38

369 17 0
                                    

Part 38
*********

"Ibu,,,!" setelah aku berjalan tak jauh dari tempatku, aku kini duduk jongkok dipusara ibuku. Aku tak boleh meneteskan air mataku ketanah pusaranya yang masih merah. Tapi, bahuku ikut terguncang hebat.

"Ibu,,,!" rintihku. "Aku tak menyangka, kalau ayah ikut andil dalam kematianmu. Ibu, semoga engkau tenang disana, tersenyum melihatku yang kini sedang berduka. Ibu,,, apa yang harus ku lakukan?. Benda yang ibu maksud belum juga ku temukan. Maafkan aku ibu, maaf!" ku kuatkan hatiku. Yang entah sudah berapa lama aku berada didekat pusara ibuku, di tpu yang senyap ini. Dan suasana yang tadinya temaram menjadi terang benderang disinari bulan. Aku terhenyak ditempatku bukan karena takut melainkan ada hal lain yang membuatku teringat sesuatu.

"Oh Bulan!" ku lihat bulan diatas sana, hampir menuju puncaknya. Bulat. Bersinar terang keemasan. Bahkan awanpun tak ada. Langit nampak biru kelam. Sinar purnama menyapu keseluruh pemakaman yang ada. Sinarnya berkilauan. Tak terasa aku sudah lama berada kuburan ibuku hingga bulan hampir menuju puncaknya.

"Malam apa ini?. Oh,,, jumat! jumat apa?" aku berpikir keras sambil jalan meninggalkan pemakaman tak ada rasa takut sedikitpun hingga aku meninggalkan jauh tpu, dan jalan seakan begitu singkat.

Aku lewat pintu belakang, karena biasanya tak dikunci. Aku tak ingin kepergok sama ayahku dan benar pintu dapur tak ditutup.

"Awwwhhhhsss!" aku terkejut setengah mati, pecahan gelas kaca mengenai kakiku, hingga darah mengucur deras. Aku tidak membersihkan pecahan gelas berserakan. Sepertinya ayahku juga tidak peduli serta membiarkan tanpa membersihkannya. Tapi tak ku hiraukan, rasa perih bercampur rasa sakit dikakiku, hingga aku tertatih menuju kearah ruang tengah yang ada jam kunonya. Keadaan sepi. Kamar ayahku sepertinya terkunci rapat. Mungkin sudah tidur pulas tanpa peduli padaku.

Tepat jam 00;00 tengah malam. Suasana lengang. Begitu sunyi. Sepi. Bahkan angin pun tak menyapa. Binatang malam apa lagi.

Dan suasana yang senyap itu aku dikangetkan...

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Teng

Dentang bunyi jam 12 kali tertalu talu seakan memecah kesunyian yang mewarnai suasana malam yang mencekam...

Ku perhatikan jam kuno itu terus, dan tanpa terasa tanganku meraih sakuku dan ditanganku ada sebuah kunci emas yang tiba tiba saja berkilau dan kilauan itu menyorot kearah lubang yang buat mutar jam.

Aku pun secara tak sadar mendekat seperti ada yang menarikku...

Kunci emas itupun ku masukan kedalamnya, dan sesuatu keanehan terjadi kunci tersebut mendadak berubah dengan sendirinya, menjadi sebuah cincin yang kini melingkar dijari manisku. Berkilau. Aku sangat takjub menatapnya. Indah sekali. Dan aku rasakan dalam diriku,  ditubuhku ada sesuatu keanehan yang ku rasakan. Aku merasa lain...!??
Tapi, inilah diriku sendiri. Saat aku tertegun,,,. Memandangi cincin yang melingkar dijari manisku,,,

Krekkkk,,,!

Pintu depan dibuka, refleks aku membalikan tubuhku. Dan....

(Continued,, )

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang