Gadis senja dan penyatuan hati

520 68 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
























Gracia pov

Taman Spathodea merupakan tempat favoritku untuk menghabiskan waktu senja. Masih setia duduk termenung di sana dengan di temani secangkir susu coklat hangat. Dari kejauhan mataku menangkap sosok yang mengalihkan pandanganku. Sosok yang beberapa hari ini merupakan objek paling aku minati saat ini. Gadis itu mungkin sama sepertiku datang kesini untuk menikmati senja, ia melihat senja dengan tatapan kosong, gadis itu seakan berbicara pada senja, aku melihat ia berada di ambang kesedihan yang amat dalam, kesedihannya terpancar jelas dari raut wajahnya. Hatinya seakan berkomunikasi pada senja, tatapan matanya seakan meminta harapan. Dan setiap senja itu berakhir ia menangis, menangis sampai ia benar-benar tak bisa melanjutkan tangisnya. Aku hanya memandang gadis itu dari kejauhan, sudah tiga hari aku mengamatinya, ia selalu berada di tempat ini saat senja tiba.

Aku ingin sekali menghampiri gadis itu, tapi aku selalu ragu, aku tak ingin mengusik kesendiriannya. Apa ia butuh teman? Apa ia butuh seseorang untuk menghiburnya? Aku masih terus bertanya-tanya, mengapa aku begitu tertarik pada gadis itu? Aku kan tidak mengenalnya, bahkan namanya saja aku tidak tahu. Hatiku terus menuntut ku untuk menemuinya. Dan aku mencoba memberanikan diri sekarang.

"Hay," kataku menyapanya. Ia terlihat terkejut dan mencoba menghapus air matanya. Ya Tuhan wajah itu, sepertinya aku pernah melihat wajah itu? Tapi dimana? Aku mencoba menggali ingatanku, namun nihil untuk saat ini aku belum menemukan rekaman sosoknya dalam ingatanku.

"Ada apa?" ia menjawab.

"Bolehkah aku duduk disini?" aku bertanya dengan gugup.

"Ya silahkan!" Gadis itu terdiam.

"Apa yang kamu lakukan disini? Mengamati senja sampai senja itu berakhir?" Aku kembali bertanya. Tapi, mengapa ia menatapku dengan tatapan marah, ia berdiri dan pergi.

"Hey kenapa pergi, Nona?" aku berteriak memanggilnya, tapi ia mengabaikannya, aku melihat gadis itu berlari, berlari sambil menangis. Oh astaga apa yang ku perbuat? Apa aku menyakitinya dengan ucapan ku tadi? Harusnya kan aku menghiburnya, bukan malah membuatnya menangis, ah bodohnya diriku.

Keesokan harinya aku kembali melihatnya disini saat senja tiba, tanpa ragu aku mendekatinya.

"Hey, maaf ya untuk perkataan ku kemarin," kataku berterus terang dan ia menatapku.

"Ya, tidak masalah.."

"Kenapa kemarin kamu lari terus nangis? Apa perkataan ku menyakitimu?" ia terdiam.

"Maaf, aku banyak bertanya." Aku tersenyum lalu bangkit dari duduk ku.

"Kenapa kamu ingin tahu?" katanya menatapku.

"Aku hanya heran kenapa kamu selalu menangis ketika senja berakhir?"

"Duduk lah jika kamu ingin tahu." Katanya tersenyum sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Ich liebe dich [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang