02. NEO

953 127 35
                                    

02. NEO
___________

"Capek ya bang?"

"Menurut lo? Mata lo dipake gak?" Balasan pedas itu jelas membuat sosok Mahen serba salah. Mahasiswa yang akan memasuki semester 4 itu merasa sangat tidak enak.

"Pedes amat mulut lo Ty. Adek gua ga sengaja anjer-" Timpal suara dari pintu belakang kosan. Sosok pria tampan lainnya membalas omongan pria yang tengah memasang gas baru didapur.

"Ga sengaja- ga sengaja. Ngapain ngide masak kalo ga bisa jaga keselamatan?! Kos kebakar berani tanggung jawab ga adek lo?" Balas pria itu kencang.

"Bang Ty kok sensi amat ya?" Bisik Juan pada sosok berkancut disebelahnya. Kancut dan boxer Larry bikini bottom sudah menjadi ciri khas Yudha.

"Biasa- cewenya lah. Tuh nenek-nenek ngulah."

"Oalah. Lagian langgeng amat mereka dari semester lalu. Dijampi kali ya Bang Ty?" Oceh Juan kesal.

Artyonse- sosok kepala grup mereka itu kini sering marah tidak terkendali. Dan sumbu dibalik itu tidak lain tidak bukan adalah kekasih pria itu. Kalau di kampus sebutannya Primadona Fakultas Ekonomi- tapi kalau dimata anak NEO tidak lain adalah Nenek genit dari Gua Hantu.

"Bisa jadi. Tapi yaudahlah. Males kalo dibahas lagi." Bisik Yudha ogah. Yudha- pria pengguna kancut like everyday itu adalah rekan terakrab dan tererat Artyonse. Mereka kenal dari kecil hingga menjadi pentolan Fakultas Teknik pun masih bersama.

"Iya juga bang."

"Maaf ya bang. Tadi karena mau makan mie bang." Cicit Mahen pelan. Jamal- yang lebih suka dipanggil Ian itu berdecak- merangkul sang adik dan menenangkannya.

"Udah jangan dilanjut. Kalo mau mie makan di warung depan aja. Nih ambil uang gua." Ujar Ian menyerahkan 2 lembar uang merah. Menatap sekeliling sebelum menyorak sosok yang baru saja turun dari tangga. "Oy Haidar!"

"Yoi brader! Ada yang bisa Idar banting?"

Haidar Pattimura- kalau ga Odar ya dadar panggilannya. Anak managemen yang cukup lekat dengan adiknya itu anaknya agak agaklah.

"Mulutmu dibanting." Dengus Ian sebal. "Noh temenin adek gua makan. Lu makan juga gapapa. Uangnya sama Mahen noh." Ujarnya menunjuk Mahen yang sudah terkekeh konyol ditempat.

"Waduh rejeki mana mungkin gua tolak. Gass lah-" Cengirnya siap. Haidar menarik Mahen menjauhi Ian dan lainnya. Tapi celotehan bocah itu masih mampu Ian dengar walau sudah berjarak 9 langkah jauhnya. "Kita jajan cilor depan ama teh sisri mang Ujang mantep ga tuh?"

Iya.
Itu anak lagi malak adeknya.
Ian sabar aja.

"Ck-" Tyo menjauh begitu mendapat notifikasi pesan dari dosennya. KRS-an hari ini hari terakhir dan ia hampir telat karena masalahnya dengan sang kekasih kemarin dan Mahen tadi.

Moodnya buruk sekali hari ini.

"Gua duluan."

⚠️⚠️⚠️

"Ini gimana anjing- danusan gua ga ada yang mau beli apa?" Pekik Luke sebal. Matanya memicing sedaritadi mencari mangsa. Sudah ia keluarkan beribu rayuan maut- tapi tidak ada yang membeli.

"Lagian lo yang betul aja monyet. Siapa yang mau beli pie rendang?" Maki pria bertindik itu melempar bungkus estehnya yang sudah habis ke pria penjual Danus itu.

"Tau nih anak. Gobloknya kelewatan jauh." Timpal pria satunya yang menggunakan jaket jeans hitam. Menoyor kepala Luke yang duduk didepannya kencang.

"Anjing! Kepala gua!"

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang