20

2.1K 248 7
                                    




🥀__🥀


Hanin mengurut keningnya pusing, ini pertengkaran pertama kedua anaknya sejak mereka tinggal bersama, dan dua-duanya sama tidak mau kalah. Sekarang mereka sedang diruang belajar Hanin dan tentu saja Hanin mengunci ruangan itu, karena Jevaro diluar juga berisik ingin ikut menyidang anak mereka. Dihadapan Hanin, Sikembar tengah menunduk sedalam-dalamnya. Keadaan keduanya berantakan, ada kapas di hidung Cella, gadis itu tadi sempat mimisan dan ada perban kecil dipipi Cilla akibat kuku Cella yang menancap terlalu dalam.



"Jadi?? Tetep gak ada yang mau ngakuin salahnya nih??" Cella duluan mengangkat kepala, bersiap mengadukan segalanya kepada Hanin.



"Dia dateng-dateng langsung nendang aku bu, padahal dia bisa ngomong baik-baik dulu?? Kenapa langsung pake kekerasan?? Aku udah ngajakin ngobrol baik-baik tapi gak diperduliin sama dia!"


"Ya karna lo emang salah. Coba lo gak ikut campur urusan gue, gue gak bakal kayak gitu. Lo bisa gak sih biarin urusan percintaan gue kayak gue biarin perasaan lo?? Gue gak pernah ikut campur kan??" Tanpa disangka Cilla menyela secepat mungkin setelah kalimat Cella selesai, keduanya kembali melemparkan tatapan permusuhan.


"Lo gak pernah ikut campur karna lo gak perduli sama gue Cilla. Gue perduli sama lo!! Gue cuma gak mau kak Dery kayak orang bodoh ngira lo gak mau belajar sama dia karna dia yang gak kompeten, lo tuh harusnya—"


"Itu urusan gue Cell!!! Lo gak usah terlalu jauh. Sekarang gimana?? Kak Dery tau perasaan gue, dia tau dan mungkin sekarang dia benci sama gue, tru—"

'TOK TOK TOK'

Hanin mengetuk meja menggunakan pulpen ditangannya, dan menghentikan kalimat Cilla. Keduanya kembali menunduk.


"Ibu bawa kalian disini bukan untuk berantem. Harus banget masalah kayak gitu dibawa sampe kalian luka kayak gini?? Cilla, kan bisa ngomong baik-baik, ibu sama ayah pernah gak ngasi contoh kalo ada masalah harus pake kekerasan dulu??" Cilla menggeleng, orang-orang disekitarnya tidak pernah memberi contoh seperti itu, mereka akan berbicara dengan baik-baik kalau memang ada masalah. Ayahnya memang tidak bisa mengontrol emosi, tapi ayah tidak pernah main tangan.



"Cella, setelah ibu bayar Dery itu urusan kita udah selesai. Kamu mungkin kasihan sama Cilla dan Dery, ibu hargai inisiatif kamu. Tapi semuanya berjalan sesuai pemikiran kamu gak?? Mereka bukannya baikan malah makin berantakan kan?? Cella, jangan terlalu ikut campur untuk urusan hati" Cella ikut merasa bersalah. Jadi dia memberanikan diri untuk meminta maaf terlebih dahulu, meskipun Cilla tidak menjawab dan malah meninggalkan ia dan Hanin berdua saja didalam ruangan itu.


"Gak apa, nanti dibujuk lagi adeknya. Jangan gini lagi kak" Hanin merengkuh Cella, urusan hati memang sulit meskipun niat Cella itu baik, tapi akan lebih baik kalau Cella tidak ikut campur.






🥀__🥀






"Masalah apa sih??" Aro menatap Hanin yang sedang melakukan skincare routine-nya. Sejak sore Hanin sudah mewanti-wantinya untuk tidak membicarakan apa pun diatas meja makan. Jadilah ketika mereka makan malam, yang berbicara hanya Aro dan Hanin, si kembar menanggapi seadanya.



"Biasalah, anak-anak tuh lagi masa remaja, masalah perasaan tuh gak bisa dihindari, dan Cella yang dari kecil udah tertanam kalo dia itu kakak jadi harus bisa mengayomi Cilla, tapi gak sesuai harapan. Gak apa, entar mereka baikkan kok" Aro mengangguk, sedikit bingung. Cella Cilla memang anak biologisnya, tapi ia merasa kalau Hanin lebih banyak faham tentang anak-anak. Apalagi setelah Cella bersikap kalau ia sudah menerima Hanin, sifat keibuan Hanin semakin terlihat.



"Aku gak mau anak-anak ku berantem karna cinta Nin" Aro menghela nafas pelan, meski sudah berusia enam belas tahun, dimatanya si kembar tetap seperti balita yang butuh penjagaan ketat. Tidak pernah terfikir olehnya kalau putrinya akan mulai menjelajah di dunia percintaan.


"Gak bakal mas, tenang aja deh. Anak-anak tahu batasan kok. Toh cowoknya juga beda. Mereka gak bakal berantem karna hal konyol" Hanin menepuk-nepuk wajahnya pelan, setelah memastikan semuanya sudah teraplikasikan diwajah, ia meninggalkan meja rias. Hanin berbaring disamping Aro, menyamankan posisinya kedalam pelukan pria itu.



"Makasih ya mas udah mau masuk kedalam kehidupan aku" Aro terkekeh pelan, mengecup kening Hanin lumayan lama.


"Harusnya aku gak sih Nin yang makasih?? Makasih ya karna mau nerima aku, bahkan kamu bukan cuma nerima aku, kamu nerima anak aku, kamu nerima masa lalu aku. Makasih" Aro berbisik dengan bibirnya yang masih menempel dikening Hanin. Hanin mengeratkan pelukkannya, ia ingin sekali mengutarakan betapa ia menyayangi lelaki yang sekarang mendekapnya erat, tapi ia rasa tidak ada kalimat yang pantas. Ia begitu mencintai Jevaro, dan karena mencintai Jevaro maka ia juga mencintai seluruh yang Jevaro miliki.





🥀__🥀




Aku belum nemu ending yang pas :)


Cerita sedikit, jadi kenapa kemarin selama dua hari aku cuma update satu kali itu karena aku sibukk banget. Aku masih culture shock soalnya jadwal ngajar ku dipindah sore, jadi sekarang kalo pagi aku pengangguran :D

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang