08%

694 156 15
                                    

"Kak Asahi, lo bisa lihat kebohongan gak di mata gue?"

Yedam mendekatkan matanya tepat di wajah Asahi, sementara Asahi mendengus. "Apaan sih, jauh-jauh lo!" ujarnya sembari mendorong kepala Yedam mundur.

"Seriusan gue gak bohong!" katanya lagi berusaha meyakinkan. Asahi kembali mendengus. "Lo kenapa sih?"

"Junghwan udah fitnah gue, dan gue gak terima."

"Maksud gue, kenapa lo coba ngeyakinin gue? Kenapa gak Kak Hyunsuk? Dia lebih punya power di sini dibandingkan gue Yedam."

"Ini tuh karena gue dengar ucapan bijak lo tempo hari makanya gue begini! Karena perkiraan gue hanya lo yang bisa percaya sama gue," ujar Yedam terang-terangan.

"Kalau gue bilang gue gak percaya sama elo gimana?" tanya Asahi melipat kedua tangannya di depan dada.

"Pertanyaan gue, kenapa lo gak percaya?"

"Menurut lo kenapa?"

Yedam diam, tidak bisa menjawab. Sedangkan Asahi tersenyum miring.

"Karena lo terlalu banyak bohong, Yedam."






























































"Kak Doyoung."

Panggilan itu membuat Doyoung tersentak, ia berbalik menatap orang yang memanggilnya-Haruto.

"Kenapa?"

"Bantuin gue temuin pelaku Kak Yoshi," ujarnya dengan yakin, Doyoung yang mendengarnya tertawa tidak percaya.

"Lo serius?"

"Iya, gue percaya sama elo."

"Itu masalahnya, kenapa lo percaya sama gue?" tanya Doyoung tidak mengerti, ia masih terkekeh, merasa Haruto terlalu polos, terlalu mudah percaya dengan manusia lain.

"Karena gue percaya, percaya gak perlu alasan kan?"

Doyoung mendengus, ia kemudian menatap Haruto dari atas sampai bawah. "Sebenarnya kenapa lo pengen banget nemuin pembunuhnya? Toh, lo gak deket sama Kak Yoshi, bisa aja lo berlagak gak perduli kayak Kak Hyunsuk," ujar Doyoung getir.

"Supaya hidup gue aman, gue selalu waspada setiap malam. Gue pikir bukan gue doang, lagi pula Kak Yoshi...." Haruto menggantung ucapannya kemudian tersenyum lebar. "Itu kan salah dia sendiri karena gak bisa lawan balik."

"H-hah?"

"Maksud gue, Kak Yoshi itu mati karena gak bisa jaga diri kan? Buktinya dia gak bisa ngelawan balik tuh untuk ngelindungin diri," ujar Haruto blak-blakan dengan enteng tanpa rasa takut.

"Haruto, lo gak sadar sama ucapan lo?" Doyoung menatap Haruto aneh. Merasa ada yang tak beres.

"Iya, memang bener kan?"

"Kalau lo bilang gitu, harusnya lo juga pantes mati kan? Kan elo gak bisa bela diri," ujar Doyoung. Haruto tertawa, ia menepuk bahu Doyoung pelan. "Gak, gak, gak. Kak Doyoung salah. Siapa bilang gue gak bisa bela diri?"

"Apa?"








Tsaat!





Sedikit lagi saja, cutter itu bisa menancap di pipi Doyoung jika pemuda itu tidak menghindar.

"Yah, cuman kegores doang ya?" Haruto berujar enteng. Ia kemudian menatap Doyoung kemudian mendecih. "Sayang banget."

"LO GILA!" seru Doyoung tak habis pikir. Haruto tersenyum. "Makanya ayo dong bantu gue, supaya gue bisa bunuh pelakunya dan kalian ga perlu waspada lagi. Gampang kan?"

Special | Treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang