10

1.1K 34 0
                                    

Part 10
**********

Aku mendekati tubuh ayahku yang tak berdaya, ada darah yang mengering dipipinya. Tak ada sedikitpun rasa kasihan dihatiku. Rasanya hatiku telah membeku serta membatu.

Ku perhatikan tubuh perkasa milik ayahku yang begitu sempurnanya. Dan aku pun melihat kontol milik ayahku yang layu karena pemiliknya tak sadarkan diri. Imut. Menggemaskan. Kontol yang baru saja menyodok dengan kasar memek wanita pelacur yang kini sedang meringkuk tak sadarkan diri sama seperti ayahku.

Rasanya,,,

Entah mengapa hatiku tergerak untuk menyentuh benda keramat milik ayahku, seakan bagai barang antik yang selalu jadi kebanggaannya, tapi ayahku telah menyalah gunakan dengan wanita jalang ini.

Aku pun jongkok didekatnya, mengelus pipinya yang kasar serta kokoh, ada bekas rambut kasar disana, juga kumis yang tak terlalu tebal membuatnya nampak sangar dan gagah serta dagu yang jelas, juga janggutnya, bibirnya yang tak terlalu tebal. Ehmm,, selalu bikin ketagihan pelacur murahan itu. Dan dadanya yang gempal serta bidang, ada nippelnya yang hitam kecoklatan karena kulit ayahku agak kuning langsat, halus, mengkilap. Ada bulu agak kasar sedikit ditengah dadanya. Perutnya yang rata, serta ada rambut atas dan dibawah pusarnya agak lebat, terus dibagian kontolnya yang dikelilingi oleh jembutnya yang lebat, pasti membuat wanita jalang ini selalu terpekik kenikmatan serta merintih keenakan. Dasar pelacur jalang! runtukku bersumpah serapah, mengutuki siwanita.

Aku biarkan siwanita tergeletak tak terurus, matanya tertutup oleh kain, tangannya terikat tambang berwarna hijau, juga kakinya agar tak bisa lepas. Begitupun ayahku sama keadaannya dan ku biarkan telanjang bulat. Aku suka melihat keduanya tanpa busana.

"Oh, lembut serta kenyal." desisku tatkala ku sentuh danging milik ayahku yang masih lunglai.

Aku teringat sesuatu!?. Buru buru aku mencarinya dan mendapatkannya. Kain bekas! lalu ku sumpal mulut ayahku. Jikapun nantinya sadar, percuma saja dia akan mengumpatku ataupun memakiku seenak udelnya.

Ku lanjutkan aksiku yang sempat tertunda. Oh,,, ehmm,,, enak sekali. Darahku pun berdesir desir, dadaku berdebar, dan jantungku pun ikut berpacu. Ku elus penuh perasaan. Kenapa aku mendadak gila seperti ini?. Terus ku elus dengan lembut, dan tangan kiriku mengelus perutnya yang rata sesekali bermain dilubang pusarnya. Oh shit,,,! oh my God. Aku bergetar hebat.

Ihyyy,,,! rasa jijik tiba tiba menyergapku, ingat ketika kontol milik ayahku telah menggasak memek siwanita pelacur. Hmmm...Aku mencari sesuatu kembali. Botol aqua dan masih ada airnya berada diatas langit langit gubukku.

Ku siramkan sebagian kekontol ayahku. Yang tadi sempat mendesah kenikmatan dan nampak kontolnya mulai menggeliat dan kini kembali mengkerut karena telah ku siram air.

Dan ku elus kembali, ku bersihkan dari bekas memek siwanita jalang itu. Bersih. Dan terasa agak dingin. Perlahan mengering. Dan ayahku belum juga tersadar.

Kembali, sedikit ku kocok. Pelahan!, Pelan!, dan sepertinya menimbulkan reaksi...

"Oughhh,,, ohhh!" dengus ayahku, seperti ikut tersadar dengan bangunnya kontolnya.

"Ghmmm,, hmmm,,, hhhhhh" mata ayahku mendelik kearahku. Marah besar. Emosinya langsung memuncak.

PLAKKKK!

Ku tampar keras muka ayahku. Tak peduli. Matanya kian jalang menatapku. Aku tersenyum. Dingin. Menatapnya.

"Ha ha haaa,,," aku tertawa penuh kemenangan.

Dan ku lihat, kontol milik ayahku pun perlahan melayu kebentuknya.

Tak kan ku biarkan hal itu terjadi! Kembali ku raih, sambil ku tersenyum, puas.

"Gmmhhmmm,, hhmmmmm,,mmmm!" seru ayahku dalam sumpalan kain dalam mulutnya. Tak berdaya, seperti meronta. Percuma. Karena kaki dan tangannya ku ikat kuat. Sepertinya ayahku menyerah. Pasrah. Toh, percuma, tak bisa melepaskan diri.

"Bagus ayah. Sebaiknya ayah tenang. Dari pada ayah meronta, percuma. Aku tak kan melepaskannya. Dan seperti kataku, masih ada season duanya, bukan" ejekku, ku naikkan alisku.

"Ehhhmmm, gnhhh,, Haahhhhmmm!" serunya, tapi aku tak mengerti.

Aku pun menjilati buah dadanya. Oh. ... hmm,,,,! tubuh ayahku seperti melegak. Tak tahan. Masih terus ku sedot, ku gigit kecil secara bergantian. Lalu lidahku pun turun menyusuri perutnya yang rata kotak kotak, lalu lidahku menyapu pada lubang pusarnya.

"Ggmmmhhh, hmmmm,,,!" ia pun meliukkan tubuhnya, percuma.

Lalu sampailah pada belukar milik ayahku. Ku endus, ada bau yang aneh. Mungkin campuran dari bekas kena wanita pelacur itu. Lidahku terus bermain main cukup lama disana. Ku raih kontolnya, ku kocok pelan. Hangat. Tak ada reaksi. Bersih karena tadi ku bersihkan dengan air yang ada diwadah botol aqua.

Maka, lidahku pun turun kebawah, kebatangnya. Sejenak ku melirik ayahku. Matanya melotot merah melihat aksiku. Aku tersenyum, dingin. Tak peduli...

Duk! Duk! pukulanku bersarang dipipi kiri dan kanannya. "Ahknmmmm!?" lenguhnya kesakitan matanya sedikit terpejam. Lalu terbuka lagi.

"Kalau ayah masih melotot lagi. Maka aku tidak akan segan segan menyiksa ayah, terus!" bentakku garang. Duk! Duk! Duk! dadanya ku pukul dua kali, terus ulu hatinya satu kali.

"Ghmhhhh!" kembali matanya terpejam.

"Ha ha haaa,,," aku hanya bisa tertawa. "Nikmati saja, ayah"

PLAK! PLAK!

Setelah itu ku elus kulit ayahku yang licin, mengkilap. Menuju sasaran...

Bahkan aku sedikit merunduk! Ujung lidahku menyentuh ujung kontol tepat dilubang, lubangnya. Ku gelitik.

Dada ayahku nampak turun naik. Bergemuruh. Matanya kini tengah terpejam rapat. Menikmatinyakah? Atau,,,,, entahlah?.

############

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang