38. Team Date (2)

413 82 13
                                    

38. Team Date (2)
____________________

"Gapapa ini gue isi link nya Ri?"

Rise menoleh. Mengangguk seraya tersenyum pada sosok teman sekelompok di kelas Hukum Adat-nya.

"Gapapa Fan. Gue malah berterimakasih kalo kalian mau isi." Ujarnya menampilkan senyum lima jarinya. Fanny mengangguk. Mengirimkan link ke teman teman sekelasnya dan juga teman kenalannya.

"Se!"

Keduanya menoleh melihat kehadiran Putry. "Kenapa Put?" Ia berdiri dan mengambil salah satu kotak dari pegangan gadis itu.

"Ini- titipan buat elu."

Rise mengerjap. Menatap tidak enak ke arah Putry dan Fanny. Sudah beberapa hari ini kedua temannya mendatanginya menyampaikan titipan untuknya- katanya dari penggemarnya.

"Makasih Put." Ucapnya segan. Putry mengangguk dan menepuk pelan punggungnya.

"Eh itu ada yang nitip bingkisan beda." Putry menunjuk tas rajut berwarna kelabu yang terletak di bagian paling atas tumpukan kotak kedua.

"Hah?"

Mengambilnya- Rise membulat melihat kotak bekalnya yang lupa ia bawa tadi.

"Ini?"

"Itu tadi ada anak SMA nganterin. Katanya untuk elu." Putry mengingat ingat perawakan bocah yang memberinya bungkusan itu.

"Disuruh bilang dihabisin ya. Kalo ga habis ga boleh jajan lagi seminggu."

Rise terkekeh. Hanya satu orang yang berani mengancamnya kekanakan seperti itu.

"Makasih Put."

Ia segera berpaling arah saat dosen memasuki kelas. Menggenggam erat tas kelabu itu dipangkuannya.

Makasih- Ji.

🍀🍀🍀

"Kiw!"

Haidar bersiul saat menyadari kehadiran Rise setelah mereka menunggui gadis itu menyelesaikan kelasnya.

Rencanya hari ini Tim Lapangan akan melaksanakan tugas mereka. Membagi link kuisioner dan melakukan wawancara terbatas di taman dekat kampus.

Dan yang kelas paling lambat diantara mereka adalah Rise dengan kelas Hukum Islam dipukul 3 sore.

"Udah gua bilang gausah aneh aneh lo-" tegur Henderich memukul lengan bocah bernama Haidar itu.

"Sakit ya babi-"

"Gausah aneh aneh." Potong Winar yang langsung membuat oknum H diam.

"Ayo"

"Ayo"

Winar dan Ian mendengus. Melotot ke arah satu sama lain. Keduanya bersamaan menawari Rise membuat gadis itu agak serba salah ditempatnya saat ini.

"Rise mau sama aku aja?" Taro akhirnya maju menyela kedua kakaknya. Ia sedikit kasihan melihat putri bapak kosnya itu tampak serba salah.

"Boleh?"

"Kenapa engga? Mau pake helm cadanganku?"

Rise mengangguk. Menerima uluran itu. Valtaro membuka pijakan motor dan mempersilahkan Rise naik.

"Ayo."

Dan keduanya pergi- diikuti Haidar dan Yanan yang masa bodoh dengan Winar dan Ian. Untung ada Henderich yang dengan sepotong akhlaknya melerai mereka dan mengabarkan jika Rise sudah pergi dahulu.

🍀🍀🍀

"Untuk pembagian saat ini apakah menurut kakak kakak sekalian sudah sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku?"

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang