Belum 24 jam semenjak Jeongwoo dinyatakan meninggal, Yoonbin dan Yedam tiba-tiba dinyatakan koma setelah kecelakaan itu. Junghwan yang melihatnya hanya bisa berteriak histeris saat itu dan jika dilihat dari kondisinya sekarang yang nampak seperti orang linglung, pemuda itu depresi?
Hyunsuk memutuskan untuk pergi, Jihoon juga, namun entah mereka pergi ke mana. Hanya tersisa Doyoung di rumah sakit, menatap Yedam dan Yoonbin yang berada di dalam kamar rumah sakit melalui jendela dengan tatapan kosong.
Terlalu cepat, iya kan?
Haruto juga sejak pergi tadi belum kembali, Junghwan bilang ingin ke toilet untuk mencuci wajah. Doyoung yang juga sudah tidak perduli tentang apa-apa lagi mengiyakan saja.
Ckiiit
Tap!
Doyoung menutup pintu kamar Yedam dan Yoonbin, matanya terpaku pada dua tubuh yang terlihat pucat itu. Suasana di sana hening dan suram, hanya terdengar suara detak jantung Yoonbin dan Yedam yang tampak lemah.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, Doyoung dengan pasti maju tepat di samping tubuh Yoonbin dan Yedam, ia berada di tengah keduanya.
"Gue bersabar sampai hari ini, bukan karena gue pengen ngelakuin ini cepat-cepat. Tapi hidup gue benar-benar udah gak ada gunanya. Masakan Kak Jihoon yang dulu tampak bener-bener berarti buat gue sekarang udah gak lagi. Yang ada di otak gue sekarang cuman bagaimana kehidupan gue bisa berakhir.
"Lo setuju kan? Kalau titik dari keputus asaan cuman satu, yaitu kematian."
Doyoung tersenyum simpul di akhir kalimatnya, menatap Yoonbin terlebih dahulu sebelum menatap Yedam. Pemuda itu terdiam sejenak, ia ingin mengatakan sesuatu yang sudah lama ingin ia utarakan, hal yang sudah ia usahakan telan mentah-mentah tapi tetap tidak bisa,
"Gue pengen kalian semua ikut gue...mati. Gue pembunuhnya selama ini, maaf.."
Doyoung menyingkirkan anak rambutnya yang kecoklatan,
Terdapat sebuah luka gores di sana. Hal yang selama ini ia sembunyikan rapi-rapi.
TITTTTTTTTTT
Doyoung mengeratkan jaket kulitnya, topinya ia tundukkan lebih dalam, setelah itu ia keluar dari ruang tersebut dengan perasaan sesak.
Suara mesin yang memekakan telinga, itu menandakan bahwa baru saja Doyoung menghentikan dua nyawa yang berjuang untuk hidup sedemikian rupa.
Setelahnya Doyoung dapat mendengar teriakan panik para dokter dan perawat.
Tenang, ini akan segera berakhir.
Doyoung terlahir di keluarga yang bahkan Doyoung sendiri tidak tahu apakah ia bisa menyebutnya keluarga.
Doyoung lahir seperti anak biasa pada umumnya, ia tidak special, Ibunya menderita kanker dan meninggal saat Doyoung berusia 2 tahun. Setelah itu sang ayah menelantarkannya. Ia hanya menyuruh Doyoung memakan makanan babi sekali dalam sehari. Doyoung yang berusia 2 tahun hanya bisa menurut.