Gadis berwajah tampan

416 57 3
                                    



















Shani pov

Hati ku kembali berulah, namun aku nikmati setiap rasa sakit yang mulai terasa kembali. Kau layaknya manusia tak berhati di hadapanku saat ini. Hari ini hatiku kembali patah, terima kasih atas perih yang kau tabur, aku tidak bisa apa-apa jika engkau sudah memilihnya, yang bisa ku lakukan adalah mencoba menenangkan hatiku setiap kali ku menatap mata indah mu.

Netra ku menangkap interaksi mereka dengan sangat jelas, lagi-lagi ku menahan dengan hebat, gejolak rasa sakit di dada, sesekali tanganku meremas dadaku berharap rasa sakit itu berkurang tapi usahaku sia-sia bukannya berkurang malah semakin menjadi. Selama perjalanan menuju kampus aku hanya diam, memalingkan wajah ke jendela menatap kosong jalan yang mulai ramai. Sesekali aku menatap dua orang di hadapanku yang saling melemparkan senyuman lalu bertatapan, tatapan mereka saling bercerita namun aku enggan mengulik lebih dalam dari arti kedua tatapan mereka.

"Ah kita sudah sampai," ucap Gracia. Seketika aku kembali dari lamunanku, keluar dari mobilnya. Berdiri mematung, lagi-lagi mataku harus menangkap adegan yang menyakiti hatiku. Ku lihat Gracia mencium kening gadis itu lalu merapikan rambutnya. Hal-hal yang dulu dia lakukan kepadaku kini kembali ia lakukan lagi, tapi bukan kepadaku melainkan kepada gadis lain.

"ci...." panggilnya, aku hanya tersenyum hambar kepadanya.

"Titip kekasih ku ya," lanjutnya lagi dengan menampilkan senyuman, senyuman yang selalu membuatku terpesona setiap kali dia tersenyum kepadaku.

Lalu dia pun menghilang meninggal kan ku dengan kekasihnya, Vie mulai mengayunkan kakinya menuju kelas dan aku yang masih mengekornya dari belakang.

Sampai akhirnya dia menghentikan langkahnya lalu menyamakan langkah kakinya denganku, kali ini kita berjalan beriringan.

"Hmm, Vie...," ucapku ragu-ragu, lalu di menatap ku.

"Ya Shan? Kenapa?" Tanyanya dengan penuh selidik.

"Kenapa Gracia ga masuk kelas? Apakah anak itu kembali membolos lagi?" Ah, gadis ini cantik, senyumannya sangat cantik. Tiba-tiba saja aku merasa iri oleh kecantikan gadis ini, gadis yang kini berstatus kekasih Gracia.

"Dia tadi pamitan ingin menjemput sahabatnya di bandara, Shan" katanya dengan wajah berseri-seri, Ah! Harus kah aku membenci gadis ini, gadis yang telah merebut kebahagiaanku. Aku benci diriku sendiri, karena aku masih belum bisa menerimanya dengan Gracia.









































****





















"Ayolah kak kenapa kamu sangat menyebalkan sekali, huh!!" Teriak gadis itu. Dia menyenderkan tubuhnya di samping mobil milik sahabat kakaknya. Dan satu orang temannya yang lain sedang mengecek mobilnya yang tiba-tiba mogok itu.

"Emangnya kak Saktia ngerti mesin?" Tanya lagi.

"Engga," jawabnya santai.

"Aigooo.....!!! Terus apa saja yang kakak lakukan di sana dari tadi??" Kata gadis itu dengan kesalnya, lalu mendekati sahabatnya itu dan memhujaninya dengan pukulan.

"Aw...Sakit, Nin!" Katanya.

"Ish Bodohnya..!!! Kita udah setengah jam di sini dan kamu hanya memandangi mesin mobilmu yang terus saja mengeluarkan asap,"

"Yak, kamu suka sekali mengatai ku bodoh,"

"Maaf kak, tapi memang kamu bodoh, mau bagaimana lagi"

"Ah sudah lah, berdebat denganmu menguras tenagaku saja,"

Ich liebe dich [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang