37

344 15 0
                                    

Part 37
********

Aku teringat kejadian hari ini yang begitu membuat hariku tak karuan. Bagaimana aku menghadapi Pram nantinya? Ya Alloh lindungilah hamba-MU ini, semoga Engkau selalu melindungiku, Amin,,,,!

"Laras semoga kamu tidak shock serta trauma. Aku harap kamu bisa sekolah lagi. Maafkan aku karena hanya sebatas itu kemampuanku menjagamu" desahku, pikiranku masih terbayang kejadian disekolah pagi tadi.

Rasa haus menyerang tenggorokanku, aku pun beranjak dari kamarku dan aku menatap jam dinding kuno. Oh kertas! tengah malam tepat, saat bulan purnama? apa maksudnya. Aku tertegun. Aku pun tak peduli dan menuju kearah dapur hingga lewat kamar ayahku dan aku pun mendengar jelas bisik bisik dua orang tengah bicara.

"Mas,,,, anakmu telah keterlaluan memukul anakku hingga pingsan. Aku tidak terima. Kalau mas tidak ambil tindakan sebaiknya kita tidak usah meneruskan hubungan ini. Mas terlalu lembek, lemas. Aku benci kamu, mas"

"Apa yang harus aku lakukan Safitri?. Apa?. Aku sangat mencintaimu?"

"Mas harus ambil tindakan, apa pun itu, biar anakmu tidak macam macam dengan anakku lagi. Sekarang sedang sakit. Aku kasihan padanya, Mas. Besok kalau masih ku lihat anak Mas sehat dan bersekolah. Aku tak akan kesini lagi, titik."

"Dek, dek denger dulu,,"

"Tidak. Pokoknya besok!"

"Baiklah, baiklah. Tapi, denger dulu..."

"Apa?. Aku tidak mau denger penjalasan apapun darimu mas,,,"

"Bukankah aku telah melakukan apa pun bahkan menab,,"

"Iya, aku yang menyuruh mas buat menabrak istri mas, agar supaya hubungan kita ini aman dan lancar!, ha ha,,,. Tapi mas dengan senang hati melakukannya untukku!"

Langit bagai runtuh menimpaku hingga aku hanya berdiri kaku ditempatku, rasanya aku tak percaya, kalau...

"Imbalannya,,, aku selalu melayanimu setiap kamu mau!"

Air mataku terus bergulir tak terbendung. Kali ini aku harus hati hati tak boleh sembrono serta beranjak kearah dapur untuk mengambil air minum karena tenggorokanku makin kering. Lidahku kelu.

Ayahku ternyata turut andil  dalam kematian ibuku...
Ya Alloh! Sungguh tak ku sangka...

Praaaannggggkkkk!

Gelas yang  ku pegang lepas dengan sendirinya, lututku goyah, tubuhku gemetar tak karuan.

"Yul,,," seru ayahku dari kamar.

"TIDAAAKKKKKKK,,,,,!" aku berteriak kencang dan histeris, bagai kesetanan aku berlari keluar rumah tepat disaat ayahku menghadangku. Ku tabrak. Tak peduli. Bukan halangan bagiku. Mudah. Aku terus berlari dan berteriak seperti orang gila. Terus berlari...

Aku tak tahu ayahku mengejar apa tidak, aku tak peduli...

Saat ku sadari, keadaan sepi, suanana juga sepi, senyap. Hanya temaram yang terasa...

"KUBURAN!" gumamku. Terdiam.

(Continued,,,)

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang