chapter 18

29K 2.1K 45
                                    

Happy reading🌻


"Reva!"

Panggil seseorang membuat Reva berbalik.

"Sayang, bolos yuk!" ajak pemuda itu, Vian.

"Ogah!" cetusnya.

"Ayo, kita jalan-jalan," ucap Vian lalu menarik tangan Reva begitu saja.

Reva melihat loker Kyara yang belum sempat ia buka, penasaran? tentu saja. Namun gara-gara suaminya itu, ia harus memendam rasa penasarannya itu.

Pemuda itu berhenti di depan pagar sekolah, membuat Reva melongo. Apakah maksudnya mereka akan memanjat pagar yang lumayan tinggi tersebut.

"Kita manjat, yuk!" semangat Vian dengan mata berbinar, Reva memalingkan wajahnya. Sial! ia sangat gemas.

Reva kembali memandang pagar itu. "Bukannya bokap lo pemilik sekolah ini, ya? kenapa harus manjat sih?"

"Biar ada tantangan, bosen juga bolos langsung dibukain pagar."

Wanita itu cengo mendengar penjelasan Vian, segitu bosannya suaminya itu? sedangkan sang satpam hanya menyimak percakapan kedua orang itu. Tadi niatnya ingin membukakan pagar, tetapi malah dilarang Vian, aneh memang anak pemilik sekolah itu.

"Gak mau!" cetus Reva.

"Gue beliin novel."

Tiga kata itu membuat Reva berbinar-binar, sudah sangat lama ia tidak memeluk novel. Tanpa berpikir panjang wanita itu mengangguk, membuat Vian tersenyum. Dengan gesit, Vian naik pagar itu terlebih dahulu.

Hap

Pamuda itu tersenyum bangga, ia sudah sampai dibawah dengan selamat tanpa lecet sedikitpun. Vian memandang Reva yang masih diam, lalu mengangguk.

Perlahan-lahan Reva naik ke pagar tersebut, tetapi Vian bingung. Reva terdiam tepat di atas pagar itu.

"Kenapa?" tanyanya.

"G-gue lupa." Vian yang tak paham mendekati pagar.

"Lupa apa sih?" bingung pemuda itu lagi.

Reva melihat kebawah. "Gue, kan h-hamil."

Kata-kata itu mampu membuat Vian mematung. Sial! ia benar-benar lupa istrinya sedang mengandung. Vian yang panik mondar-mandir disana membuat Reva geram. Apa yang dilakukan suami bodohnya itu!

"Tangkep gue, bodoh!" teriak Reva geram.

"Awas ya, sampe anak gue kenapa-kenapa. Gue bunuh lo!" lanjutnya sambil menunjukkan jari tengah.

Vian lebih panik karena Reva hanya pegangan satu tangan. "Turun, aku tangkep! pelan-pelan, oke?"

Wanita itu mulai memejamkan matanya lalu menjatuhkan dirinya. Ia merasakan hembusan nafas Vian dan membuka matanya. Mereka saling berpandangan lima menit lalu ....

Plak

Dengan tidak sabar, Reva turun lalu menampar Vian dengan keras. Reva bersedekap dada menatap Vian garang. Vian tersenyum smirk kemudian mengikuti gerak Reva.

"Untung gue gak jatoh!"

"Maaf."

"Maaf-maaf, enggak!"

"Aku 'kan lupa."

"Muka gue keliatan peduli?" ujar Reva sambil menunjuk wajah garangnya.

Pemuda itu menunduk pertanda takut lalu gemetaran membuat wanita di depannya kebingungan. Suara isakan membuat Reva mengerti, apakah Vian menangis?

New World [TRANSMIGRATION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang