15

2.2K 271 25
                                    

🥀__🥀


Sudah dua hari berlalu, selama dua hari pula Hanin sibuk menghabiskan waktunya diperpustakaan rumahnya. Sebenarnya mamanya menyuruhnya untuk full beristirahat, tapi Hanin tipe yang tidak mampu berbaring terlalu lama. Ia akan berada diperpustakaan sepanjang hari, dan baru keluar ketika matahari sudah tenggelam. Ikut bergabung dengan orang tuanya untuk makan malam.

Hanin yang semula termenung menatap bunga-bunga ditaman samping rumah dengan buku dipangkuannya menoleh saat merasa ada sesuatu yang dingin menyentuh tangannya.

"Tangan mas dingin" Hanin menggenggam jemari dingin itu. Mereka sama-sama bersedih, hanya saja terlalu pintar menyembunyikannya.

"Jangan larut Nin, didepan aku gak apa kamu rapuh, tapi jangan didepan anak-anak kita ya, mereka khawatir banget apalagi kamu belum ngehubungin mereka" Aro masih setia berlutut didepan Hanin,

"Anak yang mana mas?? Anak kita baru aja dikeluarin dari rahim aku" Kalimat sederhana itu mampu meninju hati Aro, dieratkannya tautan jemari keduanya.

"Maaf, maaf" Bahkan Aro tidak mampu mengeluarkan suaranya, hanya terdengar seperti bisikan. Ia teramat sangat merasa bersalah. Ia benci dirinya yang ketika marah tidak dapat mengontrol kalimatnya, Haninnya pasti merasa tersakiti.


"Maafin aku Nin. Maaf. Cella Cilla anak kamu juga. Mereka anak kita. Maafin aku Nin, mulut ku emang jahat banget" Aro melepaskan genggamannya dan mulai menampar bibirnya sendiri dengan kuat, tidak hanya sekali bahkan berkali-kali, sampai-sampai Hanin menghentikan aksinya.


"Mas, jangan gini, maaf" Hanin jelas merasa bersalah, niatnya mengungkit itu hanya agar Aro sadar kalau tidak seharusnya ia mengatakan hal seperti itu, Cella dan Cilla sudah Hanin anggap seperti anaknya sendiri, Hanin rawat dengan sepenuh hati, Hanin tidak terima kalau ada yang bilang si kembar bukan anaknya.


"Mas, udah ya?? Kita cuma mau pemulihan disini, bukan mau sedih-sedihan. Masalah anak, itu udah diatur. Mungkin yang ini belum rezeki. Mas banyak-banyak berdoa, aku juga sama. Kalau pun aku gak bisa ngasi kamu keturunan, kita masih punya Cella sama Cilla kan?"

Percakapan suami istri itu dicuri dengar oleh orangtuanya, bahkan mama Hanin sudah meneteskan air mata.

"Anak mu itu lho pah... Besar sekali hatinya"





🥀__🥀






Persis seperti yang dibayangkan, acara dirumah tante Via ini dijadikan sarana kumpul keluarga besar, Cella dan Cilla bahkan bisa bertemu keluarga yang kadang hanya mereka dengar namanya saja, tapi dari sekian banyak orang, mereka tidak bertemu dengan bundanya. Padahal, tante Via sendiri yang bilang kalau bunda sudah berada dijakarta beberapa hari yang lalu.

"Gue merasa tertipu" Cella melemparkan tubuhnya ke kasur, selama menginap disana keduanya diberi kamar sendiri. Tante Via faham kalau Cella dan Cilla tidak bisa satu tempat tidur dengan orang yang tidak dikenal.

"Iyakan?? Tau gini kita ikut ayah aja ngerawat ibu. Disini kita gak ngapa-ngapain juga, ketemu bunda juga enggak" Cilla ikut merebahkan tubuhnya disamping Cella, merengut karena ibunya masih belum memberi kabar padahal dua hari sudah berlalu. Keadaan sunyi bahkan saat tante Via masuk kedalam kamar yang mereka tempati pun mereka masih diam.



"Sibuk gak??? Tante mau ngobrol dong" Cella dan Cilla serempak mengubah posisi menjadi duduk, tante Via ini mereka hormati sama seperti bunda karena tante Via adalah kakak bunda dan orang yang paling dekat dengan bunda.



"Ayah gimana?? Ibu sambung kalian?? Baik??"

"Baik tante, cuma kemarin ibu abis kena musibah, doain semoga cepat sembuh ya??" Tante Via mengangguk, ia selalu mendoakan yang baik-baik untuk keluarga adiknya maupun keluarga baru Jevaro.


"Bunda kalian kan baru aja nikah nih, maaf banget ya nak, kamu harus pisah sama bunda" Tante Via merangkul Cella, "Suami barunya bunda, gak tahu kalau bunda punya kalian. Mereka tahu bunda pernah nikah, tapi dia gak tahu kalau bunda punya anak yang udah gadis gini. Maafin bunda ya??" Cilla dan Cella saling menatap, keduanya bingung harus bereaksi seperti apa dengan berita yang baru saja mereka dengar ini.



"Bunda udah ada dibawah tuh, kalau mau ketemu. Kalau mau manggil bunda, pastiin dulu suaminya gak ada ya sayang?? Kita sama-sama tahu gimana perjuangan bunda setelah cerai dari ayah. Tolong jangan dibenci bundanya, bunda sayang banget sama kalian tapi bunda gak punya pilihan lain. Maaf ya nak??" Tante via mengelus rambut kedua gadis kembar itu. Tante Via teramat faham apa yang mereka rasakan, karena ketika ia diberi tahu tentang hal ini pun ia sama marahnya.




"Tante keluar dulu ya?? Nanti tante kasi tau bunda kalo kalian disini" Ujar tante Via, setelahnya wanita itu berjalan keluar kamar. Cella dan Cilla masih saling melempar tatanan, beberapa detik kemudian tawa keduanya pecah, tawa yang diiringi dengan air mata. Seperti itulah cara keduanya agar bisa menangis bersama.







🥀__🥀






Kisah Cella Cilla ini, yang di part ini aku ambil dari kisah nyata :)





BTW TOLONG CEK BOARD AKU DONGGG😘

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang