55 | sick

223 50 5
                                    

55 | sick
________________

BRUK!

Semua mata tertuju pada bunyi kencang di lantai 2. Beberapa bergegas- bahkan Rise yang sebelnya sedang menjemur di balkon lantai 3 bergegas berlari menuruni tangga.

Mata-nya melotot saat menemukan sosok Yudha, Tenandra, Tyonse dan Winarza tergeletak lemas dengan wajah pucat.

Ia bergegas mendekati mereka. Berjongkok dan memegang dahi para pemuda itu. "JANGAN MENDEKAT!"

"Ke-kenapa dek?"

"Tolong telpon Pak RT kak."

Tian yang menyadari maksud perkataan Rise- mengangguk dan mengambil ponselnya. Menghubungi RT dan bergegas menyuruh para adik-adilnya mempersiapkan diri.

🍀🍀🍀

Tidak perlu waktu lama- sebuah ambulance dengan sirene yang memekakkan telinga memasuki lingkup kompleks. Beberapa petugas kesehatan yang dibalut APD memasuki rumah dan mulai melakukan pengecekan menyeluruh- tidak hanya pada pada 4 pemuda yang demam, namun pada seluruh penghuni rumah.

Hasil tes antigen membutuhkan waktu sehingga keempatnya ditetapkan sebagai Pasien dalam Pengawasan. Bahkan seisi rumah dihimbau untuk melakukan isolasi mandiri dan tidak melakukan kontak langsung dengan keempatnya.

Dan Rise serta Tian- kini membagi tugas sebagai pengasuh dari semua orang dirumah ini.

"Kak- kalo kakak ga enak badan atau ada gejala yang ga biasa kasih tau ya." Peringat Rise sebelum memulai menyiapkan makanan bersama Tian. Pria berusia 29 tahun itu mengangguk.

Memasak saja mereka menggunakan jarak. Rise bertugas mengurus Tenandra, Winarza, Tyonse dan Yudha karena gadis itu sudah melakukan kontak langsung dengan keempatnya sebelumnya. Sedangkan Tian akan mengambil alih mengurus dan memastikan para adik adiknya yang lain melakukan isolasi mandiri dengan baik.

"KOK LO SI BANG?!" Suara Juan terdengar mengeluh Tian muncul dihadapan anak NEO yang bebas dari perawatan intensif.

Rise hanya terkekeh sebelum melanjutkan langkah kakinya. Membawa nampan dengan beberapa lauk makanan. Ia sedikit berterimakasih atas bantuan Tian yang membawakan rice cooker ke lantai 2- yang membuatnya lebih mudah untuk mengambil lauk.

Ia mulai meletakkan piring didepan pintu- tidak lupa juga menyediakan wadah kecil berisi obat sesuai dosis yang dianjurkan untuk diminum.

Pertama ia mengetuk kamar Yudha. Memberitahu agar pria itu makan. Lalu berlanjut ke kamar Tyonse- Winarza dan terakhir Tenandra.

Keempatnya membuka pintu dan mengambil lauk bersamaan. Rise tersenyum saat memastikan keempatnya dalam kondisi baik. Namun senyumnya tidak bertahan lama saat suara benda jatuh terdengar dari ruang Yudha. Rise bergegas membuka pintu kamar setrlah memperingatkan tiga anggota NEO untuk tidak meninggalkan ruangan mereka.

Disana- sosok pemuda berbadan tegap NEO itu tersungkur tepat disebelah pecahan piring. Rise bergegeas mendekat. Memapah sosok Yudha yang beratnya diluar nalar- terlebih seragam APD ini sangat menyesakkan. Iya- dirinya awalnya mendapat  saran menggunakan APD dari seorang dokter yang mengecek kondisi mereka saat awal.

Rise memegang dahi Yudha- lalu mengambil termometer dalam kotak p3k di nakas sofa tengah lantai 3 rumah tersebut. Matanya membelalak melihat suhu badan pria itu yang cukup tinggi- 39° C.

"Kak-"

"Ugh- uhuk-uhuk- "

"Kak aku buat bubur dulu ya. Kakak tunggu sebentar."

"Pha-nas- uhuk uhuk- se-sak-"

Rise menahan tangisnya. Bergrgas mengambil ponsel Yudha dan memasangkan sidik jari pria itu. Rise menelpon Tian dan meminta tolong pria itu memasak bubur dan membawanya ke lantai 2 untuk dirinya ambil. Ia juga memberitahu kronologi kejadian Yudha dan suhu pemuda itu pada Tian.

"Tenang ya dek. Kalau Rise ga kuat bisa bilang ke kakak ya. Jangan dipaksa kalo kamu ga sanggup."

"Ak-aku-"

"Gapapa. Bukan salah Rise ya. Kakak buat buburnya nanti kamu ambil di lantai 2 ya."

Panggilan berakhir. Namun pekerjaan Rise tidak selesai sampai disitu. Ia membereskan pecahan piring dan lauk yang terbuang. Lalu mengambil lap usang Yudha untuk membersihkannya.

Setelah itu Rise mengambil handuk kecil setelah selesai menjarah isi lemari pria itu. Membasahinya dengan air panas dari keran shower dan memerasnya perlahan. Meletakkannya di dahi Yudha sambil sesekali menggunakan handuk kecil basah lainnya untuk mengelap wajah pria itu yang berkeringat.

Sesi makan Yudha selesai setelah dirinya menyuapi bubur. Ia membawa piring kotor dan mengambil piring kotor kamar lainnya. Setelahnya Rise ke dapur sebelum akhirnya berakhir menjaga intensif Yudha di kamar pria itu.

Dan itu yang Rise lakukan selama seminggu lebih 3 hari dalam penjagaannya.

🍀🍀🍀

"HELLOW WORLDDDDD" Yudha berteriak semangat saat petugas pemeriksaan medis menyatakan mereka semua bersih dan tidak terkena covid sama sekali.

"Anjrit akhirnyaaaa-" Yudha memeluk rekan rekannya. Ada Kun- Yanan- Tenandra dan anak NEO lainnya.

"Makanya jaga kesehatan bang. Jangan sok kuat lo paksa terobos semua njinggg-" pekik Henderich.

"Udah kek emak gua aja lu. Emak gua kek gitu nasehatin gua seminggu ini." Dengus pemuda bernama belakang Danuarta itu.

"Ada yang lihat Rise ga?"

Pandangan mereka serentak menoleh saat tidak mendapati sosok perawat pribadi mereka tersebut.

"Jangan ribut. Rise ketiduran di sofa lantai 3 setelah lepas APD." Peringat Tian dari tangga.

"Capek ya bang?"

"Bukan gue. Anak bapak kosan kita yang paling capek." Jawab Tian sambil tersenyum. "Kalo kalian dengar alarm setiap jam selama seminggu- itu Rise. Dia mengecek kalian berempat dan memilih tidur di sofa tengah selama seminggu lebih ini."

"Hah? Di sofa?"

"Iya. Masa kalian ga sadar ada bantal lebih sama rak snack tambahan disitu?"

Mereka saling menatap satu sama lain. Tampak sepakat untuk bersama sama naik dan mempethatikan ucapan Tian dengan mata kepala mereka sendiri. Dan senyum tidak bisa lepas saat melihat gadis itu tertidur disofa dengan dengkuran halusnya tepat seperti perkataan Tian.

"K-ak bu-burnyaa-" gadis itu bahkan bergumam dengan wajah lucu.

Tyonze tertawa kecil. Ia tidak menahan suara atau tawanya. Membayangkan sosok Rise yang takut padanya mengecek suhu dan menyiapkan makanannya. Tyo maju dan memperbaiki posisi selimut gadis tersebut. Ia nyaris berhasil membantu memperbaiki posisi bantal Rise jika tangan Winarza tidak menepis dan mengambil alih hal yang ingin ia lakukan.

"Gua aja." Dan Tyo harus menyaksikan dalam diam bagaimana pria didepannya memperbaiki posisi bantal Rise dan menyisir menggunakan jemari pria itu helai rambu yang menutupi lubang hidung Rise. Lalu pria itu tersenyum memainkan pipi gadis yang tidur itu. Tyo diam. Ia hanya berdiam dalam posisinya. Seakan ada yang menyihirnya untuk tidak bangun dari posisinya saat ini.

Maaf- tapi apa ia salah jika ingin mematahkan tangan Winarza sekarang dan menendang pria itu menjauh dari Rise?

Salahkah?
Ia benar benar ingin mematahkan pria itu sekarang.

Winarza sangat mengganggu dimatanya sekarang. Sangat- amat menganggu.

Tyo marah.
Ia tidak tahu tapi ia marah saat ini.

TBC.

Selamat hari raya Eid Mubarak 1444 H 2023 semuanya 🤍

Mohon maaf lahir dan batin 🙏

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang