mini - Dejávu

474 89 24
                                    

mini - Dejávu
____________________


   Jika ditanya- siapa cinta pertamnya...

Akan ia gelengkan kepala saat orang menebak Ian.

Bukan dia.
Bukan Jamal Killian Permana.
Tapi pria itu.



🍀🍀🍀

Rise merapihkan seragam putih abu yang kini melekat apik ditubuhnya. Hari ini ia resmi duduk di bangku SMA setelah melewati rangkaian ospek yang menguras emosi.

"Gila canci banget euy" pujinya genit pada pantulan dirinya sendiri. Rise terkekeh sebelum melenggang melaksanakan rutinitasnya memanjat dan membangunkan si bungsu keluarga tetangga sekalian meminta tebengan gratis pada si sulung Sungkara.

______

"Kalo ga bising emang ga hore ya lu-" Adji mendengus saat sosok Rise terlihat didepan matanya. Rise kemarin memaksanya menunggu gadis itu di gerbang depan supaya bisa masuk berbarengan- alasannya?

Agar Rise tidak terlihat tidak punya teman.

Padahal Adji kan sudah jadi temannya.
Ia suka bingung dengan pemikiran ghoib gadis itu.

"Ad~ji~"

"Minggir kau jelmaan kungkang." Pria itu mendorong wajah Rise yang berniat mendekatinya.

"Bajingan" timpal Rise mengacungkan jari tengahnya. Tapi tetap merangkul bahu pria sepantarannya. Tidak menggubris penampilannya yang menarik perhatian.

Pagi itu- ia mendapat julukan.

'Si cantik senyum lebar gerbang sekolah'

Kabar itu jelas tersebar hanya dalam hitungan jam. Mendapat kelas IPS, Rise duduk apik di kursi belakang- ia kurang mood mendapat perhatian lebih.

"Lu pilih apa Se?"

"Apaan?"

Adji mendecih. Menyodorkan lembar yang ia ambil double dari meja guru didepan. "Formulir pendaftaran ekskul."

"Cepet amat-"

"Fix lu ga denger si Riris ngomong tadi kan?"

"Pake bu woy!" Koreksinya sambil menepuk bahu pemuda itu.

"Ya seterah lu. Noh formulir isi!"

Rise menerimanya. Membaca cepat nama per ekskul yang disediakan sekolahnya. Mengingat kembali perkataan coachnya saat dirinya disekolahnya dulu.

'Udah kukabari pelatih di sekolah tujuanmu ya. Kalau kau mau lanjut, datang langsung aja.'

Rise menghela nafas. "Gua duluan Ji."

"Kemana?"

"Ke ujung dunia."

Lalu berlalu menjauh secepat kilat. Ia malas diinterogasi lebih lanjut.

🌿🌿🌿

Selesai mendaftarkan diri ke ruang ekskul dan bertemu teman pelatihnya dulu, Rise berjalan memasuki lorong lantai 3. Tersenyum saat menemukan ruang yang ia cari untuk melepas penatnya.

RUANG PERPUSTAKAAN.

Melepas alas kakinya, Rise memasuki ruang penuh buku itu dengan senyum. Menganggukkan kepala tanda salam ke penjaga perpustakaan depan- Rise bergegas menjelajah hingga menemukan rak kesukaannya.

KOMIK.

Tangannya gatal memilah satu persatu hingga berbinar cerah saat menemukan serial favoritnya. Komik topeng kaca volume 38 yang ia cari karena malas membeli ke Gramedia.

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang