🥀__🥀
Cella dan Cilla sampai dirumah bersamaan, keduanya bertemu didepan gerbang. Cilla yang diantar kak Dery dan Cella yang diantar oleh Jingga. Keduanya memutuskan untuk masuk bersama kedalam rumah, perjalanan dari gerbang menuju pintu masuk rumah diisi oleh percakapan ringan. Langkah keduanya berhenti tepat selangkah setelah mereka masuk kedalam rumah. Hanin berdiri disana, menatap keduanya dengan mata yang berkaca-kaca??
"Ibu kenapa??" Cilla yang duluan sadar, gadis itu maju selangkah namun Hanin mundur selangkah juga, melihat itu Cilla berhenti dam Cella mengernyit, ada apa dengan ibu sambungnya ini.
"Ibu kenapa?? Jangan gini ah" Suara Cilla serak ketika melihat air mata diujung pelupuk mata Hanin, wanita itu menangis. Cella tidak mengerti, selama ini ia begitu tidak menyukai Hanin, tapi ketika melihat wanita itu seperti ini, hatinya ikut sedih, Cella membuang tatapannya kesembarang arah, menghindar untuk melihat Hanin karena takut air matanya ikut menetes.
"Nak.... Hiks" Tangis Hanin pecah, kedua tangannya terulur menarik Cella dan Cilla untuk masuk kedalam pelukannya. Hanin memeluk dua gadisnya dengan erat. Ruang tamu diisi oleh suara tangis Hanin dan Cilla.
"Kalian kenapa??" Aro muncul dari balik pintu masuk, lelaki itu baru saja hendak menyapa tapi yang ia temui adalah istri dan anaknya yang menangis tepat beberapa langkah dari pintu masuk. Langkah Aro tergesa menghampiri mereka yang sudah terduduk dilantai, suara tangis itu membuat hati Aro ikutan tersayat, bahkan ART yang sedari tadi memperhatikan juga ikut menangis.
"Sayang, kenapa??" Aro berjongkok, menyetarakan tinggi mereka. Lelaki itu mengelus pelan rambut Hanin, tatapannya lembut penuh perhatian dan kekhawatiran, Cella melihat itu dengan jelas.
Akhirnya Hanin melepas pelukkannya, wanita itu tidak langsung bicara, tapi ia lebih dulu mencoba menguasai diri. Setelah dirasa tenang dan sanggup berbicara, barulah Hanin mengangkat kepalanya, menatap tiga pasang mata yang menatapnya penuh dengan tatapan bertanya-tanya.
"Mas" Suara Hanin lirih, mungkin karena tangisnya yang baru selesai. Wanita itu mengulurkan lima buah benda kecil persegi panjang, setelah diperhatikan lagi ada garis dua disana. Ketiganya terdiam, mungkin karena menerima berita mengejutkan membuat pusat saraf mereka menjadi sedikit melambat.
Cella yang duluan sadar, gadis itu menoleh ke Aro yang masih diam, diraihnya tangan Aro yang sudah mendingin. "Yah, ibu hamil" Bahkan Cella tidak sadar dengan kalimat yang ia keluarkan. Aro mengangguk, lengannya membawa mereka kedalam pelukkannya. Pelukkan yang begitu besar, pelukan haru yang membuat siapa pun menangis. Hari itu, ruang tamu diisi oleh suara tangis mereka semua. Dan yang Cella lagi-lagi tidak mengerti adalah, hatinya yang ikutan menghangat.
🥀__🥀
Karena Hanin tidak begitu puas dengan hasil tespack yang bahkan sudah lima kali ia coba itu, akhirnya ia dan Aro memutuskan untuk mengunjungi Rina. Pastinya mereka sudah menelfon dulu sebelum berangkat, karena ini sudah diluar jam kerja, khawatirnya Rina sudah pulang. Sesampainya dirumah sakit mereka terkejut karena sudah ada orang tua Aro disana.
"Sayang" Mami Aro yang tidak sabaran untuk menghampirinya, wanita yang seumuran dengan bundanya itu segera memeluknya, membawakan Hanin ketenangan dan kehangatan.
"Selamat ya" Mami dan Papi menangis, mereka sedikit pun tidak pernah mendesak pasangan ini untuk secepatnya memiliki anak, tapi mereka tahu kalau lingkungan keduanya begitu jahat, mereka menerka-nerka, sebanyak apa tekanan yang Hanin terima empat tahun belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Castle
Fanfiction"Mom, do you know?? I love you. So much!" NoHyuck ft Chenle Cover by Pinterest