15

849 30 0
                                    

Part 15
*********

Ku menatap lagi tubuh keduanya yang tergeletak. Masih dalam posisi semula, tak berubah.  Bahkan lantainya tetap bersih. Tentulah. Mereka tak makan perut kosong, mau kencing tak ku beri air, mau buang hajat  tak pernah makan. Sudah beberapa hari disini, didalam gubukku.

"Selamat siang ayah. Mimpi indah, semalam. Hmm,,,! Tidurnya nyenyak! bagaimana ayahku, yang ganteng. Gagah. Perkasa. Hmmm,, masih sanggup!" ledekku mengedip kearahnya. Genit. Tersenyum mesum.

Ayahku terdiam. Matanya sendu. Tapi ada kilatan aneh. Aku paling benci kilatan itu. Dendam. Penuh ancaman.  Dan gara gara kelakuannya sekarang aku jadi seperti ini,  tak punya hati, bagai IBLIS DARI DASAR NERAKA.

DUG! DUG! DUG!
Tinjuku mengenai dadanya juga perutnya. Meringis. Aku suka ayahku kesakitan. Tetap diam.

Ku buka sumpalan dimulutnya. Aku ingin mendengar suaranya yang garang, membentak. Menghinaku. Mencaci makiku. Aku ingin mendengarnya...

Saat terlepas,  tak ku dengar makiannya terlebih lagi umpatannya, yang senang mengutukiku.

Tiba tiba ku dengar tangisan ayahku. Air matanya bercucuran diwajahnya yang tegas. Tak ada katanya, tubuhnya terguncang.

"Ha ha,,, ayah kira aku akan iba. Tidak ayah. Hatiku sudah membeku dan jadi batu jangan harap aku melepaskan ayah." bentakku.

"BUNUH SAJA AKU. DARI PADA KAU PERLAKUKAN AKU SEPERTI INI. BUNUH SAJA AKU." serunya tajam.

"Tenang ayah. Ayah tak perlu berteriak. Ayah tak perlu meminta. Aku akan mengabulkannya. Aku akan senang hati melakukannya ayah. DENGAN SE- NA- NG - HA-TI. MENGERTI AYAH!" bentakku, dengan tatapan tajam.

"Tenang! kalem. Tapi,,, tidak sekarang. Melainkan,,, SE-CA-RA - PER-LA-HAN - LA-HAN. MENGERTI AYAHKU SAYANG! HA HA HA,,,," tawaku sarkas.

Dug! Tendangan keras kaki kananku mendarat diperut ayahku.

"Bunuh saja aku sekarang, bunuh saja aku sekarang juga, ah,   howw,, hiks,  hoo,,," raung ayahku, menangis bagai anak kecil.

"DIAM! AKU MUAK MENDENGAR TANGISANMU. MANA AYAHKU YANG KUAT  AYAHKU YANG TEGAR." ku remas kuat kuat kontolnya yang lunglai beserta buahnya.

"Akkkk!" jerit ayahku tertahan.

"Lepaskan aku. Lepaskan aku.." mohon ayahku. Tapi bukan perkataan permohonan. Ayahku pantang sekali memohon.

"Ha haaa,,, aku akan melepaskanmu ayah. Setelah aku puas meyiksamu.  Setelah itu aku akan mengirim nyawamu ke NE-RA-KA! HA HA HAAAA,,,," tawaku menggema.

"Eh,,, wanita pelacur, sialan.  Aku punya hadiah untukmu. MENTIMUN JUMBO. HMMM,,, UKURANNYA KU PILIH YANG HAMPIR PERSIS DENGAN KEPUNYAAN AYAHKU. TENTU KAU SUKA KAN. PE- LA- CUR,,, RENDAHAN!" bentakku..Aku tahu si jalang sudah tersadar.

"Hah,  lihat ayah. Lihat apa yang akan ku lakukan pada wanita gendaanmu ini, ayah. Lihat,,," seruku.

"Ap, apa yang akan kau, lakukan padaku. Lep, lepaskan aku Yul. Lepaskan aku. Aku bersumpah akan mencincang tubuhmu jika nanti lepas." serunya. Matanya tertutup, tubuhnya menggeliat. Percuma.

"Heh, LONTE! jangan harap aku akan melepaskanmu. Kau akan ku siksa dulu baru kemudian. Kau akan ku MUTILASI. Kau dengar!" gertakku.  "Ayah  lihatlah. Apa yang akan ku lakukan pada gendakanmu ini. Lihat!" tatapanku ku arahkan pada ayahku. Tersenyum sinis kearahnya.

Aku mendekatinya. Dan ku ambil mentimun yang ku bawa dari rumah guna untuk menghajar wanita perusak ini. Dan kini gantian aku yang akan merusaknya, paksa.

"Apa yang akan kau lakukan, hah,,,?" bentak ayahku.

"Bukan urusanmu." balasku enteng.

"Mas tolong aku. Masss,,,,!" rintih si jalang.

"DIAM! BERISIK!" ku sumpal mulutnya dengan kain yang dipakai oleh ayahku beberapa hari.

"Hm, saatnya permainan dimulai." senyumku mengembang.

Dug!
Tinjuku mengenai mulut ayahku. Darah merembes. "Kalau ayah tidak diam.  Maka mulut ayah akan ku buat tak berbentuk lagi!" ancamku.

Mataku menatap tajam kearah wanita sundal ini. Yang ku paksa terlentang. Oh... lupa! matanya masih tertutup kain.

Srettt! ku tarik paksa kain yang menutupi matanya.

"Ngghhhh,,,, ngghhhhh,,, ngghhhhhhh!" sijalang nampak meronta. Mulutnya sudah ku tutup, aman.

"Hmmm,, sangat menggoda!" kataku, mendekati dan jongkok didekatnya. Matanya melotot penuh amarah, pasrah tak rela.
"Kau telah menghancurkan keluargaku gagara  VAGINAMU! KINI AKU AKAN MEMBUAT KAU MENYESALINYA SEUMUR HIDUPMU. KALAU NYAWAMU MASIH BISA BERTAHAN DITUBUH, NAJISMU!" geramku penuh amarah.

"Kau lihat ini. Kau sudah tahu kan! ha haaa,,," senyumku sinis kearahnya.

>>>=====>>>>> Lanjuutttt...

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang