Shani Pov
Aku terbangun dengan orang yang sama di sampingku, orang yang membuat rasa di hatiku tak karuan. Ku tatap wajah cantiknya ku elus-elus pipinya lalu ku kecup keningnya.
Semalam terlalu banyak drama yang terjadi, ya aku lah orang yang menjadikan peristiwa semalam sebagai sebuah drama.Tak ubah seperti semalam, letih masih akrab terasa merangkul paksa, bukan letih di tubuh yang aku rasakan, melainkan letih pada hatiku. Kembali ku tatap wajah sendu itu, bibir yang sexy, dan mata yang indah membuatnya semakin sempurna. Aku alihkan pandang pada potret-potret dan lintasan berjuta kata memilih nyanyian, bahkan pada apa yang disukai kerap tak tuntas juga.
"Ci.....Ci Shani! Mau sampai kapan cici ngelonin bocah tengil? Kan ade mu bukan cuman dia cici, tolang lah berlaku adil juga pada adikmu yang satu ini ?" teriak Feni dari ambang pintu kamarku.
Buukkk...
Ku lempar sekenanya sebuah bantal kearahnya. "Harus banget ya mpen, kamu teriak-teriak kaya gitu? kamu mau bikin geger seisi rumah ini sama teriakan mu itu?" Omel ku, namun anak itu tidak menghiraukan perkataan ku dia malah merebahkan tubuhnya disebelah Gracia. Tubuh Gracia sedikit meringkuk tertutup selimut, ku masih memperhatikan aktivitas Feni di sana, dia masuk ke dalam selimut yang menutupi tubuh mungil Gracia, lalu tangan nakal itu memeluk tubuh gadis yang sangat aku sayangi itu.
"Mau sampai kapan cici berdiri di situ, tolong buatkan kami sarapan setelah itu bangunkan kami kembali ya ci, biar aku yang menjaga bayi besar kita ini," pemandangan dihadapan ku adalah pemandangan sangat langkah, tumben sekali anak itu bersikap manis pada adiknya, biasanya dia selalu mengganggu adiknya itu.
Ku langkahkan kaki menuju dapur karena hari ini mama dan papa sedang tidak di rumah terpaksa aku yang harus menyiapkan makanan, bukannya di rumah tidak ada mbak, tapi untuk urusan keperluan adik-adik ku selalu aku sendiri yang turun tangan. Baru beberapa jam aku berkutat di dapur, di atas sana mulai terdengar keributan.
"Ci Shani tolong kak Mpen udah menodai adikmu ini...," teriak Gracia sembari berlari mencari keberadaan ku, lalu di memelukku, membuatku menghentikan aktivitas masak memasak ku. Aku pun menoleh kearahnya dan dia mulai mengadu kepadaku tentang apa yang sudah dilakukan kakaknya itu.
"Dia menciumiku masa ci, kamu lihat ci, muka ku bau jigong kan, ish ini sangat menjijikan kan..." ku lihat dia menghapus jejak bibir Mpen di wajahnya, anak ini sangat menggemaskan kalau dia sedang seperti ini.
"Aish...," kulihat Feni di sana sudah dengan wajah kesalnya, aku ada kecewa di wajah manisnya itu. Feni adalah anak yang susah untuk mengungkapkan perasaannya kalau liat interaksinya pagi ini terhadap Gracia dia hanya ingin memperkecil jarak diantara keduanya.
"Kamu liat Ge, ucapanmu barusan udah nyakitin hati kakakmu..." ucapku seketika Gracia menatap kearah Feni. Lalu ia berjalan menghampiri Feni.
"Kak Mpen," Gracia tertunduk di hadapan Feni.
"Apa?" melihat kearah Gracia yang masih tertunduk di hadapannya.
"Maaf Kak Mpen," kulihat senyum tersirat di bibir kedua gadis di hadapanku. Ku rangkul keduanya dalam kehangatan. Ya Tuhan terimakasih telah mengirim Gracia ditengah-tengah keluargaku membuat keluarga Chaesar kini semakin sempurna.
Shani Pov end
• • •
Gracia sedang menikmati sarapannya, sedikit obrolan ringan memecahkan keheningan keluarga ini selalu menjadikan waktu sarapan pagi sebagai media untuk sekedar berbincang-bincang.
"Kamu ke kampus bareng kita kan Ge?" Tanya Shani yang masih mengunyah makanannya.
"Aku ga ngampus ci,"
"Kamu mau bolos lagi?" Kali ini Feni yang bersuara, Shani menatap Gracia menunggu jawaban dari anak itu.
"Engga! Jawabnya santai.
"Terus?" Shani lagi-lagi mengerutkan keningnya. "Hal apa lagi yang akan di lakukan anak ini," batin Shani. Kedua pasang matanya tidak lepas dari dari Gracia.
"Ada hal yang harus aku kerjakan ci," jawabnya santai dengan masih asik dengan makanannya.
"Sama Sisca lagi?" Tanyanya lagi.
"Kenapa emangnya ci???" Kali ini Gracia menghentikan aktivitas makannya, dia langsung menoleh kearah Shani.
"Ga apa-apa, cuman aku perhatiin kamu sering banget menghabiskan waktu berdua sama Sisca...,"
"Ayolah ci, mereka kaya gitu udah dari kecil," kali ini Feni angkat bicara menghentikan perdebatan itu. Memang mereka sudah seperti anak kembar dari kecil tapi tetap saja ada rasa tak suka yang singgah di hati Shani dengan kedekatan dua gadis cantik itu, di tambah lagi Gracia itu menyukai perempuan. Ada rasa takut adik kecilnya itu benar-benar jatuh hati pada sahabatnya. Dia belum siap bila hal itu terjadi tapi dia sendiri tidak tau harus bagaimana dengan situasinya hatinya saat ini. Dia bagaikan dilema di dalamnya, disisi lain dia menginginkan Gracia lebih dari semestinya di sisi lain hal itu tidak akan pernah terjadi, dia tak sampai hati melukai hati kedua orang tuanya untuk keegoisannya semata.
• • •
"Ayo dong Shan temenin gua kenapa si," ucap Desy merengek dan terus menarik-narik lengan Shani, seharian ini mood nya di buat naik turun oleh dua orang yang sama-sama nyebelin.
"Ish bisa diem ga si Des, iya...iya gua temenin," sahut Shani luluh.
Bisa-bisanya dua orang dewasa janjian ketemuan di Ancol, astaga Shani bener-benar engga habis pikir sama kelakuan sahabatnya itu. Mau-maunya di ajak ngedate di Ancol.
Dari kejauhan Shani sekilas menoleh ke arah sepasang kekasih freak di hadapannya.
"Di ajak kesini cuman buat nonton dua orang freak pacaran, astaga Shani-Shani masih waras ga si kamu," monolog Shani sembari memijit keningnya.
"Des masih lama ga pacarnya? Gua udah mau balik nih," kata Shani yang sudah berdiri lalu berjalan melewati Desy dan kekasihnya.
"Sayang udah dulu ya, takut Shani ngamuk dia kalau ngamuk ngeri soalnya suka ngacal-ngacak sampah," pamit Desy pada kekasihnya itu.
Dengan langkah seribu akhirnya Desy mampu mengejar langkah Shani yang cepat bagaikan mau ambil gaji.
"Ga usah ngajak-ngajak gua kalau cuman buat nontonin lu pacaran," omel Shani.
❤❤❤❤
Akhirnya bisa juga ini otak buat diajak kerja sama buat lanjutin cerita
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich liebe dich [HIATUS]
Teen FictionKisah tentang seorang anak yg dipertemukan kembali dengan ibunya. Ibu yang mengajarkan ia apa itu luka dan kebencian. Akan kah ia berhasil membalaskan sakit hatinya atau kah ia malah terjebak di dalamnya??? Entahlah mari mencari tau lewat kisah Vien...