudah pukul dua siang, dan ia belum makan siang. Ibunya tidak ada dirumah karena berada di toko. Akhir-akhir ini memang toko ibunya kedatangan banyak pelanggan yang menginginkan undangan dan souvenir untuk pernikahan.
Setelah ia makan di ruang makan, ia berjalan menuju ke dapur untuk mencuci piring. Baru saja ia membilas piring tiba-tiba handphone di saku gamisnya berdering. Ia lantas mengelap tangannya yang basah lalu mengambil benda pipih tersebut dari saku gamisnya.
Netranya teralih memandang nama yang tertera di layar itu, untuk melihat siapakah yang menelponnya siang-siang seperti ini. Alisnya sedikit terangkat setelah membaca bahwa nomor itu tidak ia kenal. Ia merasa malas untuk mengangkat, ia sudah tahu bisa saja itu orang iseng.
Ia diamkan saja tanpa berniat mengangkat. Benda pipih tersebut ia masukan di saku gamisnya kembali. Tangannya sibuk membilas piring dan sendok yang ia sudah ia kotori tadi untuk makan siang. Setelah bersih ia taruh kedua benda tersebut di rak khusus piring-piring ataupun perlengkapan makan.
Kaki Raisha mengayun menuju ke ruang televisi. Disana terdapat televisi berukuran sedang, di depannya ada sofa panjang yang bawahnya terdapat karpet bulu. Ia duduk disana sambil mengambil remote control yang berada di pinggir sofa. Tombol merah ia tekan dan menampilkan gambar tayangan di televisinya.
"Tayangannya ga ada yang asik, masa iklan semua." ucap Raisha sambil bersender di sofa berwarna merah tua, tangannya lurus ke arah tv dengan memegang remote untuk mengganti tayangan.
"Oy dek, ngapain." ucap Gibran yang berada di belakang sofa tempat Raisha duduk. Ia baru pulang dari kampusnya.
"Astagfirullah, ngagetin aja si bang." ucap Raisha kesal karena suara kakaknya yang tiba-tiba muncul membuatnya terkejut.
"Abang salam dari ruang tamu ga kedengeran apa?" tanya Gibran yang kini tengah berjalan mendekati sofa di depannya, ia lalu duduk di samping kiri Raisha.
"Ga, suara abang kecil kali." jawab Raisha sambil melirik kakaknya di samping.
"Kuping kamu aja belum dikorek sebulan."
Raisha yang mendengar ucapan kakak laki-lakinya itupun melotot tidak terima, ia lantas mencubit lengan abangnya dengan perasaan kesal.
"A a sakit dek." jerit Gibran kesakitan atas cubitan adiknya itu.
"Makanya jangan rese." ucap Raisha yang sudah melepas cubitan itu, ia mendelik kesal ke arah kakaknya itu.
Gibran memasang wajah tidak terima sambil mengusap-usap bekas cubitan adiknya. Ia tiba-tiba teringat akan suatu hal, lantas dirinya bertanya kepada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafiq Aljinah [TELAH TERBIT]
EspiritualKisah perempuan yang memiliki rasa kagum kepada laki-laki yang bercita-cita menjadi seorang ustadz. Lalu lama-kelamaan rasa kagum itu menjadi suka dan cinta. Lantas, bagaimana jadinya jika laki-laki itu ternyata memiliki rasa cinta kepada perempuan...