04

1.8K 43 4
                                    

Part 4
*********

Aku dikejutkan oleh teriakkan ayahku.

"Gubrak!" pintu kamarku ditendang dengan kuat lebih tepatnya kamar bekas ibuku karena ayahku sudah tidak mempergunakannya lagi.  Jadi, aku yang kini mempergunakannya sebagai kamarku.

Aku sangat terkejut karena aku sedang tertidur karena kelelahan...

"DASAR ANAK TAK TAU DIUNTUNG. KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA MENYUSUL IBUMU?. MENYUSAHKANKU SAJA." bentaknya kasar. Aku masih mengerjapkan mataku mengumpulkan sisa nyawaku yang masih tercecer dan aku pun sudah bangkit sedari tadi serta memandang ayahku penuh tanda tanya.

"Ada apa ayah?. Kenapa ayah marah marah padaku?" kataku lembut. Aku ingin tahu apa sebenarnya hal yang membuat ayah jadi semarah ini. Ya Alloh, kuatkan aku! bisik batinku.  Aku tak tau kenapa ayahku semarah ini. Sabarkanlah aku dalam menghadapi cobaan ini. Jauhkan aku dari segala marabahaya. Amin,,,!. Aku diam.

"EH MALAH NGELAWAN. BERANINYA KAU JAWAB. MASIH TANYA LAGI." bentak Ayahku kasar. "Tadi apa yang ku perintahkan padamu. Hah,,,,"

Sejenak aku mengingat ingatnya. Ah... tadi ayah menyuruhku untuk memasak! pikirku, penuh sesal.
"Ayah,,, maafkan aku. Aku capek Yah. Bukankah tadi aku sudah bilang pada ayah, agar supaya ayah masak?. Dulu, bukankah ayah selalu memasakan buatku juga ibu..."

"ITU DULU. JANGAN MEMBANTAH LAGI. AYO,,, CEPAT MASAK!" teriak ayahku garang. Tapi, menyeret tanganku dengan kasar saat aku duduk dibibir ranjang dan belum beranjak.

"Ayah,  sakit. Lepaskan aku." seruku tapi tak bisa berbuat apa apa. Pasrah. Tanganku rasanya sakit sekali dicengkram oleh ayahku kuat sekali. "Iy, iya,,  ayah, aku,,  akan masak." ujarku ketakutan.

"CEPAT,,,,!" Bentak ayahku kasar.
#######

Telah ku siapkan makanan buat ayahku. Padahal, aku sendiri tak sempat makan, perutku rasanya melilit. Sakit. Kepalaku sedikit pusing. Tubuhnya agak gemetaran. 'Ya Alloh, kuatkanlah aku. Aku tak kan mati karena lapar. Tapi, aku bisa mati jika kehausan. Aku belum makan. Aduhhh,,," rintihku. Teringat wajah ibuku yang tersenyum padaku.

"Anak laki-laki harus kuat. Kamu harus tegar. Sekalipun sebesar apapun cobaan yang menderamu ya, nak. Percayalah! Alloh tidak tidur, dan akan selalu mengawasi hambanya." pesan ibuku menggema. 'Ibu,, rasanya aku tak kuat! ayah sangat kejam padaku.' rintihku dalam hati.

"Sudah apa,, belum!?" terdengar seruan dari dalam kamarnya. Sepertinya masih menelphon seseorang. "Ahh, sayang, aku kangen nih. Nanti malam kamu nginap dirumahku ya. Ya, ya... ini,  burungku mau terbang dengar suara kamu, mendesah. Kagak nahan!. Ya, kamukan sarangnya. He he heee,,,! dada,, sayang." ayahku mengakhiri telphonnya. Dan duduk dikursi serta dimeja makan telah ku hidangkan, masakan yang ku buat.

Aku meneguk ludahku. Kelu. Rasanya, perutku makin melilit.

"Kenapa kamu masih berdiri disitu. Pergi sana. Aku neq lihat tampangmu" cibir ayahku, membuat terenyuh.

"Ayah,,, ak, ak,,, u, lapar sekali."

"Tunggu selesai aku makan!" ucapnya dan mulai mengisi piringnya. Dan....

"HOEEEKKK,,, !,APA-APAAN INI. KAMU MAU MERACUNIKU. RASANYA TIDAK ENAK!, CUIHHHH,,, CIH" ayahku menyemburkan makanan yang ku buat dengan susah payah. Sebagian lagi mengenai mukaku.

"Ta, tadi,,, su, sudah ku,,, ci, cipi Yah" tubuhku makin gemetar tak karuan. Aku semakin ketakutan melihat ayahku marah besar. Kalap terhadapku.

"COBA KAMU MAKANNNN,,,!" bentaknya garang. Tubuhku ditariknya dengan kasar dan hampir membuatku oleng, tapi tenaga ayahku cukup besar dan kuat hingga membuatku bertahan, tak jatuh.

(Continued,,,,)

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang