chapter 35

17.8K 1.1K 38
                                    

Tinggalkan jejak 🌙🌙

Happy reading 🍋

Seketika, kaki Reva seperti jelly. Reva terduduk dan menangis mendengar pengakuan Vian. Perkataan Feli waktu itu benar, ia yang salah, ia egois tidak mau mendengar penjelasan Vian dulu.

Wanita itu menangis terisak dengan Vian yang memandangnya sendu. Pria itu bangkit dan membantu Reva terbangun lalu mengelus pipinya lembut. Reva tidak sanggup memandang wajah Vian.

"Hei ... jangan nangis cantiknya Vian."

Panggilan itu membuat air mata Reva berlomba-lomba keluar. Sungguh dada nya sesak, sekarang ia merasa sangat bersalah. Semuanya salahnya.

"Ini salah gue ... " lirihnya terus terisak.

Vian menangkap wajah Reva, lalu menghapus air matanya. "Bahkan, kamu ngelarang aku jujur ke Lia kalau aku ayahnya, aku turuti. Itu karena aku yakin, suatu saat kamu sendiri yang akan jujur ke Lia."

"Maaf ...."

"Bukan salah kamu. Tuhan hanya ingin melihat, seberapa aku tulus mencintai kamu."

"Andai gue gak egois." Dengan sigap, Vian memeluk Reva. Hujan itu menjadi saksi dua insan saling mencintai itu.

"Udah ya? Kita masuk dulu. Aku takut kamu sakit," ujar Vian diangguki Reva.

Reva masuk dibantu Vian yang disebelahnya. Wanita itu sangat merasa bersalah pada pria yang sayangnya masih suaminya itu. Seandainya ada mesin waktu, ia akan kembali dan memperbaiki semuanya.

Selesai berganti pakaian, mereka duduk di ruang tamu dengan hening. Vian menghembuskan nafasnya pelan lalu duduk di sofa sebelah Reva. Mengamati Reva beberapa saat yang sedang menunduk.

"Gak usah di pikirin, oke?"

"Beneran Gretta bukan anak lo?" tanya Reva sekali lagi.

"Iya."

Reva mengangguk lalu menatap Vian. "Apa lo mau maafin keegoisan gue?"

"Yang minta maaf seharusnya aku, 'kan?" kekeh Vian.

"Aku minta maaf buat semua yang aku lakuin. Terlebih lagi, tujuh tahun lalu. Maaf buat kamu kecewa, maaf gak bisa penuhin janji aku ke Lia. Maaf gak ada saat kamu sangat membutuhkan aku," jelas Vian.

"Mau buat gue nangis lagi?!" cetus Reva menatap ke arah lain.

Vian terkekeh lalu kembali memeluk Reva membuat wanita itu memejamkan matanya, perasaan 7 tahun lalu telah kembali. Pria itu mengelus pelan kepala Reva dan meniupnya.

"Jadi ... kamu tetep mau nikah sama Kevin?"

"Enggak."

"Yakin?" tanya Vian memastikan.

"Tanya sekali lagi gue nikah sama dia aja," jawab Reva datar.

"E-eh gak gitu sayang," ucap Vian panik.

Dengan kasar, Reva melepaskan pelukannya. Tetapi kemudian wanita itu menyenderkan kepalanya di dada Vian, membuat suaminya itu tersenyum tipis. Suasana 7 tahun lalu ia dapatkan kembali.

"Lo masih bunuh orang?"

"Enggak, waktu kamu pergi. Aku janji sama bulan buat gak bunuh orang."

"Lo suka lihat bulan?"

"Setiap hari, menjadi sebuah kebiasaan."

"Kenapa?"

"Bulan itu indah, di sisinya begitu banyak bintang yang menemani. Tetapi sebenarnya dia sendiri, hanya saja orang-orang melihatnya bersama bintang. Bulan tidak membiarkan malam sepi begitu gelap. Yang paling penting ... bulan tau dimana kamu saat aku merindukan kamu."

New World [TRANSMIGRATION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang