06. Jian vs Neo
___________________Jian memperbaiki standart motornya- memicing melihat rombongan bak convoy memasuki perumahan tempatnya tinggal.
"Idih- mantep. Mau ada demo kah?" Gumamnya. Tangannya mengambil tas ransel yang ia letakkan sejenak didudukan motor saat melepas helm.
"Loh-loh-"
Kakinya bergerak cepat saat menyadari rombongan itu berhenti di rumah putih sebelah rumahnya- a.k.a rumah tetangganya! Rumah Kak Rise!
"Disini kan ya?"
"Betul kan disini?"
"Anjrit rumahnya gede-gede!"
"Rumahnya bagus atuh-"
Jian menatap sebal kerumunan pria didepannya. Siapa pula anak-anak geng motor didepannya?
"Permisi-"
Tian dan Doni yang menyadari kehadiran Jian segera berpaling. Menyunggingkan senyum canggung melihat pemuda berseragam abu itu mendatangi mereka.
"Iya?"
"Kalian- ada urusan apa kesini?" Pemuda yang sekarang duduk di kelas 12 SMA itu menatap intens para pria didepannya. Sedikit ngeri melihat pria dengan tindik yang baru melepas helm-nya.
"Ah- kami mau pindah kesini."
"Kesini? Mohon maaf ya bang. Tapi rumah ini masih ada penghuninya. Pak Jafran namanya yang punya." Jelas Jian tidak suka mendengar kata pindah.
Tian mengangguk mengerti. "Ia dek. Kamu benar. Kami pindah kesini atas instruksi dari Pak Jafran."
"Kalian semua?! Kalian siapanya Om Jafran?!" Pekiknya mulai kesal.
Doni menepuk bahu Tian. "Kami anak kos-nya mendiang istri Pak Jafran."
"Ribet amat lu nanya nanya woy tong! Gua capek ini mau makan woy!" Teriak Uanan dan Haidar mendemo sikap antisipasi tidak bersahabat dari Jian.
"Kalian diam dulu anjrit! Kalo kita sampe diusir gua pites kepala kalian jadi pakan lele ya!" Ancam Dimas emosi membuat duo bocah itu menciut.
"Trus kenapa kudu disini? Kosannya pasti ada kan?" Tanya Jian bingung.
"Heh bocah prik! Kita juga ga tolol datang kesini kalo bukan karena kosan kita kebakaran! Ngapain emang kesini kalo ga ada masalah? Demo penurunan uang kos?!" Timpal Renan kesal. Menurutnya bocah SMA didepannya benar-benar siap membuatnya menarik urat hanya karena emosi.
"Tau nih-"
"Makanya itu sok tau banget nih anak-"
"Ckck-"
"Diam!" Peringat Tyonse pada para anggota grupnya. Hingga mobil dan motor dari Permana bersaudara sampai terakhir karena berhenti dulu untuk membeli kebutuhan darurat mereka malam ini.
"Loh?!"
Si sulung Permana itu menatap terkejut Jian. Menunjuk si bocah seragam abu kaget. "Lo ngapain disini cungkring?"
"Tutup mulut lo ya bang! Gua yang harusnya yang nanya napa lo disini ya Jamal!"
"EH ASU! NAMA GUA KILLIAN!"
"NAMA TENGAH YA. NAMA ASLI LU JAMAL!"
Keduanya saling menghambur kata makian- membuat Mahen yang terpaksa menjelaskan pada teman-temannya yang bingung.
"Namanya Jian. Sepupu kita dari pihak bapak. Mamanya Jian adeknya Papa kami." Jelas Mahen pelan.
"Lu napa disini sih bocah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Darling of the Neo's
Fanfic"Untuk setahun kedepan- mereka tinggal sama kita. Yang akur ya nak." Perkataan papa jelas menjadi alarm bahaya bagi Rise apalagi setelah 'mereka' yang disebutkan sang Papa menampilkan wujud sebagai geng Neo dari kampusnya yang sudah ia blacklist dar...