01%

1.6K 224 39
                                    

"Kak, lo lihat sesuatu gak?"

"Ada. Kaki lima."

Junkyu tertawa mendengar jawaban Junghwan yang tampak asal itu, sesaat kemudian ia terdiam sejenak. Melihat ruangan gelap yang terkunci pintu coklat menjulang tinggi itu dengan tatapan aneh.

"Kamar Bu Jennifer gelap terus ya," komentar Junkyu kemudian.

"Iyalah, kayak orangnya. Gelap muluk."

Plak!

"APA SIH! MUKUL-MUKUL AJA LO!"

Junkyu melotot seraya berkaca pinggang menatap Junghwan. "Heh kucil, lo kalau masih mau hidup mending jaga omongan. Nanti kalau Bu Jennifer tau tamat hidup lo."

"Ya udah, tamat tinggal tamat apa susahnya." Lalu Junghwan pergi begitu saja meninggalkan Junkyu, ia tak begitu perduli dengan Junkyu yang mengernyit memandang punggungnya.

"Junghwan, gue beneran lihat sesuatu..."


























































"KEMBALIKAN!"

"Aku gak ambil apa-apa kok, apaan sih."

Yedam membuang mukanya kesal begitu Bu Jennifer menatapnya sengit. Wajahnya sudah memerah, di tangannya sudah ada sapu lidi dan ikat pinggang. Mengerikan.

Sementara di belakang sudut ruangan Hyunsuk dan Jaehyuk hanya memperhatikan dengan takut. Sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Kalung saya gak mungkin hilang! Kamu udah ngelakuin 5 kesalahan dalam satu tahun, kalau sampai sepuluh kesalahan, kamu tau apa yang bakalan terjadi!" seru Bu Jennifer dengan mata yang mengkilat merah.

"Aku gak ambil kalung, apapun itu," elak Yedam lagi.

"Yedam, anak pintar dan anak bodoh itu gampang sekali ditebak, kamu tau itu kan?" tanya Bu Jennifer dengan senyum miringnya yang terlihat mengerikan. Wanita berumur 27 tahun itu berjalan mengelilingi ruangan penuh buku dan lemari usang itu dengan sapu lidi yang dipukulkan ke sana kemari.

Sementara Yedam, ia hanya dapat menghela napasnya malas. Ia terlalu lelah, pasti selalu seperti ini.

"Bang Yedam."

Yedam, Jaehyuk, dan Hyunsuk kompak menoleh ke pintu. Terdapat Jihoon di sana dengan segelas air kopi panas.

"Ken-"

"Oh, ini dia kalungnya!"

PLAK!

Semua kompak menoleh ke arah Bu Jennifer, hanya satu orang yang justru menatap tumpukan tas berisi buku yang sudah tidak terpakai itu dengan panik.

Jaehyuk.

Seketika itu, ikat pinggang yang ada di tangan Bu Jennifer dilayangkan ke arah wajah Jaehyuk dengan sangat keras. Pemuda itu jatuh ke lantai dengan darah yang mengalir dari ujung kepalanya. Ia mengerang kesakitan, menatap Yedam dan Hyunsuk yang hanya menatapnya tak percaya. Sedangkan Bu Jennifer tersenyum miring. Rencananya berhasil.

"Lempar ke wajahnya!" suruh Bu Jennifer pada Jihoon yang diam termenung di pintu.

"T-tapi..."

"Jihoon, mau sabuk ini saya layangkan juga ke wajahmu?!"

"T-tidak..."

"Ayolah Jihoon, ia hanya pengkhianat kecil yang bodoh. Mengkhianati kalian semua, berani-beraninya ia mencuri dari saya!" Bu Jennifer lalu berjalan ke arah di mana arah mata Jaehyuk tadi tertuju. Menendang tas itu dengan kasar sebelum akhirnya membukanya dengan kasar.

Dan benar saja, kalung tersebut ada di sana.

"Buat apa sih lo nyuri?" tanya Hyunsuk tak habis pikir, ia juga merasa kecewa pada Jaehyuk.

"Jangan bilang lo yang nuduh gue..."

Jaehyuk hanya dapat memejamkan matanya saat Yedam berjalan ke arahnya dengan tatapan mata yang membuat Jaehyuk sendiri ikut sesak.

"JIHOON! TUNGGU APA LAGI?!"


Byur!















































"Kak Yoshi!"

Yoshi menghentikan acara menulisnya saat melihat Doyoung di depannya dengan setumpuk obat. "Apaan?"

"Bantuin obatin Kak Jaehyuk," ujar Doyoung menaikkan satu alisnya. Yoshi tertawa remeh di tempatnya sebelum akhirnya mengendikan bahunya acuh. "Buat apa? Pengkhianat juga."

"Tapi dia tetep-"

"Apa? Saudara? Gak ada saudara yang nuduh saudaranya sendiri," ujar Yoshi tanpa mengalihkan pandangannya, kembali menulis untuk tugasnya lagi. "Lagi pula, dia juga udah berkhianat, semenjak dia mau melarikan diri dari tempat sial ini."

Doyoung tersentak, ia menatap Yoshi kaget. "Kak Jaehyuk... mau pergi?"

"Terus lo pikir dia nekat curi kalung Bu Jennifer buat apa? Buat pesta pora di sini?" tanya balik Yoshi acuh. "Doyoung, gak semua saudara adalah saudara, dan gak semua musuh tetap akan jadi musuh."

"Tapi tetep aja, semua orang ngelakuin kesalahan. Dari cara lo yang kecewa sama Kak Jaehyuk karena dia mau ngelarikan diri, itu tandanya lo gak mau kehilangan dia kan?"

Yoshi nampak terdiam sejenak kemudian tertawa hambar. "Lo gak tau ya?"

"Apa?"

"Gue mau dia tetep di sini, supaya dia mati."














































































Note;
I want to tell u, kalau jalan cerita yang ku ambil kali ini mungkin akan lebih berat. Terus juga alurnya mungkin lebih agak lambat dibandingkan ceritaku yang lainnya. Btw, di setiap perkataan ada kode loh gussy 😏😆

Special | Treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang