17

2.1K 271 18
                                    



🥀__🥀


Hanin serta Aro menatap Cella dan Cilla yang sedang makan dengan lahap tak habis fikir, banyak pertanyaan yang muncul tapi ditahan karena keduanya mengeluh makan. Dirumah hanya ada mereka berempat, mama dan papa sedang ikut memanen dikebun.

"Ibu, tolong air dong" Tangan Cilla terulur tidak sampai, Hanin membantunya.

"Pelan-pelan ih, gak ada yang bakal rebut" Aro terkekeh, dua putrinya seperti orang tidak diberi makan. Mereka saat ini bukan makan dengan lahap, tapi memang makan karena kelaparan.

"Hehehe, abisnya enak ibuuuu. Emang ya, masakan ibu tuh yang paling best deh, chef Renata?? Lewatttt, iya gak Cell??" Yang bahunya disenggol hanya mengangguk, ia bingung. Tadi ketika mereka diperjalanan banyak sekali skenario yang Cella susun untuk berbicara pada ibu sambungnya, tapi tidak ada satupun dari skenario itu yang mampu ia laksanakan.


"Kalian pamit kan kesini nya??" Gelengan Cilla membuat jantung Aro hampir jatuh kebawah, bagaimana bisa anak-anaknya pergi tanpa berpamitan??

"Kan harusnya masih ada dua hari ya?? Dua hari pertama aku bosen banget soalnya kerjaan aku sama Cella ke kamar doang. Trus tadi malem kita ketemu bunda, tapi ya gitu haha. Gak kayak yang kita harepin. Trus menjelang malam Cella nanya dia tau alamat rumah nenek apa enggak, ku jawab tau lah— aduh Cella!!! Kok kaki aku diinjek??? Sakit tau!!!" Cella sudah melotot, mengirimi signal agar Cilla tidak bercerita lebih lanjut tapi kembarannya itu teramat sangat tidak peka.


"Kenapa ajak adeknya kabur kak??" Cella meremat sendoknya, Aro jarang sekali memanggilnya dengan sebutan 'kak' dan kalau itu sudah kejadian artinya Aro sedang dalam mode serius.



"Kita clueless ayah. Tujuan kita kesana sampe dititip hampir satu minggu buat apa?? Biar spent our time sama bunda kan?? Gimana kita mau ngabisin waktu sama bunda kalo bundanya sendiri gak ngakuin kita anak?? Suami baru bunda, bapak sambung aku sama Cilla, gak tau kalau bunda punya kami. Aku sama Cilla harus ngapain lagi kalau tujuan utama kami gak bisa kami laksanakan??" Aro diam, lelaki itu sangat terkejut dengan perkataan Cella tadi. Dirinya mulai mengaitkan fakta satu persatu, apakah mantan istrinya memberikan hak asuh Cella kepada dirinya karena ini??


Sementara Aro sibuk dengan fikirannya, Hanin sudah bergerak memeluk Cilla dan Cella yang sebenarnya sudah baik-baik saja. Tapi karena keduanya memang bingung dan tidak tahu harus melampiaskan kekecewaan kepada siapa, pelukan Hanin membuat tangis mereka pecah. Tangis yang berusaha ditiadakan dan ditahan.







🥀__🥀








"Aku minta maaf" Cella menyembunyikan wajahnya dibelakang leher Hanin, memeluk Hanin dari belakang agar wanita itu tidak bisa melihat wajahnya.


"Orang kalo minta maaf tuh ya diliat ibunya" Cilla memanasi keadaan yang akhirnya dihadiahi Cella lemparan bantal. Ketiganya sedang bersantai dikamar. Sebenarnya Cilla yang meminta. Gadis itu bilang dia pengen mijetin ibu, dan Cella pun ikut untuk memanfaatkan keadaan.



"Maafin kalimat terakhir ku kemarin bu, aku jahat banget. Aku salah, ibu Hanin tuh ibu terbaik. Ibu sambung terbaik yang pernah ada!!" Hanin menangis, terharu karena ini kali pertamanya ia mendengar Cella memanggilnya 'ibu'.


"Cella, sini. Ibu mau liat mukanya" Pelan, Cella bergerak duduk disamping Hanin dengan kepala yang masih ditundukkan. Ia masih membawa rasa malu yang begitu besar.



"Cilla sini" Hanin menepuk tempat disebelah Cella yang dengan senang hati Cilla langsung duduk disana. Hanin menatap keduanya, Cilla dan Cella kembar identik, tapi Hanin dapat membedakan keduanya. Terdapat perbedaan yang besar diantara mereka kalau diperhatikan dengan seksama.



"Anak ibu" Tangannya terulur mengusap pipi keduanya. "Ibu sayang banget sama kalian. Kalian anak ibu kan??" Dua-duanya menangguk, membuat hati Hanin membuncah semakin bahagia.


"Makasih ya?? Makasih kalian udah mau nerima ibu dihidup kalian. Makasih kalian udah baik sama ibu, makasih kalian udah ngasi ibu tempat dirumah kalian"



"Kita yang makasih bu, makasih karena udah nganggap kita anak, ngasih kami kasih sayang seolah kami anak kandung ibu, ibu gak ragu marahin kami kalau kami salah, ibu selalu nyuruh keluarga ibu untuk baik ke kami, ibu... Baik-baik sama ayah ya?? Kami udah kehilangan bunda, kami gak mau kehilangan ibu juga" Ketiganya berpelukkan. Terharunya Hanin semakin jadi karena kalimat panjang lebar itu diucapkan oleh Cella. Didalan hatinya ia bersyukur karena Cella sudah mau menerimanya. Cella sudah berubah, tidak hanya disegi panggilan tapi gadis itu benar-benar menunjukkan kalau ia sudah menerima Hanin sebagai ibu sambungnya.








🥀__🥀


🗣️ : pertanyaan reader yang paling banyak ditemui
🙋🏻‍♀️ : aku menjawab

🗣️ : kak kenapa setiap part tuh pendek banget?

🙋🏻‍♀️ : ini salah satu cara biar aku bisa update tiap hari dan gak kehilangan mood nulis.

🗣️ : kak, kenapa book kakak hampir rata 20an part, kenapa gak 30??40?? atau banyak-banyak.
🙋🏻‍♀️ : kalian gak capek apa baca book yang partnya sampe lima puluh keatas??? 😭😭😭

🗣️ : kak, kenapa konflik book kakak kayak dekat sama kami??
🙋🏻‍♀️ : karna hampir semua konflik dibuku aku, aku ambil dari konflik ku sendiri dan orang-orang disekitar ku (tapi untuk ending itu pure aku ngayal sih wkwkwk)

Apalagi?????




BTWWWWW LIAT NIH RAMADHAN SERIES KITA wkwkwkw

BTWWWWW LIAT NIH RAMADHAN SERIES KITA wkwkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang