•
•
•
* * *
"Yak, seenaknya saja menyuruhku....," teriak Saktia pada si penelepon.
"..."
"Tidak mau!" Menyusahkan saja," ucapnya lagi.
"..."
"Ah baiklah! Kamu emang ga pernah berubah selalu seenaknya," katanya menyudahi obrolan itu.
"Kenapa ribut sekali, Sak?" Tanya Vienny yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit di tubuh mungilnya yang sedikit berisi.
Saktia yang saat itu melihatnya, menelan paksa Saliva nya.
"Ah jantungku....!"
Plak....
"Dasar bodoh!" Ucap Vienny, memukul ujung kening sahabatnya.
"Yak!!!! Ratu Vienny!!!!!" Teriaknya lagi.
Kegaduhan yang telah di buat Saktia pagi itu membuka pagi ini dengan sejuta rasa. Saktia yang sudah rapi dan bersiap-siap untuk pergi, sejenak memperhatikan gelagat sahabatnya itu. Sang gadis dari keluarga Cahyadi itu masih duduk dengan gusar, sesekali mata sipitnya melirik ke arloji mahal yang melingkar di tangan kanannya. Memberi kesan mewah yang sangat indentik sekali dengan dirinya yang anggun.
"Kenapa?" Tanya Vienny yang merasa diperhatikan.
"Aku yang seharusnya nanya itu ke kamu, kamu lagi ngapain disini? Bukan kah kau ada kuliah jam 10?" Ucapnya Saktia yang melirik jam dinding yang menghiasi ruangan tamu.
"Ayo biar aku yang antar," katanya lagi, lalu mengambil kunci mobil yang tergeletak di nakas.
"Ga perlu Sak, makasih. Kamu kan mau menemui seseorang kan?" Tanya Vienny yang tak tahu menahu soal siapa yang akan di temui Saktia hari ini.
"Ya, aku akan menjemput seseorang di bandara. Tapi aku masih punya waktu setengah jam untuk nganterin kamu terlebih dulu ke kampus," ucap Saktia, yang di balas oleh senyuman manis milik Vienny.
"Ga usah Sak, kamu aja aku juga udah pesen taxi ko," Vienny melirik lagi jam tangannya. Lalu ia memutuskan untuk menelepon taxi. Menurutnya itu jauh lebih baik dari pada dia harus di antar oleh Saktia. Vienny bukanlah gadis yang suka merepotkan orang lain, selama dia merasa mampu untuk mengerjakan itu sendiri makan akan dia lakukan dengan sendiri.
****
Sedangkan di kediaman keluarga Chaesar, Gracia baru menyadari sesuatu yang terlupakan.
"Astaga!" Teriaknya sambil menepuk keningnya.
"Yak, Gracia bodoh apa yang kau lakukan??" ucap Feni yang kaget dengan teriakan Gracia barusan.
"Aku udah telat, aku pergi dulu kak...," Gracia bangkit dari kursinya, dan hendak pergi namun tangan seseorang berhasil menarik hoodie yang ia kenakan.
"Mau kemana?" Tanya Feni. Ya orang menariknya itu Feni.
"Ke kampus, kemana lagi memangnya?"
"Ya udah kalau gitu ci Shani bareng kamu ga ke kampusnya, soalnya aku ga bisa nganterin aku ada keperluan!" Ucap Feni yang di ikuti reaksi Shani.
"Aww...Sakit!" Ucap Feni meringis kesakitan. Shani berhasil meninggalkan jejak ke kekesalannya itu di kaki jenjang milik Feni.
****
Dua manusia yang di ciptakan Tuhan dengan sangat cantik dan sempurna. Berjalan beriringan menuju mobil BMW berwarna merah yang terparkir di antara deretan mobil sport lainnya. Gracia masuk lebih dulu ke dalam mobilnya sedangkan Shani masih berdiri di samping mobil Gracia.
Tittttt...
Gracia membunyikan klakson mobilnya, membuat Shani mengembalikan semua kesadarannya. Dia lalu membuka pintu penumpang, duduk di sebelah Gracia.
Ada yang berubah di sini, dan Shani mencoba memahami itu. Di dalam mobil itu tidak ada yang membuka pembicaraan hanya keheningan yang sedang berlangsung.
"Ge? Ini bukan jalan menunju kampus?" Kata Shani sesaat dia menyadari perubahan rute yang di lakukan Gracia.
"Aku akan menjemput pacar ku dulu ci," katanya santai, tanpa memikirkan perasaan Shani.
Gracia menepikan mobilnya, di halaman rumah sederhana ini. Sebelum dia masuk ke kediaman gadisnya dia terlebih dulu berpesan pada Shani.
"Ci, kamu pindah ke kursi belakang ya!" Kata Gracia, yang hanya di respon dengan anggukan. Sepeninggalan Gracia, Shani sudah duduk di kursi penumpang di belakang. Seketika ia merasakan akan ada sesuatu yang jatuh dari pelupuk matanya.
"Aish, jangan sekarang aku mohon," ucap Shani, namun sayang air mata itu jatuh dengan lancangnya.
Tak lama kemudian Gracia datang dengan seorang gadis. Gadis yang saat ini jadi alasan dari rasa sakit dan kesedihannya. Ingin rasanya Shani membenci perempuan yang saat ini sedang di perlakukan sangat manis oleh mantan KEKASIHNYA.
****
"Yakkkkk.....Aku telat!!!" Ucap Saktia yang mulai panik. Dia baru sampai di bandara.
Mata sipitnya mencari-cari sosok yang sebentar lagi akan membunuhnya hidup-hidup itu. Sampai akhirnya retinanya menangkap bayangan manusia itu. Dengan tatapan yang mengintimidasi, di balas olehnya dengan cengiran. Sambil sesekali tangannya menggaruk-garuk tengkuknya.
"Sudah ku bilang jangan telat kan kak??" Katanya ketus.
"Hehe..." kali ini Saktia kembali dengan cengirannya, yang menampilkan deretan gigi putihnya yang tertata rapih.
* * *
Udah lama banget baru up, maaf masih banyak typo2nya ya.
Selamat menikmati...
Tolong vote ya biar aku lebih semangat lagi nulisnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich liebe dich [HIATUS]
Novela JuvenilKisah tentang seorang anak yg dipertemukan kembali dengan ibunya. Ibu yang mengajarkan ia apa itu luka dan kebencian. Akan kah ia berhasil membalaskan sakit hatinya atau kah ia malah terjebak di dalamnya??? Entahlah mari mencari tau lewat kisah Vien...