24. Rise dan Neo

683 129 93
                                    

22. Rise dan Neo
___________________

    Kabar Rise sudah bangun dan kini mengalami pemulihan yang cepat membawa angin segar bagi semua pihak. Gadis bernama Rise itu bahkan hanya perlu 7 hari untuk bisa duduk dan tertawa renyah bersama para sahabatnya.

    "Adji- lo udah ngabarin cewe lo kalo lo lagi ga di Yogya?" Rise bertanya setelah menyelesaikan kunyahannya.

Pria itu mengerutkan dahinya. "Rajin amat gua sok berkabar. Lagian gua ga punya cewe ya."

"Ih bohong!"

"Idih- idih najis. Ga percayaan-" Pria itu mendengus. "Gua udah lama yah jomblo."

"Oh- tapi kuliahan kalian? Bolos kan ini pasti?"

Adji dan Una saling bertatapan. Keduanya sama sama terkekeh sebelum menatap songong Rise. "Gak dong. Absensi kita komplit."

"Jangan bilang.."

Keduanya mengangguk. Menyela sebelum Rise melancarkan protesnya. "Sayang- peraturan ada untuk dilanggar!" Ungkap Adji yang diangguki Una.

"Ayang gua siap sedia isiin absen gua." Pamer. Gadis itu pamer. Rise mendengus geli. Menyebalkan!

"Kenapa? Gerah ya? Iri ya? Pengen punya pacar?" Rise tertawa kencang melihat aksi saling sindir antara dua sahabatnya. Adji mendengus sebal- lalu menunjukkan room chat di ponselnya. "Untuk apa pacar? Senggol dong- tongkrongan gua-"

"Idih jamet-" senggol Rise dan Una membuat pemuda itu mengerutkan dahi.

TOK TOK!!

Rise menoleh. Matanya melotot saat menyadari siluet sosok seperti anak NEO lewat kaca kecil di pintu kamar rawat. Mengambil bantal dan mulai menutup diri.

"Lo napa?"

"Gua ga pake penyamaran!" Pekiknya panik. Ia buru-buru menutupi dirinya dengan selimut- membuat Una dan Adji merengut bungung.

Cklek!

"Ha-lo?" Una dan Adji menoleh. Sedikit tidak nyaman dengan kehadiran anak NEO yang datang tidak hanya 1-2 orang melainkan banyak alias langsung satu rombongan.

"Gua bakal disini-"

"Una mending lo jangan berulah dan ikut gua ke luar" Adji membalas gadis itu berbisik. Tangan pria itu ditahan oleh tangan Rise dari balik selimut. Gadis itu menyibakkan sedikit selimutnya sebelum melotot lucu ke arah Adji. "Berani bener lo ninggalin gua-"

"Selesain problem lu. Gua tahu lo tahu pilihan terbaik."

Dan setelahnya pria muda itu benar-benar menyeret Una yang memakinya kencang.

🍀🍀🍀🍀


"Rise?"

Rise masih setia menutupi dirinya dibalik selimut. Merenung gelisah- apa ia harus berbicara dengan mereka?

"Se- kalau kamu belum mau bicara gapapa. Tapi jangan ditekuk tangannya. Darah kamu naik di selang infus-" bujuk Doni- yang ikut datang setelah izin cuti bersama Tian. Rise yang mendengar perkataan pria itu dengan cepat menyibak selimutnya dan melotot. Menatap ngeri darahnya yang naik setengah selang.

"Aduh- aduh-"

Ia menurunkan tangannya dan meringis. Tingkahnya jelas mejadi hiburan tersendiri. Hanya butuh beberapa detik dan Rise sadar membuka wajahnya- menebar kecantikannya- kalau kata Papanya.

"Wih-wih-wih-" ia menutupi wajahnya dengan tangan kirinya.

"Kami udah tau wajah kamu kok Se." Rise menaikkan alisnya sebum mengangguk. Menurunkan tangannya dan berdehem malu.

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang