41

681 22 0
                                    

Part 41
********

"Hupff,,,, hesss,,, hufffppp,, klupuuuk, klupuuukkkk, klupuuuukkkkkkk,,,!" beberapa kali ayahku menenggelamkan wajahku hingga sebatas leherku didalam bak mandi yang berukuran satu meter dengan air penuh didalamnya. Aku sampai megap-megap saat ayahku memasukan kepalaku dibak mandi. Nafasku sampai sesak dan sebagian air masuk kedalam mulutku dan banyak yang tertelan. Bagaimana aku coba untuk menahannya, kekuatanku terlalu lemah untuk melawan, karena semakin aku lawan maka ayahku semakin bringas dan kesetenanan. Aku tidak hanya sekedar pasrah, ku coba untuk kuat, walaupun aku tidak melawan secara fisik karena percuma melawan ayah secara fisik aku tidak ada apa apanya.

"Anak setan! kurang ajar. Rasakan pembalasanku. Hah,,,,. Mampus kau anak sialan. Kelakuanmu kayak binatang. Tak tahu diuntung,,," bentaknya kasar.

Menangis pun rasanya percuma saja, air mataku tiada sisa. Hatiku telah tak berbentuk lagi. Pikiranku sudah terbang entah kemana?.

"Lebih baik kau mati saja. Pergi kau ke neraka saja. Aku sudah muak. Aku tak peduli lagi. Mampuslah kau, sialannnn,,,,!" dengusnya. Mukaku sudah masuk kedalam air.

Pruk, prukk,,, pruuukkkk,,,! Gerrrhhh,,, ekkkk ,,,, ekkkhhhhh,,,!
Aku tak bisa bernafas, terlebih saat didalam air. Cukup lama. Aku tak tahan, dadaku sesak. Jantungku rasanya mau berhenti, paru paruku rasanya panas, mau meledak. Aku sudah tak kuat. Ya Alloh,,,!

Hahhh,,,! sebisanya aku menarik nafas dalam dalam walaupun tersengal, agar aku bisa bernafas lega, hingga yang ada air dirongga dadaku terasa penuh. Aku tersengal.  Air dari mulutku keluar dengan sendirinya.

Ayahku tak menghentikan aksinya, dan terus menyiksaku dengan kejam. Aku berkali kali ditenggelamkan dibak mandi tanpa ampun, tak ada belas kasihan. Masih terus menyiksaku....

"Matilah kau! matilah kau,,,,!" serunya, lamat lamat aku masih mendengar suara ayahku. Terlalu kuat ayahku memegangku, menyiksaku tanpa ampun, seolah kesalahan yang ku buat tidak bisa di maafkannya. Sehingga aku ini patut untuk dilenyapkan dari muka bumi.

Setelah itu ku rasakan kepalaku membentur pojokan bak mandi. Sakit. Perih. Mendadak pening. Bukan hanya itu saja.  Sakitnya luar biasa, tapi aku masih sadar. Setengah sadar atas perlakuan ayahku.

"Ay, ayahhh! ap, apa salahku,,,hhhh,,, aaahhh,,,?" aku masih melontarkan kata kata dengan tindakan ayahku padaku. Rasanya mataku berkunang kunang. Buram. Aku tak sanggup melihatnya. Rasanya, batas kesadaranku sudah akan hilang. Bukannya menjawabnya, tapi hal lain yang ku dapatkan sebagai jawabannya. Sungguh sangat menyakitkan.

Plak! plak! plak!

Tamparan keras mendarat diwajahku.

Deg! deg!

Tinju ayahku mendarat dirahangku.

'Ya Alloh! lengkap sudah penderitaanku malam ini. Jikapun Engkau berikan kesempatan padaku untuk melihat dunia. Maka kedzaliman didunia ini tak kan Engkau biarkan!' rintihku dalam batin. Sekali lagi ku lihat ayahku. Buram, buram, buram. Sakit luar biasa! Sakit yang campur jadi satu.

"MATI KAU,,,,,!" bentak ayahku, sebelum ku rasakan suaranya hanya terdengar sayup sayup. Jauh.

Duggggg,,,,! kepalaku dibenturkan kedinding.

Prakkkkk!

Benturan hebat dan kuat dikepalaku dengan dinding.   Aku sudah tak sanggup lagi bertahan, bahkan rasa sakit tak ku rasakan lagi...

Gelap!

Hampa!

Sunyi!

Semua terasa gelap bagiku???
###########

SEKIAN DULU YA SEASON 1 NYA. MASIH LANJUT KOK SEASON 2 NYA PASTINYA LEBIH SERU DAN MENEGANGKAN. See you...
Love you all. Emuachhh...

(Sekian,,,)????

Terima kasih telah mengikuti ceritaku hingga bab ini.

Terima kasih atas  like/vote and komennya ya...

Ditunggu comen dan sarannya ya....

Thx!

CINCIN KEHIDUPAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang