19a

698 33 1
                                    

Lanjut,,, 19a.
*********

Aku beringsut sembari meringis. Nyeri. "Awwwwhhh,,, hessshhh, awwww!" rintihku tertahan. Dahi mengernyit, karena baru PERTAMA KALINYA aku mengalami, melakukannya,,, yang ku sengaja, karena dorongan kuat dalam hatiku untuk melakukan hal tersebut. Ngesex dengan ayahku.
Ternyata rasanya nyeri tidak karuan, perih, tidak nyaman. Ngilu juga ada, ngeganjel. Campur aduk. Jika pun jalan nantinya seperti menyeret kaki. Tapi, terselip rasanya plong, yang bikin aku tersenyum. Pejuh ayahku mengalir keluar dari lubangku yang baru saja diperawaninya. Mungkin sensasinya akan berbeda karena ayahku cepat sekali ngecrotnya, beda sekali saat ayahku menusuk memek wanita jalang gendakaannya.

Kini, ayahku menatapku sayu, tersirat rasa...
Entahlah!? aku tak bisa mengartikannya. Aku tak peduli. Sekalipun, ada rasa kasihan dimatanya. Ataupun juga hal lainnya, benci, bisa jadi.

"Kenapa kau,,, melakukan ini semua?"

"Ayah puas! hemmm,,?" sahutku cepat,  ku tanya lirih.

Ekspresi ayahku terlihat datar, menghela nafas panjang, dihempaskan lirih.

"Ayah tak perlu menjawabnya. Kenapa aku melakukan semua ini?. Tak perlu ku jawab. Kenapa ayah selingkuh?" kini aku balik bertanya.

",,,," ayahku mendesah. Berat. Matanya setengah terpejam.

"Duk!" ku pukul dadanya. "Kenapa ayah melakukannya?!" teriakku tak terkontrol. "Ohh,, aku tau, ayah tidak puas dengan ibu kan. Ayah kejam. Aku benci sama ayah..." bentakku. Kini ditanganku telah tergenggam pisau yang sangat tajam, berkilat.

"Ughhhmmm,,  mmmhhhmmm,,," wanita sundal itu rupanya sudah terbangun. Kebetulan. Sedikit beringsut menahan nyeri dilubang pantatku aku mendekatinya. Penutup mulutnya serta matanya ku buka sekaligus.

Sret! sret!

Ku sunggingkan sebuah senyuman. "Selamat menikmati terangnya dunia, wanita jalang!" ujarku, sembari ku rentangkan tanganku, ditangan kananku pisauku nampak berkilat tajam.

"Ma, mauuu,,, ap, apaaa,  aaa kau,,, Yu,, l?" ucapnya tertahan, matanya melotot tajam, penuh ketakutkan.

"Ha ha,,, aku mau apa? ya, akan mencicang tubuhmu lah" jawabku ringan. "Emangnya aku mau apa?, ha haaa,,,, ! bawa pisau tajam ini" ku jilati sisinya yang licin dengan senyum merekah.

Ayahku terlihat pasrah dengan apa yang ku lakukan...

"Mas lakukan sesuatu. Mas FAIZ  tolong aku mas. Aku tak mau mati sekarang,,," ia menggerung dalam tangisan. Ketakutannya semakin menjadi. Pisauku ku arahkan pada lehernya.

"DIAM KAU,, PELACUR RENDAHAN! KALAU KAU TIDAK BISA DIAM, KU GOROK LEHERMU SAAT INI JUGA!" ancamku, sadis. Ku tekan kuat pisau milikku hingga menimbulkan luka. Ancamanku tidak main main, membuat sijalang terdiam, wajahnya pucat pasi.

Aku mendekati ayahku. "Sekarang pilihan cuma ada dua. Dengar ayah!. Ayah duluan yang ku mutilasi atau wanita rendahan itu. Jawab ayah!" seruku kuat.

"Yul, kau sudah tidak punya hati nurani lagi anakku." ayahku nampak terisak. Terlebih wanita itu air matanya tak terbendung lagi. Tak berdaya.

"Jangan tanya aku tentang nurani. Jika ayah sendiri tak punya!" ingatku. "Lalu dimana nuranimu, saat ayah menghajarku?. Menyiksaku. Selingkuh dengannya. Ayah tak peduli sama sekali denganku!" lanjutku, tak terima.

"Maafkan aku anakku."

"Terlambat ayah. Terlambat!. Sekarang jawab, siapa dulu yang harus ku MUTILASI!" bentakku. Terlihat ayahku tertunduk. Terlihat sijalang akan angkat bicara, mata pisauku ku arahkan padanya.

"Lakukan dulu padaku!" ucap ayahku pasrah.

"Oo,,, jadi ayah mengorbakan  diri ayah dulu demi perempuan selingkuhan ayah ini. Baik,,," dengan cepat ku arahkan pisauku dileher ayahku. Aku akan menggoroknya.

"Ma, maafkan ayahmu ini anakku,  aku ayah yang  tak berguna! maafkan ayah!" ucapnya lirih, dadanya bergemuruh naik turun.

"Aku benci ayah. Diakhirat kelak pun aku tak ingin berjumpa denganmu FAIZA SANJAYA. TIDAK AKAN.TERLEBIH KAU WANITA SELINGKUH YANG TELAH MERUSAK KEHIDUPANKU" tudingku padanya. Pisauku semakin ku tekan kuat. Darah semakin deras mengucur dari leher ayahku.

Sijalang terlihat pasrah tak berkutik. Matanya menatapku penuh kengerian. apa yang ku lakukan dengan ayah membuatnya ketakutan seperti melihat IBLIS yang baru keluar dari kuburan.

"Ha ha haaaaa,,,," aku tertawa diantara derai tangisku. Terlebih melihat darah yang keluar dari luka dileher ayahku yang semakin mengucur deras. Merembes dari lehernya  akibat goresan pisauku.

Aku semakin tertawa melihat ayahku semakin tak berdaya.

"HaHaaaaa,,, haaaaaa,,, haaaaaaaaa,,,,,,!"

Begitu pun dengan sijalang yang tadi sempat ku lukai lehernya, tatapanku memandang kearah luka yang ada dilehernya. Senyumku pun mengembang. Aku pun segera mendekatinya, rasa sakit tadi yang pernah ku rasakan, rasanya menghilang begitu saja.

Pisauku pun telah ku gorokan kelehernya tanpa ampun. Darah lansung mengucur dengan deras, matanya nyalang mendelik kearahku, tak ada ucapan yang ada hanya suara suara sekarat mengembik tak jelas.

Kepala ayahku nampak dianggukan memberi isyarat lemah. Setengah sadar karena darah banyak keluar. Aku tersenyum sinis kearahnya. Puas!

Selanjutnya aku pun melakukan...

Dan ayahku pun melihatnya. dengan jelas!.

Dalam keadaan kelenger, hampir kehilangan kesadarannya, aku memegang kepala wanita pelacur itu.

"SEKARANG GILIRAN MU WANITA PELACUR JALANG!" tatapanku dingin kearahnya bagai malaikat  maut.

Selanjutnya....

Dan ....

Sret!,Sret!, Sretttttttt!!!!????

(Continued,,)

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang