Ketika cinta dan rindu terpatri

291 50 7
                                    










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Shani pov

Saat ini bisa kah hati menafsir mimpi
Aku berlari-lari mengejar memori
Menyimpan kasih jalinan suci
Membakar jiwa yang penuh arti
Mimpi hanya mainan malam
Berlalu pergi....
Takala fajar menghulur realiti
Menghurai makna di kamar hati
Menemani diri menangisi sepi
Ikatan cinta yang sekian lama
Kian pudar di makan usia
Dingin kasihmu jelas nyata
Diriku kini bersandar di kala duka itu aku rasakan...
Lantaran dirimu bermain kata dalam janji
Aku tunggu kau menjemput diriku
Untuk membawaku melangkah ke dunia nyata
Saat ini ku nikmati istilah sebuah cinta
Yang terpenjara
Suara hati memaksa diriku
Merantai jiwa yang penuh sensi
Membina sepi di tembok hati
Mendekapi rindu mengalun puisi
Mengungkapkan setia di jendela janji yang pernah kau tautkan
Dalam sebuah ketidak pastian
Makna cinta dan rindu yang telah terpatri sepi...

_Shani Indira Natio_














Lelaki tua itu lagi, entah mengapa saat ini aku sangat membencinya. Ingin sekali aku pergi dari rumah sialan ini, karena aku tidak ingin melihat wajah lelaki itu lagi .

"Tunggu sebentar, papa tahu apa yang sudah papa lakukan membuatmu membenciku. Maaf, Shan " ucap lelaki itu setelah berhasil menahan tanganku, aku pun menepis tangannya di pergelangan tanganku.

Seorang lelaki yang menurutku sudah tidak pantas untuk ku sebut ayah itu. Dia menunduk di hadapanku, tak lama kemudian aku mendengar isak tangisnya.

"Cihh, lelaki lemah! decak sinis ku dengan menampilkan ekspresi kebencian dari sorot mataku.

"Tak usah berlaga sedih di hadapanku, ini kan yang ku mau! Kemana titah mu yang angkuh itu? Kemana laga sok penguasa mu itu pergi? Kemana amarahmu yang melibatkan tanganmu menampar adik ku tanpa kasih itu? Kemana semua itu sekarang? Jangan diam saja pecundang! kataku menarik kerah bajunya membuat dia tercekek di bagian lehernya.

"Shani! Jaga ucapanmu sayang dia papa mu! teriak wanita di sebelahnya.

Ku tatap balik kedua wajah di hadapanku tanpa rasa takut sedikit pun. Dulu setiap pagi kita selalu di ributkan oleh perdebatan antara Feni dan Gracia yang di akhiri canda dan tawa. Tapi kini kehangatan itu telah lama terkikis, suasana rumah malah bagaikan menyimpan bom yang sewaktu-waktu akan menghancurkan semua penghuni di dalam sana.

Shani Pov End















****

























Author pov

Boby masih menatap nanar wajah anaknya,  ada kebencian dari tatapan anak sulungnya itu. Tatapan yang membuatnya ikut hancur bersama kebahagian sang anak. Dia sadar telah merampas kebahagian yang selama ini di rasakan anaknya. Alasannya cuman satu dia ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Tapi dia melupakan arti dari definisi kebahagian dan cinta itu berbeda-beda, jangan sama ratakan dengan cara pandang kita untuk mendefinisikan kebahagian untuk orang lain. Apa lagi dengan cara pandang kita jadi penentu bahagia orang lain. Itu merupakan  kesalahan yang sangat fatal untuk manusia lainnya. Biarlah bahagia itu menjadi urusannya, jangan lah kita ikut turut campur atas kebagian orang lain.

"Dengarkan papa nak, setelah ini tak apa jika kau sudah tidak menganggap ku sebagai papa mu lagi. Kali ini papa akan melakukan hal yang benar yang seharus papa lakukan sejak dulu. Papa berjanji akan mengembalikan kebahagiamu"

"Maksudmu?

"Papa akan membawanya kembali ke rumah ini. Dan papa akan merestui hubungan kalian. Papaa akan melakukan apa pun untuk bisa mengembalikan kebahagiaanmu, sungguh papa tersiksa dengan keadaanmu saat ini"

Sedikit demi sedikit bahagia itu mulai terangkai indah menghiasi relung hatinya. Senyuman mulai menghiasi wajah cantiknya. Rasanya ingin cepat-cepat memberikan kabar gembira ini pada Gracia. Akhirnya ia bisa merangkul bahagia itu.

"Mpen Ayo! Kenapa kau lambat sekali si Mpen! uucap Shani. Dia sangat excited menyambut pagi ini.  

Feni menganyunkan langkahnya malas menyusuri koridor kampus. Fase ini adalah fase dimana dia akan belajar ikhlas. Melepaskan itu mungkin lebih baik dari pada harus memaksakan.




































****
































Gracia pov

Aku baru tahu kalau Vie itu adalah mahasiswi yang sedang mengikuti program coass di kampusku. Di tambah lagi dia itu satu departement yang sama dengan Shani.

Mungkin saat ini Tuhan sedang menunjukan jalan terbaik untuk hubunganku dengannya.

Berbulan-bulan aku menghindarinya. Berbulan- bulan aku menahan rindu yang tak terbatas ini.

Aku bersyukur Tuhan mempertemukan ku dengan Vie gadis yang saat ini memberiku rasa nyaman. Gadis yang saat ini menjadi alasan untuk terus tersenyum. Dari ceritanya aku bisa simpulkan kalau kita ini bernasib sama. Sama-sama orang yang pernah terluka di masa lalu. Dan itu jadi alasanku untuk selalu membuatnya tersenyum, karena kini membuatnya tersenyum merupakan keharusan bagiku. Tidak hanya itu senyumannya mengingatkanku akan seseorang, seseorang yang selalu ku tunggu sampai saat ini.

"Hai kau bolos lagi rupanya" ucap Vie.

"Aigo, mana senyuman mu itu? Kataku lalu mencubit pipinya yang ranum itu untuk membuat sebuah senyuman. Nampak lah eye smile yang menjadi candu ku akhir-akhir ini.

"Ish kau ini menyebalkan, selalu saja seperti itu..." uagghhhh bukannya senyuman yang dia berikan malah dia memanyunkan bibirnya yang sangat menggoda itu.

Keheningan seketika datang menghampiri obrolan kami.

"Kau tahu Shani harus mengulang kembali, ini sudah kedua kalinya dia gagal dalam test itu".

Seketika aku bisa lihat ekspresi wajah cantik Vie berubah. Ada kesedihan yang terpancar dari wajah. Aku bukanlah seorang cenanyang yang bisa membaca gerak tubuh gadis ini, aku juga bukanlah sosok seseorang yang peka akan sesuatu. Bukan tentang ci Shani yang aku aku risau kan saat ini melainkan tentang gadis yang kini berada si sampingku.

Bukan berarti ku telah melupakan ci Shani, di hatiku posisinya masih penempat tahta tertinggi. Cinta dan rindu itu selalu hadir bersamaan mengisi relung hatiku menyisakan tempat bisa melakukan dua hal itu bersamaan. Saat rasa mulai terpatri tidak mudah untuk menghapusnya begitu saja. Aku dan ci Shani harus melalui fase dimana kita hanya bisa mengikhlaskan karena memaksakan pun aku menyakiti diri kita masing-masing.










* * *






Ini part terpendek yang pernah aku tulis di serial ini, mohon maaf udah sangat mentok 😄

Ich liebe dich [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang