04%

909 189 20
                                    

Sudah terhitung seminggu Bu Jennifer menghilang. Banyak yang berubah. Jaehyuk sekarang juga sudah mulai berbaur lagi meskipun banyak kecanggungan. Keadaan rumah ini kembali membaik. Semuanya senang saat Bu Jennifer tidak ada, terlepas dari persediaan makanan yang terus menipis.

Kecuali satu orang. Ia tau sesuatu, Bu Jennifer telah dibunuh.

"Doyoung?"

"BABI KAGET!"

Doyoung yang sedang melamun di teras memegang dadanya kaget. Sementara Jihoon mengernyit, reaksi Doyoung terlalu lebay.

"Mau bantu gue beres-beres gudang gak?" tanya Jihoon. Doyoung melirik ke sekeliling lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Jihoon.

"Lo tau?" tanyanya seperti orang ketakutan. Jihoon menghela napas berat kemudian mendorong kening Doyoung menggunakan telunjuknya. "Apaan sih lo. Tau apa?"

"Tau kalau Kak Hyunsuk nyembunyi-"

"Kak Jihoon! Ayo dong! Capek nih kaki gue."

Junghwan memotong ucapan Doyoung. Ia menunggu di tangga dengan ekspresi lelah. Junghwan baru saja pulang dari sekolah, namun Jihoon memintanya untuk membantu membereskan gudang. Lagipula itu gudang, untuk apa dibereskan? Jihoon mencurigakan, ckckck.

"Iya, sabar kutil! Ya udah ayo Doy, bantu gue."

Doyoung mengangguk, namun pandangannya menatap Junghwan penuh arti.


















































































"LO TAU GUE NEMU APA?! WAH GUE NEMU DARAH COY! GILA GAK TUH?!"

"APA SIH LO!"

Asahi menatap Junkyu yang sedang terlihat kecewa karena Yoshi tampak tidak perduli dengan cerita pemuda itu. Namun Asahi juga tidak perduli, ia justru mengalihkan atensinya pada jendela.

Di luar sana, tak jauh dari rumah. Hyunsuk sedang tergopoh-gopoh membawa sebuah kardus besar, keluar dari tempat persediaan makanan dan masuk ke arah gudang.

Untuk apa?

"Asahi, lo dengerin Junkyu, gih. Capek gue."

Asahi teralihkan lagi, Yoshi beranjak menaiki tangga sementara Junkyu nampak sedikit kesal. Namun tak lama raut wajah Junkyu berubah, ia terlihat senang kembali dan menatap Asahi. "Asahi, gue lihat darah."

"Darah domba?"

"Darah manusia," kata Junkyu dengan girangnya. Ia tampak terlihat seperti....

..psikopat di mata Asahi. Manusia normal mana yang senang lihat darah?

"Apa?" tanya Junkyu bingung melihat kernyitan tajam di wajah Asahi.

"Gak kok, gak papa. Kak, lo masih sering dengar mereka ya?" tanya Asahi kemudian, mengalihkan topik.

"Gak kok," jawab Junkyu tampak jujur. Pemuda itu kemudian menyenderkan punggungnya di sofa. "Kenapa nanya?"

"Oh, tadi malem gue dengar lo ngomong sesuatu di kamar lo. Lo tau kan dinding rumah ini gak tebal?"

Raut wajah Junkyu seketika berubah menjadi gusar. Ia melirik Asahi sesaat kemudian segera membuang muka. "Lo... denger apa?"

"Cuman denger kalau lo gak boleh deket-deket Kak Hyunsuk. Kenapa?"

"G-gak, bukan gitu!" ujar Junkyu panik, Asahi tambah menatap pemuda itu bingung.

"L-lo jangan berpikir negatif sama gue!" ujarnya lagi. Asahi pun tambah kebingungan. "Apa sih? Emangnya apa yang mau gue pikirin soal itu? Lo kan ngelindur doang," ujarnya santai kemudian menggelengkan kepalanya heran.

Special | Treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang