53 | Now Look At Me

277 60 19
                                    


53 | Now Look at Me
________________________

Benar.
Tangannya cedera.

Renandra membawanya ke rumah sakit dimana dokter berkata tangannya terkilir tampak dari bengkak di pergelangan karena ia menahan dirinya jatuh dengan tangannya.

Rise menghela nafas melihat Renandra yang tampak berlebihan sepakat dengan sang dokter untuk membebat tangannya dan menggunakan penyangga.

Dan disinilah dirinya berakhir- diruang tamu rumahnya dengan Jian yang menatapnya panik.

"Ke-na-pa-" ia bahkan nyaris tidak bersuara saat menanyakan itu. "Kakak luka dimana?" Tanyanya khawatir.

"Ini cuma-"

"Anjir kecelakaan dimana lo ampe dibebat tangan lo?!" Pekikan Yanan membuat Rise mendesah lelah. Sudahlah. Sudah takdirnya menghadapi keributan mulut ember anak NEO. Semua gara-gara Renandra.

Awas saja.

🍀🍀🍀

Rise menghela nafas. Ia tidak mandi kemarin karena tangannya dibebat- tidak apa. Tapi bagaimana sekarang?

Setidaknya dia ingin cuci muka sebelum dosen meneroronya untuk membuka kamera laptopnya. Tapi bagaimana?

Rambutnya terus maju dan membuat piyamanya basah. Sial.

Rise mendengus kesal. Terpaksa dengan kondisi pincang- putri Bapak Jafran itu berjalan keluar. Mencari bantuan untuk mengikat rambutnya.

"Lu main air apa begimana kek abis dari waterboom? HAHAHAH" Seperti biasa- hanya Haidar Pattimura yang aktif mengusilinya. Ia tidak dalam mood meladeni mulut sampah pria itu jadi dia hanya melewatinya saja. Mendekati sosok Jian yang tampak sedang menyiapkan sesuatu dan membelakanginya. Ia dengan perlahan berjalan dan berdiri sejajar dengan pemuda berseragam putih abu itu.

"Wah-buat sarapannn-" bisiknya pelan. Jian terkejut- pemuda yang tengah fokus memasukkan lauk dan menata membuatnya bergeser dua langkah. "K-kak Rise-"

"Buat apa Ji?"

"Kok basah gini?" Bukan menjawa pertanyaannya- pemuda itu malah mengambil tissu dapur dan mengelap sisa air yang membasahi ujung rambut dan wajahnya.

"Hehe-" ia menunjuk tangannya yang terbalut penyangga. Jian mendengus. Pemuda itu melangkah maju sebelum memposisikan diri dibelakang Rise. Rise terdiam- berusaha tenang saat jemari pemuda itu menyelip diantara helai rambutnya dan menyisir dengan jemarinya sebelum menjumputnya menjadi satu.

Tangan Jian besar juga rupanya.

Jian tampak sudah ahli mencepol rambut gadis itu. Rise yang sebelumnya memandangi ekspresi serius adik lucunya melalui kaca dapur- harus buru buru membuang muka karena Jian tersenyum lembut kepadanya.

"Kenapa? Ganteng ya gue kak?" Bisik jahil pemuda itu. Rise mendengus sebal- tidak senang diusili oleh Joan begini.

"Apaan sih-"

"Gapapa. Liatin aja sepuas kakak. Ga ada yang marah kok-" godanya tepat mengakhiri tangannya yang menata rambut gadis itu.

"Diem-"

Rise mengakhiri dengan menendang tumit pemuda yang kini tertawa sambil mengaduh ngilu bak orang gila. Cendana sudah muak melihat tingkat kebucinan sang sahabat dari dekat- seharusnya sedari awal dia tidak usah masuk kos ini jika harus melihat ekspresi Jian yang jatuh cinta begini. Eww.

"Kakak mau kemana? Sini dulu-" Jian dengan cepat menahan Rise- menarik gadis itu dan memposisikannya untuk duduk di kursi meja makan.

"Eh?"

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang