chapter 21

24.6K 1.6K 10
                                    

Happy reading❤️

Reva dan Vian bersiap menuju tempat balap. Reva mengenakan pakaian serba hitam, bagitupun Vian. Untuk beberapa saat, Vian terpesona dengan penampilan Reva sekarang. Lalu mereka berangkat menggunakan motor yang akan digunakan Vian balapan.

Ditengah perjalanan, Vian sangat pelan karena takut kenapa-kenapa. Sebenarnya Reva bosan karena Vian begitu lambat. Bahkan tadi di rumah, setiap Reva ke kamar mandi, suaminya itu selalu mengikutinya seolah tidak ada hari esok. Dan juga jika ditanya pasti jawaban Vian 'aku takut kamu kenapa-kenapa' sampai Reva bosan mendengarnya. Namun karena ia malas berdebat, hanya diam sambil menikmati semilir angin yang jarang ia dapatkan dulu.

Reva memejamkan matanya, udara dingin yang menembus kulitnya, sangat menenangkan. Sedangkan Vian yang didepan hanya tersenyum tipis, melihat Reva-nya tersenyum saja membuatnya begitu bahagia. Ia sangat tak sabar menunggu calon anak mereka lahir, pasti akan menambah cinta di antara mereka.

Satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai. Para pemuda yang ada disana terpesona untuk beberapa saat melihat Reva. Vian yang menyadarinya menatap tajam orang-orang itu.

"Sayang, kamu sama temen-temen aku dulu, ya?"

Reva mengangguk sambil tersenyum menuju teman-teman Vian. Ternyata disana ada seorang gadis yang ia kenali.

"Sintya?" penggil Reva memastikan.

"Reva?!" ucap Sintya terkejut lalu berlari menuju Reva.

"Huaaa gue kangen banget sama lo tau nggak! btw sorry banget ya, gue udah pindah sekolah jadi gak kasih lo kabar," cerocos Sintya.

"Lo kenapa pindah?"

Sintya tersenyum tipis lalu berbisik pada Reva. "Gue dijodohin."

"What?!"

"Ssstt, diem! iya gue dijodohin sama temen masa kecil gue. Dan gitu, gue dipindahin ke sekolah yang sama ditempat suami gue," jelas panjang Sintya.

"Selamat Sin, gue harap ... lo selalu bahagia," ujar Reva tersenyum memeluk Sintya.

"Lo juga, Va."

"Eh, btw kita ngobrol yuk? ke cafe deket sini," ajak Sintya.

"Iya, pergi aja."

Sela seseorang tiba-tiba membuat mereka berbalik, ternyata Vian. Ia ingin Reva tidak terlalu kedinginan di dunia luar seperti itu. Dan tanpa sengaja, tadi ia mendengar percakapan itu.

"Tapi gue mau lihat –"

"Ikut aja, ya? kalian jarang ada waktu sekarang," bujuk Vian.

Reva melihat wajah memelas Sintya, dengan terpaksa wanita itu mengangguk membuat kedua orang itu tersenyum. Mereka berdua berjalan menuju cafe dekat sana. Dan benar saja, didekat area balap itu terdapat cafe cukup besar dan mewah.

Mereka masuk lalu memesan ruangan VVIP, hanya untuk berdua. Setelah memesan makanan mereka duduk dengan hening. Tidak ada yang membuka percakapan membuat Reva bingung.

"Va," panggil Sintya.

"Kenapa?"

"Lo gak mau dengerin cerita perjodohan gue?"

Reva menepuk dahinya, ternyata Sintya ingin curhat. "Cerita aja, gue dengerin."

"Sebenarnya, Rev. Gue hamil diluar nikah, sebelum dijodohin."

New World [TRANSMIGRATION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang