chapter 22

24.5K 1.8K 74
                                    

⚠️Yang lagi puasa dimohon baca istighfar, atau baca malam aja ya takut kesebut walaupun udah ku sensor😭

Happy reading✨

Reva melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat ....

Sakit. Satu kata yang mewakilinya, Reva mematung ditempat. Melihat Vian tanpa sehelai benangpun dengan sahabat atau temannya mungkin ... Mila.

Ya, wanita itu melihat Vian dan Mila tidur berpelukan tanpa sehelai benangpun. Pikirin Reva berkeliaran kemana-mana tidak percaya apa yang ia lihatnya. Kepalanya tiba-tiba pusing, ia mundur dengan kepala digelengkan. Reva sungguh tidak sanggup dengan ini.

Air matanya menetes tanpa diminta, Reva berlari tidak tau arah. Bahkan saat berpapasan dengan teman-teman Vian, ia tak pedulikan. Teman-teman Vian sendiri bingung, kenapa Reva menangis? Kevin berlari menuju kamar Vian disusul teman-temannya.

Kevin terdiam didepan pintu, begitupun Ken, Sam dan Arfin. Tanpa aba-aba, Kevin berlari menuju Vian dan memukul wajar pria yang sedang tidur itu. Pemuda itu memukul dengan bruntal.

Bugh

Bugh

Bugh

"A***ng! gue salah gak rebut Reva dari lo!" teriak Kevin tetap memukuli Vian.

Sedangkan Vian terdiam mengingat apa yang terjadi. Ken mencoba menghentikan Kevin dengan aktivitasnya itu. Kevin berhenti lalu bertekuk lutut dengan mata memerah. "Gue udah relakan cinta gue buat lo ... dan lo dengan mudahnya sakitin dia gitu aja," lirih pemuda itu menatap kosong.

"Sadar Vian!" teriak Sam.

Eugh

Lenguhan seorang gadis. Ralat, wanita membuat mereka menoleh. Baru satu kebenaran yang mereka terima, dan sekarang lagi. Mereka jadi khawatir dengan Reva, apakah ia melihat itu?

"Mila?" gumam Arfin tak percaya sambil tersenyum kecut.

Wanita itu menatap mereka diam sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Ya, dia adalah Milanie Agnesia, sahabat Reva dan teman-temannya. "Lo keterlaluan, Mil." Sahut Ken menatap tak percaya.

"Sekarang ... gue gak akan mundur. Cari dia atau di ambil orang," desis Kevin lalu berlari pergi.

                                  •••••

Sesuatu yang kita anggap seperti rumah, belum tentu tidak akan menyakiti. Seseorang yang kita sangat percayai, belum tentu selalu menjaga kepercayaan. Dan orang yang berkata cinta, belum tentu dia benar-benar mencintaimu.

Dibawah guyuran hujan deras, seorang wanita tersenyum miris. Lima belas menit hanya ia habiskan di bawah hujan yang lebat, dan malam yang gelap. Menangis dan tertawa melihat dirinya sendiri di genangan air. Ia menjambak rambutnya frustrasi dan berteriak.

"Hahaha, gue ternyata salah cinta sama lo."

"Cinta? gue bener-bener salah mau cinta sama orang. Bener kata ayah dulu, hanya dia yang cinta lebih dari siapapun di dunia ini."

"Sebulan ini, lo udah buat gue jatuh cinta. Dan lo berhasil, tapi apa? seakan lo bawa gue terbang lalu menghempaskan gitu aja!"

Teriak Reva sambil tertawa garing. "Capek," gumamnya.

Reva berdiri lalu berjalan, hingga tibalah dipinggir jurang yang gelap. Ia lagi-lagi tertawa miris. Beberapa langkah lagi ia akan mengakhiri hidupnya disana. Tetapi selangkah legi Reva akan terjatuh, ia ingat sesuatu.

New World [TRANSMIGRATION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang