22

521 20 0
                                    

Part 22
***********

Jam istirahat telah menjelang, semua anak telah kekantin. Tentu saja yang bawa uang kecuali... Aku.

Joko sudah tentu NGIBRIT duluan kekantin karena perutnya koar koar minta diisi. Hanya saja Laras masih menungguiku dengan setia, aku tak enak hati jadinya. Lagian, aku membawa bekal dari rumah dan sepertinya cewek cantik ini selalu mengajakku kekantin. Memaksa malah...
Tak enak hati jadinya?!.

"La aku sudah bawa bekal sendiri dari rumah. Aku gak bawa uang,,,! maaf ya,,," selaku karena Laras masih ngeyel saja. Menolaknya halus karena memang ku akui aku tak punya uang untuk ke kantin.

"Tenang aja, aku yang traktir kamu Yul. Temenin aku ya, please,,," rengeknya. Lama lama aku tak tega juga. Apa lagi menolak cewek secantik Laras.

"Baiklah. Tapi cuma ku antar, terima kasih traktirannya." tolakku halus, aku tak ingin menyinggung perasaannya.

"Nolak nih, gak baik nolak rizeki lho" sindirnya, kecewa. "Eh , kamu bekalnya apa sih. Kok kamu gak mau aku traktir" sepertinya malah penasaran dengan bekal bawaanku. Bikin malu aku saja. Bagaimana ini?

"Gak kok, cuma telur mata sapi, sama sambel tomat ditambah irisan mentimun" jujurku. Aku tak membawa daun singkong yang kurebus, karena ayahku suka sekali, pasti habis dimakannya.

"Wah enak dong. Aku mau nyoba masakanmu Yul?"
Apa ku bilang?. Aku dan Laras telah sampai dikantin. Lagi lagi aku merasa ada yang mengawasiku. Siapa? aku tambah penasaran. Ku edarkan pandanganku tak ada siapa siapa, dan kebetulan ada yang masuk saat aku melihat kearah Laras yang sedang memesan.

Dia lewat didepanku. Sikapnya angkuh, bawaannya cool. Congkak. Tatapannya tajam, aroma tubuhnya tercium santar antara cologn dan tubuhnya. Aku tak peduli, aku juga belum kenal dengannya. Peduli amat! pikirku.

Sepertinya menuju kedepan. Dan sepertinya menyapa Laras, sangat akrab, tapi Laras tak begitu suka, walaupun menurutku perawakannya agak tinggi dariku. Tangguh. Tapi sikapnya kini nampak lebih manis kearah Laras dan sepertinya menunjuk kearahku, membuatku grogi sendiri terlebih melihat tatapannya yang seperti menghujam jantungku. Hingga membuatku sesak nafas, rasanya.

Terlihat muka Laras kesal, silelakinya nampak memohon. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi?

Di tangan Laras ada dua es, warna orange dan merah, strawberry kayaknya. Kesukaannya Laras.

"Uhhh bikin kesal, ngajak balikan. Siapa yang suruh mainin perasaan cewek. Emang cowok keren and cool dia doang. Huhh,, dasar maniak" sungutnya. Aku mendengarnya dengan jelas omelannya.

"Ada apa La, kok kamu marah marah gak jelas gitu. Ada masalah apa?"

"Kamu kenal cowok yang baru datang menghampiriku kan. Tuh orangnya" tunjuknya. "Songong banget. Ngajak balikkan. Ogah ah. Sampai kapanpun aku gak mau!" ucapnya sangat dongkol.

",,," aku hanya diam, menatap sekilas sosok dihapanku yang agak jauh.

"Kamu gak kenal Yul?"

"Gak La, siapa dia"

"Anak kelas sebelah. Ngebet sama aku. Karena pernah ngecewain, jadi ku putus dia. Eh, malah gak terima!" jelasnya panjang lebar, menatapku kikuk.

'Pantes selama ini kayak ada yang mengawasiku. Rupanya dia' batinku.

"Yul kok malah ngelamun! mana bekalmu?. Ini es mu, anggep saja traktiran ku. Gak perlu sungkan ya"

"Terima kasih La. Ayo makan. Kamu gak apa apa kan makan barengan sama aku"

"Tenang" senyumnya mengembang. Lagi lagi bersemu merah.

"Aku senang" balasnya.

Aku pun membagi bekalku. Rasanya tak enak makan barengan, maka yang sebagian ku berikan padanya.

"Bismillah! hemm,,," Laras nampak menyuap. Menikmatinya. Mengangguk pelan. "Hmmm,,, enak Yul. Luar biasa,,," pujinya. "Aku tak pernah makan makanan selezat ini" akunya, tersenyum kearahku yang juga menyuap. Mengangguk iya saja.

"Kapan kapan, kalau bawa bekal bagi bagi ya!" rajuknya. Aku hanya mengangguk saja.

"Heh, kau berani lancang merebut pacarku!" seru suara, sangat geram padaku. Aku lihat kearahnya dengan wajah garang, mengancamku. Membuatku tak berani menatapnya. Tertunduk.

"Oh jadi cowok kayak gini yang kamu sukai Laras,," tunjuknya padaku. Aku merasa bersalah. Tapi tak mungkin aku minta maaf karena aku tak tahu apa kesalahanku.

"Heh cowok songong, jangan menghina dia. Dia lebih baik dari pada kau." tunjuk Laras geram. Seperti tak terima menghinaku. Apa salahku, coba?. Menuduhku lagi.

"Aku akan membuat perhitungan sama kamu. Siapa namamu?"

"Yul!" jawabku sepertinya marah padaku. Kenapa musti marah marah padaku, kesalahan apa yang kuperbuat?.

"Brakkkk!" meja makan dipukulnya sangat keras, hingga makananku yang masih separuh jatuh.

"Kurang ajar. Cowok sialan!" umpat Laras. Mukaku sudah memucat.

Ya Alloh, masalah apa lagi yang Engkau berikan padaku?.

"Yul kamu tak apa apa?" Joko entah datang dari mana, menanyaiku.

Semua mata memandang kearah mejaku, juga kearah cowok ganteng yang baru saja marah marah dan menggebrak mejaku.

Aku tertunduk lesu!.

(Continue,,,)

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang