47. 😶‍🌫️😶‍🌫️

279 60 14
                                    

47. 😶‍🌫️😶‍🌫️
______________

"Ri-"

Rise menoleh pada sosok yang menyodorkan piringan kue lemper ke arahnya. "Untuk gue?"

"Iya. Siapa lagi?"

Rise menerimanya dan membuka bungkusnya perlahan. Namun belum sempat kue itu ia masukkan ke suapannya- mulut Jian lebih cepat mengambil dari genggamannya.

"Ji?!"

"Aku laper. Lempernya enak." Gumamnya sambil mengunyah lemper pemberian Renan. Rise mendengus kesal sebelum akhirnya meletakkan sisa bungkus lemper ditangannya.

"Udah pesen Ren?"

"Belum."

"Mau apa? Biar gue pesenin." Tawar Rise sambil menyodorkan buku menu yang sedang ia baca ke arah Renan. "Mau coba yang ini?"

"Hmm- pilihin yang enak."

"Tongseng sapi best seller katanya. Gua pesenin itu. Nanti cicip dikit ya." Tangannya menulis di buku pesanan daftar pesanan mereka.

"Kak pesenin aku juga."

"Mau apa Ji?" Rise akhirnya menoleh. Renan berdecak sebal saat sadar pemuda bernama Jian itu sedang berkompetisi mencari perhatian Rise sepertinya.

"Samain sama kakak."

"Tapi kan kamu ga suka kwetiau goreng ji?" Tanyanya bingung.

"Sekarang udah suka."

"Bohong. Kemarin aja di story Cendana kamu ga mau makan ya!" Dengus Rise. Gadis itu kembali sibuk membuka buku menu- mengabaikan Renan yang mendelik kesal ke Jian dan dibalas Jian dengan ancungan jari tengah yang mengejek.

"Sial-"

"Jian makan ayam goreng bawang putih aja ya?" Rise menunjuk buku menu. Pemuda itu mengangguk dan memilih menyenderkan diri ke Rise. Tidak apa- akan ia perlihatkan siapa pemenangnya disini.

🍀🍀🍀🍀

"Anjir makan duluan!" Sentak Haechan dan pria itu buru buru mengambil tempat duduk. Tim terbagi 2 dan yang bersama Rise hanya Jian dan Renan. Sisanya?

Diberi titah oleh Doni untuk mengurus ke kantor polisi saja. Jadi mereka janjian di rumah makan tidak jauh dari rumah untuk makan karena semuanya terlalu lelah untuk masak.

"Idih bocah manja bener lu nyender nyender begitu-" ejek Yanan menunjuk Jian yang masih setia bersender pada Rise.

"Kenapa? Iri ya jomblo?"

"Idih kek udah jadian aja lu. Digantung aja bangga-" judes Haidar sambil mengacungkan tulangan iga yang baru ia comot dengan kelaparan.

"Ck-" decak Jian sebal.

"Rise mau telur dadar? Aku pesan lebih-" belum selesai Ian menyelesaikan ucapannya- telur dadar kuah gulai itu sudah habis dibabat Jian dalam sekejap.

"Jian!" Tegur Rise.

"Gua mau telur dadar. Pas ada-" kilahnya sambil memainkan sendoknya ke piring nasinya.

"Maaf ya kak-"

"Gapapa. Gapapa." Mulutnya tersenyum tapi jujur saja- didalam hati sudah berkali kali Ian menyumpahi bocah tengik itu. Sialan.

"Kak buka mulut-" Jian tampak mensuwir ayam bumbu bawang putihnya dan membaginya ke Rise. Namun alih-alih meletakkan ke piring gadis itu- pemuda itu malah menyuapkan langsung ke mulut Rise.

"Enak?"

Rise mengangguk. Ia malu tapi jujur ayamnya memang enak.

"Ambil lagi."

[2] Darling of the Neo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang