🥀__🥀
Hari-hari setelahnya tidak ada yang berbeda. Jevaro yang selalu sibuk dengan pekerjaan kantornya, Cella Cilla yang semakin giat belajar tambahan karena sudah menemukan titik terang untuk lanjutan sekolah mereka. Keduanya bertekad untuk kuliah jalur SNMPTN yang artinya mereka harus berjuang sejak semester satu. Untuk jurusan, keduanya masih merahasiakannya. Dan Hanin yang mulai mengurangi aktifitasnya dikampus.
Sudah hampir dua bulan Hanin merasa ada yang salah dengan dirinya. Tubuhnya yang semakin menyusut, nafsu makannya yang menguap entah kemana, rambut yang mulai rontok, dan masih banyak lagi. Hanin takut, tentu saja. Hatinya was-was. Meskipun keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit mematikan tapi itu tidak menutup kemungkinan untuknya memiliki penyakit tersebut. Awalnya Hanin abai, tapi begitu berat badannya menurun drastis, ia merasa kalau ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Dan, disinilah Hanin. Sedang duduk diruang tunggu, menunggu namanya dipanggil. Dalam hati Hanin berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa dan ia pun berjani pada dirinya sendiri untuk mengatur jadwal pemeriksaan kesehatan suami dan dua putrinya. Disaat seperti ini Hanin merasa gagal, bagaimana bisa ia abai dengan kesehatan yang padahal itu adalah hal paling penting.
"Ibu Hanin???"
"Iya, saya?" Hanin mengangkat satu lengannya, mempermudah perawat untuk melihat posisinya.
"Sudah giliran ibu, mari ikut saya" Jemarinya mulai mendingin, mulai menerka-nerka apa yang akan menerpanya beberapa waktu kemudian. Hanin takut, takut kalau berita buruk yang akan ia dapatkan.
🥀__🥀
"Ibuuuu, aaaaaak" Cella duduk ditepi ranjang rumah sakit hendak menyuapi Hanin apel yang barusan ia kuliti. Ia Cilla dan ayahnya langsung bergegas kerumah sakit saat mendapat kabar kalau Hanin pingsan dilobby. Cella sudah berusaha mengajak Hanin berbicara tapi wanita itu masih setia berdiam diri. Tatapan matanya kosong.
"Ibuu, jangan gini. Ibu kenapa sih?? Ibu sakit apa?? Kenapa ngelarang ayah buat nanya dokter??" Cilla yang juga ada disana tidak tahan. Mereka semua tidak ada yang bisa menyembunyikannya kekhawatiran, kentara sekali kalau mereka takut ada apa-apa menimpa Hanin apalagi wanita itu melarang dokter menjelaskan keadaannya.
"Dek panggil ayah" lirih Hanin, Cilla tidak perlu memanggil Jevaro karena lelaki itu memang sudah ada didalam ruangan, Aro hanya mengambil sedikit jarak. Ia memiliki ketakutannya sendiri melihat Hanin dengan pakaian pasien. Mau tidak mau Aro berjalan mendekat, berdiri disamping Cella.
"Ibu—" Hanin menutup matanya sebentar, seperti tidak sanggup untuk mengeluarkan kata selanjutnya.
"Ibu hamil" Ruangan yang sedari tadi sudah sunyi itu semakin terasa sunyi karena tidak ada satupun diantara mereka yang bisa bergerak. Kaki mereka mengeras tapi keadaan itu tidak berjalan lama karena didetik selanjutnya tangis Hanin pecah.
"Ibu hamil, tapi kandungannya lemah. Imun ibu turun, berat badan itu merosot, nafsu makan ibu hilang. Ibu setress. Ibu harus gimana" Cella cepat merengkuh tubuh ibunya.
"It's okay ibu. Dedek udah mau hadir lagi dihidup kita. Kalau kemarin ibu jagain dedek sendirian. Sekarang kita semua bakal ikut andil buat jaga dedek"
"Ibu jangan sedih dongggg, harus bahagia tau" Cilla ikut bergabung dengan pelukkan itu.
"Bener, harus bahagia dong. Kita bakal ada anggota baru. Tentang kesehatan ibu, tenang aja. Ada ayah sama anak-anak, kita bakal jaga kesehatan ibu bahkan sampe berat badan ibu naik berkilo-kilo" Jevaro juga ikut bergabung kedalam pelukkan, lengannya terentang lebih lebar karena ia mengusahakan semuanya masuk kedalam renkuhannya.
Ini adalah pelukkan penuh haru keempatnya. Bukan bermaksud mereka tidak memperdulikan kesehatan Hanin, tapi dokter sendiri yang bilang kalau yang Hanin alami itu sangat wajar untuk ibu yang hamil muda. Ini berita baik, dan seperti sudah menjadi tradisi mereka akan menangis setiap kali berita baik itu datang.
Tuhan tidak tidur, ia akan memberikan segala keindahan untuk hambanya yang sabar. Hanin yang begitu mencintai anak sambungnya dan berbuahkan dengan ia yang lebih dicintai oleh kedua putrinya, tak hanya sampai disitu, tuhan memberikannya satu lagi nyawa yang akan membuat Hanin akan mengalami hal yang sama dengan yang dialami kebanyakan ibu. Setelah ini tidak akan ada yang membedakan. Cella dan Cilla akan selalu menjadi putri kecilnya dengan Aro, meski nanti akan ada anggota baru yang belum mereka ketahui akan akan segender dengan siapa.
Tuhan begitu baik, memberikan kehidupan yang baik untuk keluarga mereka.
FIN
Last but not least, makasih banyak atas segala dukungannya. Makasih karena udah baikkk banget buat mau interaksi sama akuu♥♥

KAMU SEDANG MEMBACA
Castle
Fanfiction"Mom, do you know?? I love you. So much!" NoHyuck ft Chenle Cover by Pinterest