chapter 8

48.3K 3.6K 90
                                    

Vote and komen pren, jangan jadi pembaca gaib><

Sedangkan di sisi lain, seorang gadis mengacak-acak rambutnya frustasi.

Prang

Prang

Apapun yang ia temui, ia banting.

"AKHH SIALAN! GIMANA KALO GUE GABISA BALIK!"

"Oke ... kayaknya gue cuman harus singkirin Reva aja, dia lah pengacau rencana gue." Ungkap gadis tersebut tersenyum smirk.

•••••

Reva sampai di mansionnya, saat itu juga Reva melihat seseorang menunggu nya sambil ber sedekap dada. Siapa lagi kalau bukan suaminya, Vian.

"Jadi? Lo jadi gue beliin kucing kan?" tanyanya kemudian.

"Iya, tapi bentar, gue ganti baju dulu."

Ucap Reva kemudian berjalan menuju kamarnya. Beberapa saat kemudian Reva selesai berganti pakaian menjadi serba hitam. Reva turun dan melihat Vian yang duduk di kursi sambil memejamkan matanya. Tak lama mata indah itu terbuka, melihat penampilan Reva dari atas sampai bawah.

"Lo, mau kemana?"

"Mau bunuh orang," ucap Reva enteng.

Vian tersenyum tipis. "Ayo, gak usah lama!"

Mereka beriringan menuju ruang bawah tanah, Vian melihat Reva biasa saja pun heran. Bagaimana dia tidak takut?

Reva sendiri pun bingung hingga bertanya-tanya di dalam hati."Kok gue ga takut ya kayak waktu itu? kalo gara-gara anak gue, ngeri sih! calon psiko."

Batin Reva bergidik, bagaimana kalau calon anaknya seperti suami Kareva yang gila? tidak! Reva tidak akan membiarkannya.

Ia terkejut karena tiba-tiba ia melayang, ternyata Vian menggendongnya ala koala.

"Lama," gue juga suka ngegedong lo. Lanjut Vian dalam hati.

Reva hanya mengangguk bahunya acuh, ia sebenarnya juga mager. Tapi demi calon anak kesayangan yang ingin kucing gede.

Lima menit kemudian mereka sampai, disitu ada seorang laki-laki dengan keadaan mengenaskan. Vian segera menurunkan Reva. Ia melihat kearah Vian dengan alis terangkat satu, Vian yang paham pun menjawab.

"Pengkhianat, dan gue gasuka itu."

"Siapa duluan?" tanya Reva seolah-olah sudah biasa melakukannya.

"Lo aja, gue yang nonton," celetuk Vian.

"Eh, bukannya harusnya gue cuman nonton ya? kok jadi gue sih?" batinnya.

Tak mau lama, Reva segera mengambil sebuah gunting. Vian melihat apa yang akan Reva lakukan pada laki-laki tersebut.

"Paman, gue pengen botakin lo boleh?" biar sopan, Reva bertanya terlebih dahulu.

Laki-laki itu terdiam dengan gemetar, Reva geram. Ia baru saja di acuhkan! Reva kemudian menggunting rambut laki-laki itu, sampai seperti orang gila karena acak-acakan. Cosplay jadi tukang cukur.

"Btw, Vian. Gue lagi ga mood, langsung bunuh aja kenapa?"tanya Reva menerapkan matanya.

Vian mengerutkan keningnya."Gue suka rintihan dan permohonan ampunan, dan lo seenaknya mau langsung bunuh gitu aja?"

"Lo mau ... jadi gatinya dia, hmm?"lanjutnya tersenyum smirk.

Sedangkan Reva bergidik ngeri, ayolah memang ia sedang bertransmigrasi ke tubuh wanita yang sering disiksa. Tapi Reva yang sekarang tidak mau!

New World [TRANSMIGRATION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang