43. Akulah Dia

430 83 59
                                    

43 | Akulah Dia
_________________

"KAK- RI-SEEEEEE"

Rise menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Mendapati Jian yang berlari setelah turun dari mobil Cendana. Pria itu menerjang dan memeluknya erat didepan rumah.

"Ji- kenapa?" Ia sudah bingung melihat rona kelewat bahagia di wajah sang adik. Dirinya terlalu lelah setelah pengarahan pertama divisi nya.

Pemuda itu tersenyum- melepas sedikit hingga hanya tercipta sedikit jarak antar keduanya- namun rangkulan lengan pemuda bernama Jian itu tetap setia berada di pinggangnya. "Aku lulus!"

"Lulus apa?"

"Aku udah keterima jadi mahasiswa baru kak!"

Rise meloading sejenak sebelum melotot ke arah Jian. Rasa bahagia itu meluap walau ia masih cukup bingung. Lulus? Bukannya SNM baru membuka pendaftaran?

"Dimanaaa?"

Senyumnya berkedut- tapi Jian tidak berusaha menyembunyikannya dari Rise. "Neo! Aku lulus di jalur penerimaan gelombang pertama!"

"LO DAFTAR DI KAMPUS GUE?!"

Jian mengangguk.
Rise memekik kencang.
Sekarang berganti. Gadis itu yang meloncat ke tubuh Jian hingga pemuda itu harus menggendongnya.

"JIAN KOK BISAAAAA?!!!"

"YA KARNA GUA PINTER!"

"MAKSUD GUE KOK BISA GA NGASI TAU MAU MASUK KAMPUS GUE DODOLLLL?!" Pekiknya kencang.

"KAN SURPRISE!" Balasnya tak kalah kencang.

"IDIH SOK SURPRISE!"

"Selamat nya mana? Lu ngomel mulu perasaan?" Dumel Jian sebal.

Rise terkekeh. Melingkarkan lengannya di leher pria itu dan berbisik tepat di telinga Jian. "Selamat Jian Aldero Sungkara! You did well gantengggg-"

Jian tersenyum. Menyelam dalam helai rambut dan ceruk leher Rise. Mengguman terimakasih dan keduanya larut dalam sesi pelukan itu.

Hanya tentang mereka.
Tanpa mengabaikan lingkungan sekitar.

Ini yang Jian mau.
Waktunya dan Rise-
Hanya keduanya.

🍀🍀🍀

Tyonse nyaris menyemburkan sprite yang baru ia teguk saat sosok Rise keluar dari kamar saat pukul 3 sore. Gadis itu tampak berbeda dengan dress hitam bermotif mawarnya.

Wajahnya juga tampak dipoles makeup.
Cantik?

"Wah- mau kemana dek?"

Gadjs itu tampak malu-malu namun tetap berjalan ke arah dapur dimana para anak NEO berkumpul.

"Mau jalan sama para bocil kak-" jawabnya.

"Oh- perayaan Jian jadi maba NEO?"

Rise mengangguk semangat. Ia sedikit mendekat ke meja dan berbisik yang masih bisa didengar para penghuni meja yang sedang makan malam.

"Hadiah apa yang bagus untuk merayakannya?" Tanyanya polos.

"Oh! Kau mau memberinya kado?" Henderich ikut menimbrung.

"Aku lihat-lihat dia bermain band waktu festival sekolahnya waktu itu. Mungkin gitar?"

Rise mendengarkan dengan seksama semua masukan. Bahkan saat Tenandra menyarankan memberikan sepatu basket karena Jian tampak lemah di bidang olahraga- Rise tetap mendengarkan dengan serius.

"Jadi fix gitar?"

Rise mengangguk. "Tapi aku ga tau gitar yang bagus kak-" gumamnya.

"Kami bisa bantu kalo soal itu." Timpal Dimas.

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang