"Kak Yoshi bilang lagi ngerjain sesuatu sebelum dia mati, menurut lo apa yang dia kerjain? Apa ini ada hubungannya sama si pelaku makanya itu Kak Yoshi dibunuh?"
Yoonbin membenarkan letak kaca matanya, kemudian melirik Mashiho yang sedang duduk di depannya dengan tatapan menerawang. Setelahnya ia balik membaca buku, tak menghiraukan Mashiho.
"Lo ngerasa gak sih kita berubah banget? Kak Hyunsuk yang dulunya kelihatan paling perduli sama kita, eh ternyata sekarang? Dia bersikap seakan-akan memang Kak Yoshi gak pernah ada di sini. Doyoung sama Jeongwoo juga, jadi tambah nakutin. Kenapa sih?"
"Terus gue kemarin baru inget, katanya si dia mau datang? Tapi kok nyatanya enggak? Ya kali Kak Hyunsuk bohong."
"Kal—"
"Mashiho, diem," potong Yoonbin cepat begitu Mashiho ingin berbicara lagi. "Lo ngomong terlalu banyak, berhenti daripada nyawa lo melayang kayak Kak Yoshi," ujarnya lagi.
"Ya terus lo mau apa? Mau cari aman dengan bertindak bodo amat? Dikiranya hidup lo bakalan tenang dan senang ya kayak begitu?" sarkas Mashiho, ia kecewa dengan teman-temannya yang selalu saja mengabaikan kejanggalan-kejanggalan di rumah ini. "Ternyata lo juga berubah."
Dreet
Mashiho berdiri dan melangkah pergi sedangkan Yoonbin meliriknya dan menghela napas lelah.
"Kak Yoshi itu..."
"Kak Yoonbin, lo lihat Kak Hyunsuk gak?"
Yoonbin mematung, dalam hati lega karena tak keceplosan. Pemuda di depannya mengernyit menatapnya tak mengerti, ekspresi Yoonbin benar-benar tidak bisa dideskripsikan.
"Gak, kenapa lo nyari Kak Hyunsuk?" tanya Yoonbin menatap Junghwan. Pemuda itu mengendikan bahunya, "Katanya si dia mau datang, eh tapi malahan istrinya yang dateng," ujarnya menunjuk pintu utama.
Benar saja, ada seorang wanita dengan anggunnya menatap mereka dengan senyum penuh arti, dress hitam melekat pada tubuhnya dengan segala macam perhiasan.
"Hai," sapanya penuh keramahan.