05%

856 182 11
                                    

"Jaehyuk, Ibu pergi dulu ya. Ibu akan kembali minggu depan untuk jemput Jaehyuk."

Kata-kata palsu, karena lima belas tahun kedepan pun tak ada satupun yang datang untuk menjemput Jaehyuk.

Jaehyuk masih sangat mengingat bagaimana sang ibu tersenyum hangat padanya untuk terakhir kali, dan hanya dengan senyuman itu Jaehyuk kecil dapat sangat percaya dengan ucapan Ibunya.

"Dia dateng minggu depan loh."

Hyunsuk membuka percakapan di meja makan yang sunyi dan sepi ini. Sementara Yoonbin hanya meliriknya sedikit, yang lainnya juga tidak berniat menanggapi.

"Oh ya... Jihoon mana?" tanya Hyunsuk kemudian. Ia melirik ke sana ke mari, lalu mengernyit. "Jeongwoo juga gak ada. Mereka gak laper?"

"Gak," jawab Haruto sok tahu.

''Ya udah, terserah."

"Lagian bahan makanan juga udah mau habis, gak makan sehari juga gak papa kan," celetuk Junghwan asal, membuat Jaehyuk tersedak. Yoonbin di sebelahnya hanya menatap datar.

Bocil memang beda boz.

"Terus maksud lo biarin mereka kelaparan aja gitu, ha?" tanya Haruto tak santai. "Dasar bocil, cil cil cil, otak udang."

"Heh, bocil gini badan gue lebih besar dibanding elo!"

"Lebih gendut maksud lo? Lebih berisi? Karena sorry to say ya, gue lebih tinggi dari elo," kata Haruto mengibaskan poninya sok gaya. Sombong, cih. Hyunsuk meliriknya sinis. Ia tak suka membahas tinggi badan.

"Yoonbin, panggil gih kekasih gelap lo," suruh Junkyu, membuat Yoshi di sebelahnya melempar pemuda itu menggunakan sendok besi. Untung saja tak kena.

"Oh ya, kayaknya hari bakalan jadi hari yang panjang deh," ujar Hyunsuk tiba-tiba. Membuat Doyoung dan yang lainnya mengernyit. "Kenapa?"

"Kan udah gue bilang, dia bakalan dateng."

"Terus? Biasanya biasa aja tuh," ujar Doyoung merasa aneh. Kali ini Hyunsuk tertawa sarkas ia kemudian melirik seseorang di sana dengan mata sinis.

"Lupa ya? Bu Jennifer menghilang dan mungkin aja dibunuh, dan salah satu pembunuhnya ada di sini. Gak usah pura-pura buta kalian," sarkasnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan meja makan.

Haruto menunduk kemudian tersenyum miring dalam diamnya.



















































































"JAWAB AJA, ELO KAN PELAKUNYA?!"

BUGH!

"APA-APAAN SIH LO MAIN PUKUL-PUKUL AJA!"

"YA ELO JUGA APA-APAAN MASUK KAMAR ORANG LANGSUNG NUDUH YANG ENGGAK-ENGGAK!"

Yedam mengusap sudut bibirnya yang sedikit terluka karena pukulan dari Jaehyuk. Memang ia akui sih, ia terlalu bodoh kali ini.

"Ngapain lo?" tanyanya sinis.

Yedam ikutan sinis, gak terima disinisin, pemuda itu menaruh kedua tangannya di depan dada. Berlagak. "Harusnya gue yang tanya sesuatu, lo gak mau minta maaf, hah?"

"Gak."

Jawaban singkat itu membuat Yedam kesal bukan main. "Heh, gue babak belur."

"Ya terus? Gue melepuh."

Yedam mencibir dalam hati. Begini-begini ia masih punya sopan santun tidak mengumpat di depan Jaehyuk.

"Gue tau lo mau kabur dari sini, kenapa? Kan di sini cukup nyaman," kata Yedam bagaikan orang bodoh. Jaehyuk mendecih.

"Nyaman, muka lo nyaman."

"Terus kenapa sekarang gak kabur? Bu Jennifer udah dibunuh tuh lo bisa leluasa pergi," ujar Yedam dengan wajah menantang.

"Diem deh lo, berisik kayak kecoa terbang."

Yedam mendecih, melihat Jaehyuk yang hanya diam di samping ranjangnya dengan ponsel genggam di tangannya. Aneh.

"Itu... hape siapa?" tanya Yedam akhirnya.

"Bu Jennifer."

"H-hah? Jangan bilang lo..."

"APA SIH BODOH! GUE AMBIL INI DI KAMARNYA SETELAH BU JENNIFER MENGHILANG, MAKA DARI ITU SI KAK MASHIHO LIHAT KAMAR BU JENNIFER NYALA SESAAT!" kesal Jaehyuk pada akhirnya. Lagian, ia sebal melihat teman-temannya yang tiba-tiba sok menjadi detektif semenjak hilangnya Bu Jennifer.

"Oh, bilang dong dari kemarin!"

"BERISIK LO!"

"Oh ya, tapi kamar Bu Jennifer nyala dua kali tuh."

Yedam melotot, sial ia keceplosan. Pemuda itu buru-buru berbalik, kemudian menutup mulutnya tak percaya bahwa ia baru saja membocorkan rahasia dirinya sendiri ke Jaehyuk.

Padahal Jaehyuk salah satu kandidat tersangka.

Jaehyuk tersenyum miring,

"Oh ketahuan ya?"

Dan langkah Yedam terhenti saat itu juga, badannya berbalik, menatap Jaehyuk yang ada di dalam kamarnya dengan seringai menyeramkan. Selain itu, tirai yang ada di sebelah Jaehyuk entah sejak kapan sudah tertutup.

"Lo... pelakunya?"











































































"Kak."

"Apa?"

"Lo mau ke mana? Pakai sarung tangan begitu, terus tangan lo juga penuh darah, muka lo luka, lo bawa kantong plastik hitam besar begitu?"

"Ck, sialan. Lo ngapain jam segini bangun?"

"Isinya... siapa?"

"Oh karena jadi malem ini gue bisa bunuh dua orang sekaligus ya? Oke kalau itu yang takdir mau. Sini!"

Itu adalah seringain terburuk yang pernah ia lihat selama hidupnya.






















































TASH!





















BRAK!













DUAKH!














"JEONGWOO?! NGAPAIN LO?!"

Special | Treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang