chapter 32

17.2K 1.2K 6
                                    

Vote and komen ya, iya dong!🌻

Happy reading🦋

"Aku gapapa, Ma."

Reva mendekat lalu melihat Deon dari atas sampai bawah. Sampai ia benar-benar yakin jika anaknya tidak apa-apa. Raut khawatir Reva membuat Vian tersenyum tipis, Reva benar-benar berhasil menjadi seorang ibu.

"Ini anak kedua lo?" tanya Sintya tiba-tiba.

"Iya, namanya Deon."

"Lo Vian, kan? Suami Reva?" tanya Sintya dengan mata berbinar.

Seketika suasana itu menjadi hening dan menegangkan, terlebih lagi Vian yang menunggu jawaban Reva. "Papa aku sama Deon itu papa Leo, Tante," sarkas Lia.

Sintya terkejut dengan jawaban Lia, ia tidak salah. 7 tahun lalu seingatnya Reva hamil anak dari Vian, dan sudah dipastikan adalah Lia. Ia benar-benar tidak tau apapun sekarang karena memang setelah ia bertemu Reva dulu, Sintya fokus pada pendidikan dan keluarganya.

Reva berdehem untuk mencairkan suasana. Lia yang paham dengan urusan orang dewasa pun segera mengajak Viola dan adik-adiknya pergi. Sekarang, disana hanya tersisa Reva, Vian, dan Sintya yang menunggu kata-kata keluar dari pasangan itu.

"Lo gak usah deket-deket anak-anak gue," timpal Reva pada Vian.

"Tapi mereka juga anak-anak aku, kan?" tanya Vian.

Wanita itu terkekeh dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Sejak kapan anak gue jadi anak lo?" tanyanya balik sambil menaik turunkan alisnya.

"Bentar-bentar ... maksudnya kenapa sih? Bukannya kalian suami istri?" potong Sintya kebingungan.

"Bukan."

"Iya."

Jawab Reva dan Vian bersamaan. Sintya semakin dibuat pusing sekarang, siapa yang benar sungguh ia tidak mengerti.

"Dulu, sekarang lo gak punya hak apapun atas gue atau anak gue. Jangan sekali-sekali lo bilang sama Lia ... kalau lo ayah kandungnya," bisik Reva di akhir kalimat lalu menggandeng tangan Sintya pergi.

"Bunda lama ih!" gerutu Varen pada ibunya.

"Kyaa, imut banget anak siapa nih," heboh Reva mencubit pipi Varen.

"Anak gue, namanya Varendra Andres Franzico. Imut, kan? Imut dong anak gue gitu," ujar Sintya sambil merapikan rambutnya.

Viola dan Varen memutar bola matanya malas, ibu mereka sungguh sangat ke PD an. Walaupun memang Viola dan Varen imut.

"Varen seumuran Deon?"

"Iya, Tante," balas Varen dengan senyuman.

Reva mengangguk dan tersenyum, ia kemudian melihat kearah Sintya lalu berbisik. "Soal tadi, nanti gue jelasin di telpon."

"Oke."

                                    •••••

Sampai di mansion, Reva memenuhi kata-katanya untuk menjelaskan semuanya pada Sintya di telpon. Benar saja, Reva pastikan disana Sintya terkejut dan untungnya tidak mempunyai penyakit jantung.

Selesai telpon, tiba-tiba Reva mengingat orang tuanya. Ia benar-benar lupa, tidak lupa, sebenarnya hanya Reva tidak terlalu memikirkan. Apakah ia perlu menjenguk orang tua nya?

Mengingat 7 tahun lalu ia berbaikan dengan ibunya, membuat ia ingin berkunjung. Bagaimana pun, mereka adalah orang tua Reva asli. Reva memutuskan untuk tidak membawa anak-anaknya, karena takut ayahnya berbicara hal yang tidak-tidak.

New World [TRANSMIGRATION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang