11

1K 31 0
                                    

Part 11
********

Ku turunkan tubuh Lesmana yang tak sadarkan diri. Tapi tangannya masih terikat. Dan ku lihat wajahnya nampak lebam lebam membiru, ada darah yang telah mengering. Tak berdaya. Kini tubuhnya meringkuk. Ku sandarkan kedinding gubukku. Lalu, ku cium bibirnya yang juga kering. Ehmmm,,, manis juga bibirnya' pikirku.

Cukup lama. Membuat Lesmana menggeliat membuka matanya.

"Yul, lepaskan aku. Aku sudah tidak kuat!. Ampuni aku. Lepaskan aku Yul, aku mohon." katanya memelas. Kini tak lagi ku gantung, sudah bersandar.

PLAK! bukan balasan ucapan yang didapatnya tapi tamparankulah yang mendarat dipipinya. Aku hanya tersenyum, sendu.

"Ehmm,, aku ingin melihat kegaranganmu Lesmana. Ayo tunjukan padaku. Ayo,,," ucapku. Sinis, tatapanku masih biasa.

Duk!
Satu tinju mendarat dipipi kanannya. Darah kembali mengalir dari sela bibirnya. Dia mengernyit kesakitan. Aku hanya tersenyum...

"Ckckckkk,,, kasihan sekali kamu Lesmana! kegaranganmu hilang. Kau tak ubahnya seperti macan ompong yang tak berdaya!" sindirku, tersenyum dingin.

"Yul, maafkan aku,,"

"Tidak. Tidak semudah itu aku memaafkanmu Lesmana. Karena kau juga ibumu ikut andil dalam masalah keluargaku. Tidak,,, tidak akan!" teriakku geram.

"Aku,,, aku!. Yul,,, hiks,hiks,,,"

"Ckckckkkk,, seorang Lesmana, sekarang menangis. Hmm,, kasihan sekali" ucapku sinis. "Lalu dimana nuranimu saat kau menyiksaku disekolah, menghinaku, mengejekku? Mana,,,?" bentakku, aku pun menatapnya tajam. Terlihat matanya sendu menatapku, dengan kemudian menangis, serta bercucuran air mata. "CENGENG!. CEMEN!. ANJING LHO. BANCI!"

"Terserah kamu mau mengatai aku apa Yul, aku tak peduli."

"Kau tau Lesmana. Dulu aku respek sama kamu, tapi karena ulahmu, kini, aku membencimu seumur hidupku!" air mataku pun bercucuran tak terbendung. Tanpa terasa aku pun memeluk tubuhnya yang tak berdaya. Ku tumpahkan segala perasaanku yang ada.

"Maafkan aku Yul!" lirihnya, memelas.

"Maaf! hanya itu. Kau begitu mudah mengucapkannya Lesmana,  Kau tidak tahu perasaanku saat itu, bagaimana?"

"Andai saja waktu bisa ku putar, aku tak kan melakukannya Yul,,,"

"Sayang, waktu tak akan pernah terulang kembali Lesmana, dan kau adalah bagian cerita dihidupku!" dengusku. Aku pun berdiri, memunggunginya. Lalu, jongkok lagi, menghadapnya. Kemudian, aku pun duduk dipangkuannya.

Lesmana nampak meringis. Kesakitan. Tapi, mencoba untuk tenang.

"Maafkan aku Yul, hanya itu yang saat ini bisa ku lakukan. Ak, aku,,,"

"Sudahlah Lesmana! aku tak akan iba padamu!"

"Yul, dengarkan aku dulu. Aku, aku,,, SAYANG PADAMU!" ucapnya lalu matanya terpejam, air matanya makin luruh dipipinya yang lebam lebam.

"Apa?" rasanya aku tak percaya mendengar ucapannya barusan. Dia sayang padaku!?

(Continued,,,)

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang