29

343 16 0
                                    

Part 29
**********

Mukaku sudah tentu pucat terlebih lagi ini jam istirahat, aku dibawah tekanan dan ancaman dari Pram. Yah,, saat ini aku berada ditoilet sekolah diwc pria. Habislah aku. Leherku sudah dicekiknya. Nafasku terengah, rasanya hampir putus ditengah jalan dan tubuhku dikuncinya serta dinaikan keatas hingga naik lebih tinggi dari tubuhnya.

"Sudah ku peringatkan kau, tapi tetep ngeyel. Ini akibatnya kau tak mendengarkan peringatanku, dasar banci, lemah. Mampuslah kau!" serunya matanya garang menatapku, tajam.

Duk! Duk! Duk!

Tinjunya bertubi tubi mendarat diperutku, belum lagi tamparan diwajahku dan tinjunya dengan keras mengenai mukaku.

"Ini hukuman buat pencundang yang tak mau dengar!" geramnya, membanting tubuhku lalu menginjak dadaku, untung lantainya kering, walaupun terasa lembab.

"Maaf, maafkan aku,,,? Laras yang mendekatiku, tadi aku sudah ngomong." isakku memberi tahu.

"Dasar cengeng. Rupamu sudah bonyok kayak gini. Sebenarnya aku tak tega, tapi karena kau selalu memancing emosiku, maka tak ada pilihan lain. Ku harus memperingatimu dengan keras, dan membuatmu KAPOK!" tendangannya mendarat didaguku.

"Ouhhh,,, awwwhhg!. Maafkan aku"

"Ampun! aku baru akan mengampunimu,,," ujarnya, matanya mendelik, tersenyum sadis.

Ampun hanya pada Alloh, aku tak mau melakukan hal itu. Tidak,,,! tapi, sepatunya berada dimukaku, menginjak sangat keras, hingga mukaku sakit rasanya.

"Am, mmpunnn! Ammpunnn, lepaskan aku!" mohonku tak bisa berbuat apa apa, selain menangis, aku sudah terlalu lemah untuk melakukan perlawanan. Lemah! Air mataku terus bergulir tak tertahan, karena hanya itu yang bisa ku lakukan. Tak lebih. Karena tak ada yang lain, terlebih melawannya.

"Bagus, bagus. Aku suka. Ha ha haa,,,,!" tawanya keras penuh ejekan.

Tok, tok, tok,,,

"Siapa didalam?. Yul,,,kaukah itu?. Yul jawab" seru suara Joko mengetuk pintu toilet.

"Diam! kalau tidak aku bunuh kau!" penuh ancaman, jongkok, lalu membekap mulutku kuat. Membuatku bungkam tak bisa bicara. Matanya melotot tajam menatapku.

Ku kedipkan mataku saja, membuatnya mengerti, dan bekapannya mengendur.

"Heh, anjing! mau ngapain, ini aku Pram! mau aku bikin mukamu hancur hah,,," bentak Pram dari dalam.

"M, maaf Pram. Tadi aku seperti mendengarkan suara Yul yang lagi kesakitan"

"Kupingmu lagi konslet. Disini tak ada siapa siapa. Cepat pergiiiiiii,,,,!!!" bentaknya keras.

"Iy, iy,,,,,"

Setelah itu suasana mendadak sepi.

"Ini peringatan terakhirku, jauhi Laras, kalau tidak, aku akan benar benar membunuhmu!" ancamnya  geram. Matanya berkilat penuh amarah.

Aku hanya mengangguk lemah sambil meringis...

(Continued,,,)

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang