Chapter 23

530 65 4
                                    

Kazutora masih menunggu jawaban dari Baji dan Chifuyu. Baji dan Chifuyu yang posisinya masih saling tindih pun pada akhirnya berdiri.



"Kami hanya ingin main game, iya kan Chifuyu?"



Chifuyu mengangguk cepat-cepat. "Baji-san benar."



"Dengan penyamaran seperti itu?" kali ini Ran yang angkat bicara.



"Errr.. agar orangtua kami tidak melihatnya? iya seperti itu! Kami tidak mungkin diberi ijin main game oleh orangtua kami! " Baji masih mencari alasan.



"Alasan yang meragukan tapi masuk akal."



Balasan dari Ran membuat BajiFuyu menahan nafas.



"Bukankah lebih baik kalian bilang daripada kena masalah?" Kazutora ikut menimpali.



"Harusnya begitu." ucap Ran.



'Mereka percaya!' seru Baji dan Chifuyu dalam hati.



"Yah setelah main sebentar kami akan pulang."



Ran melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Sudah waktunya pulang, ia sengaja membatasi waktu bermainnya untuk mengawasi Rin dan Sanzu. "Kalau begitu aku pulang duluan ya, sampai jumpa." ucap Ran yang pamit lebih dulu. Bisa ia bayangkan wajah bahagia Sanzu jika ia melepas pengawasan pada kedua sejoli itu.



"Aku juga balik saja daripada jadi obat nyamuk terus." Kazutora juga pamit padahal sebenarnya ia hanya ingin membuntuti Ran.



"Fiuh untung saja tidak ketahuan ya. Besok kita selikidin mereka lagi."



"Ano Baji-san, selidikin maksudnya?"



"Ah iya itu! Lidahku terpeleset."




"Haik. Haik."



"Oi bocah kembalikan topi dan kacamataku!"



Pada akhirnya Baji dan Chifuyu mengembalikan kacamata milik orang yang mereka rebut seenak jidat sebelumnya. Setelah meminta maaf dan memberi sogokan sedikit agar ini tidak jadi masalah panjang mereka pun pada akhirnya pulang. Main game tidak jadi, uang habis dan rencana mengintip malah ketahuan, benar-benar sial.






.




Mikey berjalan sendirian di taman belakang sekolah. Ia biasanya akan bersama Draken kalau tidak di atap ya disini. Di bawah pohon ia bisa melihat Draken duduk bersama Emma, pemandangan yang tidak biasa. Draken juga tampak mengambil daun di rambut Emma dan lihatlah senyum ala buaya Draken itu! Ini hanya pemikiran Mikey saja senyum Draken seperti lelaki buaya darat di film yang pernah ia tonton.



"Kalian mesra sekali, tumben." Beberapa hari berlalu baru hari ini Mikey bicara pada Draken karena Draken yang mulai menghindarinya lebih dulu. Tatapan Mikey terlihat sinis pada Draken.



"Ha? Apa masalahmu? Emma saja tidak keberatan."



Mikey menoleh pada Emma, gadis itu hanya tertawa kecil. "Hati-hati Emma, sebagai kakak yang tidak terlalu baik aku tidak mau naik tingkat dicap kakak yang sangat tidak baik karena membiarkanmu dengan buaya macam Kenchin."



"Siapa yang kau panggil buaya ha?"



"Tentu saja Kenchin."



"Bilang sekali lagi!"



Draken dan Mikey saling adu death glare.



"Ken jangan marah-marah pada kakakku." ucap Emma.



"Ken katamu? sejak kapan kau memanggilnya Ken, Emma?"



"Eh? Sejak dia jadi pacarku."



"..."



"Eh? Kakak kenapa?"



Mikey segera menggelengkan kepalanya. "Tidak apa, tapi kau yakin tidak akan dipermainkan kan Emma?"



"Mikey, jika aku mencintai seseorang aku tidak pernah main-main." balas Draken dengan wajah serius.



"Lalu permainan itu apa?! kau bermain pacar-pacaran denganku bukankah itu juga permainan?"



Draken bingung harus menjawab apa. "I-tu yah kan itu..yah pokoknya itu!"



"Jawaban macam apa itu?"



Emma yang tidak betah diabaikan pun menggaet lengan Draken. "Sudah jangan bertengkar, kakak aku pergi dulu ya dengan Ken. Ayo Ken kita pergi."



Draken dan Emma pun pergi. Mikey masih berdiri disana seperti tengah melamunkan sesuatu.



"Yo Mikey apa yang kau lakukan disini?" Sanzu yang kebetulan lewat melihat Mikey hanya melamun pun menyapa pemuda itu.



"Oi Mi--woaaahh apa yang kau lakukan?!" Sanzu terkejut ketika Mikey tiba-tiba memeluknya.



"Aku mendadak sedih Sanzu."



"Eh?" Mendengar jawaban Mikey, Sanzu pun menepuk punggung Mikey. "Sedih karena apa?"



Di balik pohon Rin hanya menatap Sanzu dengan raut wajah kecewa. Ia berbalik hendak pergi namun ternyata Ran berada dibelakangnya. Tatapan Ran dingin ketika menatap Sanzu di depan sana.



"Kak jangan!" seru Rin ketika Ran yang tampak emosi berjalan kearah Sanzu dan Mikey.



"Kau mau setiap saat dipermainkan seperti ini hah? aku peduli padamu Rin! Setiap laranganku tidak pernah kau dengar beginilah akibatnya!" seru Ran. Seruan Ran bahkan sampai ke telinga Sanzu dan Mikey.



Sanzu langsung melepas pelukan Mikey padanya. "Rin aku bisa jelaskan."



"Keparat kau Sanzu!" seru Ran.



"Kakak sudahlah! Ayo antar aku ke kantin saja ya." ujar Rin menarik tangan kakaknya menjauh agar tidak ada perkelahian di sekolah dan berujung kakaknya dipanggil ke ruang BK.



"Rin tunggu!"



"Untuk saat ini jangan usik kami dulu Chiyo, aku tidak mau baik kau ataupun kak Ran terlibat masalah."



Maka dimulailah lagi perjuangan Sanzu untuk mendapat maaf dari Rin dan Ran.




T
B
C

Mulai chapter ini mungkin setiap chapter pendek ya. Happy reading!

Preman Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang