Castle

4

🥀__🥀

"Oh jadi kamu sekarang udah ikut les juga?? Trus kenapa masih private sama kakak?" Kalau kamis dan jum'at adalah jadwal Cilla dan Cella les ditempat yang dipilih Hanin, maka setiap senin dan selasa adalah waktu Cilla untuk private less bersama kak Dery.

"Nanti kalo aku berhenti, salah satu sponsor kakak hilang dong" Dery terkekeh, diperhatikannya Cilla yang mulai mengemasi buku-bukunya, lalu gadis itu mulai menarik nampan yang tadi dibawanya sebelum sesi belajar dimulai. Diatas nampan ada air minum yang di request Dery, dan ada dua piring camilan. Yang membuat Dery betah mengajar gadis ini selain karena gajinya yang besar adalah ia yang tidak perlu makan ketika sampai dikost nanti. Karena keluarga Cilla tidak akan membiarkannya keluar dari rumah besar itu sebelum perutnya terisi penuh.

"Kok Cella belum pulang Cill?? Ini udah mau jam lima loh. Ayah kamu pulang jam enam kan?? Ibu biasanya jam berapa??"

"Ibu pulang tergantung kelasnya sih, kalo kelas pagi biasanya abis jam makan siang ibu udah ada dirumah. Cuma ini tadi katanya ibu ada diundang podcast bareng Kemendikbud" Dery mengangguk, tangannya meraih kentang goreng lalu mengunyahnya. Kadang dia merasa minder maksimal kalo denger Celli ngomongin keluarganya, kayak?? Gimana bisa dia mahasiswa biasa kayak gini malah ngajarin anak orang hebat. Tapi thanks to keluarga Celli, karena gara-gara ngajar private less, Dery jadi banyak banget tawaran buat ngajar dan ditawari gaji yang besar meskipun masih dibawah dari gajinya ngajar Celli.

"Kamu giat banget lho belajarnya, UTS kamu juga cuma beberapa kan yang dibawah KKM?? Ngejar PTN ya??" Celli menggoyangkan kepalanya kekanan dan kiri, bukan itu tujuannya.

"Aku giat belajar punya tujuan sendiri kak"   Karena Celli seperti tidak mau membahas lebih lanjut, Dery pun ikut diam, menghargai keputusan gadis kecil didepannya ini. Mungkin Celli akan memberitahunya setelah gadis itu merasa yakin atau ketika gadis itu sudah menemukan jalan untuk tujuannya itu.

🥀__🥀

Semenjak namanya melonjak naik, Hanin di kampus jadi super sibuk. Ditawari jabatan ini dan itu, diminta untuk menjadi dosen pembimbing, dosen penguji, penanggung jawab ini, penanggung jawab itu, bahkan tidak jarang Dekan menuruhnya untuk mengisi kuliah umum. Tentu saja Hanin senang, karena ilmunya benar-benar bermanfaat untuk orang-orang disekitarnya, tapi hampir separuh dari tawaran tersebut ditolaknya.

"Kenapa ditolak sih bu Hanin?? Padahal sekretaris jurusan gajinya lumayan loh" Hanin hanya menanggapi dengan senyum, sulitnya lagi ia jadi harus lebih sering bergaul dengan dosen-dosen senior yang berpegang teguh pada pikiran kolot mereka.

"Bu Hanin juga dirumah gak sibuk tho?? Anak tirinya sudah besar, dan kayaknya ibu Hanin sama suami gak niat punya anak sendiri ya??" Hanin meletakkan sendok dan garpu nya, meraih tissue yang ada diujung meja. Nafsu makannya seketika menghilang.

"Lagi program bu, doain aja" Bukannya Hanin tidak tahu, kalau orang-orang dilingkungannya bekerja selalu membicarakannya yang sudah bertahun-tahun menikah tapi belum punya momongan.

"Udah coba periksa bu Hanin? Kalau cuma program sendiri mah kita kan gak tahu ya, tapi si bapak sih gak mungkin punya masalah, kan udah punya anak dia. Maaf kalau misalnya kata-kata saya ini menyakiti bu Hanin, tapi ya dicoba saja periksa" Terkadang Hanin heran, mengapa mengurusi urusan orang lain lebih menyenangkan?? Ini urusan Hanin dan suaminya tapi kenapa seolah semua orang ingin ikut campur?? Bahkan keluarga besar mereka saja tidak ada yang menyinggung masalah ini.

"Bukan apa bu Hanin, kalo ibu memutuskan untuk child free sayang lho, belum tentu dua anak tiri yang ibu rawat dari kecil itu nantinya mau rawat ibu dimasa tua. Nanti juga mereka kalau sudah faham pasti balik ke ibu kandungnya" Karena Hanin merasa kesabarannya sudah dijung batas, jadi ia memutuskan untuk undur diri. Dosen senior yang merasa pengalamannya paling banyak kalau dibantah hanya akan menambah masalah, dan Hanin tidak suka dengan pertikaian seperti itu.

🥀__🥀

Aku abis ngebadut wkwkwkwk, malu banget 😭😭😭😭